Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Perjalanan Kalman Perk, Selamat Dari Nazi Dan Membuktikan Palestina Lebih Dahulu Ada

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 19 Mei 2021, 09:46 WIB
rmol news logo Kisah ini tentang Kalman Perk, seorang profesor dan dokter hewan terkemuka di Israel. Perjalanannya dimulai ketika ia harus berjuang melawan bencana kemanusiaan dahsyat Holocaust, hingga diselamatkan dengan suaka dari negara Palestina.

Kisah Kalman Perk juga membuktikan negara dan pemerintahan Palestina lebih dahulu ada.

Kalman Perk lahir pada tahun 1930 di Kovno, Lithuania dari sebuah keluarga Zionis yang makmur. Namun hidup mereka terancam ketika Uni Soviet mundur pada Juni 1941, di mana orang Lithuania membunuh sekitar 10 ribu orang Yahudi.

Beberapa bulan setelahnya, Agustus 1941, Jerman memasuki Kovno. Ketika itu 30 ribu orang Yahudi  di kota itu dikirim ke ghetto (tempat tinggal khusus kaum Yahudi) di Slobodka.

Kemudian pada musim panas 1944, Kalman yang berusia 14 tahun dengan keluarganya yang tengah bersembunyi di ruang bawah tanah dipaksa keluar dari persembunyian mereka lantaran Jerman membakar rumah-rumah di ghetto tersebut. Setelahnya, mereka dimasukkan ke dalam gerbong ternak.

"Semua orang tahu itu menuju ke kamp kematian," ujar Kalman dalam otobiografinya "Shetihyeh Ben Adam: Darki Mehashoah Le'olam Hamada" yang dikutip dari Hareetz.

Di dalam gerbong terdapat lubang kecil yang dilapisi kawat duri. Seorang penumpang merobek kawat tersebut hingga tangannya berdarah.

Keluarga Perk kemudian memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut untuk menyelamatkan hidup Kalman, membuangnya ke luar jendela.

"Anakku, kamu selalu nakal dan mandiri. Kamu tahu bagaimana bertahan. Jangan lupa untuk memakai topi, itu membuatmu terlihat seperti bukan orang Yahudi sungguhan," ujar sang ibu ketika itu.

Dalam sebuah wawancara, Kalman menyebut situasi tersebut mengerikan. Namun orang-orang di dalam gerbong tidak kehilangan rasa kemanusiaannya. Mereka juga mendesak Kalman untuk melompat.

"Kamu akan menceritakan kisah keluarga kita, dengan begitu akan lebih mudah bagi kita untuk mati," ujar mereka.

Namun Kalman kecil menangis, tidak ingin menjadi yatim piatu dan lebih baik mati bersama keluarganya.

Tetapi sang ayah mengangkatnya ke lubang, berusaha mengeluarkan Kalman. Sang ayah berkata, "Kalman, du zolst zein a mentsch (Kalman, jadilah orang baik)."  

“Kalimat itu melekat padaku sepanjang hidupku. Tidak masalah apakah saya menjadi profesor atau tukang sepatu, yang penting adalah menjadi orang baik. Pada usia 14, dengan celana pendek dan satu kemeja, saya melompat dari kereta ke dunia yang tidak bersahabat. Dalam kesusahan yang mengerikan, saya meninggalkan orang yang saya cintai pada takdir mereka, dan jika dipikir-pikir, saya melanjutkan dan saya berhasil mempertahankan ingatan mereka," kenang Kalman.

Kalman akhirnya melanjutkan perjalanannya ke timur, ke depan Rusia. Ia mengadopsi nama dan identitas Lithuania, dan selamat. Kalman akhirnya kembali ke Kovno, bertekad untuk berimigrasi ke Palestina.

Pada Oktober 1944, ia menulis seurat kepada pamannya di Palestina, Prof. Elimelech Perk. Sang paman berhasil mendapatkan sertifikasi imigrasi untuk Kalman.

Dalam sertifikat tersebut, tertera nama Departemen Imigrasi Pemerintah Palestina dalam bahasa Inggris, Arab, dan Ibrani.

"Ini menyatakan bahwa Perk, Kalman telah diberikan izin tinggal di Palestina sebagai imigran berdasarkan UU Imigrasi 1933," demikian bunyi sertifikat dari pemerintah Palestina tersebut.

Di dalamnya juga terdapat tandatangan dari Asisten Komisioner Imigrasi Palestina, cap, nomor surat, hingga foto Kalman.

Sertifikat tersebut membuktikan bahwa negara Palestina telah lebih dulu ada, di mana kehadiran orang Yahudi, termasuk mereka penyintas Holocaust, dinyatakan sebagai imigran.

Setelah melakukan perjalanan melalui Vilna, Bialystok, Warsawa, Lublin, dan Venesia, Kalman tiba di Palestina pada tahun 1945.

Kalman lalu lulus dari Sekolah Menengah Gimnasium Ibrani di Yerusalem. Ia kemudian mengabdikan diri di Lehi dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), berusaha menjajah Palestina. Ia terluka ketika pasukan Israel berusaha menduduki Notre Dame, Yerusalem.

Pada 1950-an, Kalman belajar kedokteran hewan di Bern, Swiss. Kembali ke Israel, ia mendirikan Departemen Anatomi dan Fisiologi dan Sekolah Kedokteran Hewan Koret di Universitas Ibrani Yerusalem.

Dia adalah Direktur Kehormatan Sekolah Kedokteran Hewan di Universitas Ibrani dan anggota Dewan Gizi Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Kalman menikah dan memiliki dua putra dan enam cucu. Ia meninggal pada usia 89 tahun, sedangkan putranya, Jonathan Perk masih hidup dan tinggal di New York, Amerika Serikat. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA