Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Musim Banjir Kembali Tiba

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Kamis, 11 Februari 2021, 10:24 WIB
Musim Banjir Kembali Tiba
Ilustrasi banjir/Ist
MUSIM musibah banjir kembali tiba merundung persada Nusantara. Kalimantan Selatan terlanda musibah banjir. Demikian pula Kota Malang bernasib malang. Sama halnya dengan Semarang. Sementara Jakarta kembali siaga banjir.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dunia

Sebenarnya musibah banjir bukan langganan Indonesia, namun juga terjadi di sepanjang sungai Mekong yang bermata air di Tibet dan bermuara di Vietnam melintasi China, Myanmar, Kamboja, Thailand, Laos.

Seluruh kotaKBangkok sempat mati suri akibat kebanjiran dalam waktu berkepanjangan. Sama halnya dengan New Orleans maupun New York.
Pada Juli 2020 malapetaka banjir menenggelamkan kawasan Zhenjiang Provinsi Jiangshu. Secara lahir-batin saya pernah mengalami ketinggalan pesawat terbang di Bandara Singapura akibat bermalam di sebuah hotel di Orchard Road yang tenggelam akibat bencana banjir melanda Singapura. Memang musibah banjir bukan cuma terjadi di Jakarta.

Tradisi


Sudah menjadi semacam tradisi bahwa musibah banjir dianggap kegagalan, bukan walikota tetapi gubernur daerah yang kebanjiran. Maka muncul pameo “Salah Anies!”.

Akibat tradisi cari kambing-hitam banjir maka ketika Kota Semarang kebanjiran, Walikota Semarang tidak berkomentar. Namun Gubernur Jawa Tengah mengimbau agar banjir jangan dipolitisir.

Di kota Jakarta sudah mengaprah bahwa penyebab banjir adalah rakyat miskin bermukim di bantaran Kali Ciliwung yang dituduh membuang sampah secara sembarangan.

Sementara penyebab utama banjir bukan cuma sampah yang dibuang bukan oleh rakyat miskin, namun juga sampah yang dibuang masyarakat tidak miskin dan para perusahaan besar.

Penyebab banjir merupakan satu dari sekian banyak alasan yang sengaja dibuat sebagai pembenaran penggusuran rakyat miskin.

Jangan Saling Menyalahkan


Fakta membuktikan bahwa banjir bukan hanya terjadi di Jakarta dan Indonesia, pada hakikatnya menyadarkan kita semua bahwa banjir bisa terjadi di seluruh pelosok planet bumi.

Memang banjir bisa terjadi akibat perilaku manusia tidak ramah lingkungan, namun pada saat banjir terjadi sebaiknya manusia tidak saling menyalahkan.

Jika banjir dijadikan alat pengukur kinerja kepala daerah dan kepala negara maka tidak ada satu pun kepala daerah dan kepala negara layak bertahan sebagai kepala daerah dan kepala negara.
Semua wajib ikhlas di-impeached atau sukarela mengundurkan diri seperti kelaziman di Jepang, namun tidak lazim di Indonesia.

Saling Menolong

Alih-alih saling menyalahkan ketika musibah banjir terjadi adalah lebih baik apabila manusia saling menolong meringankan beban derita sesama manusia yang terlanda banjir.

Para warga bantaran Kali Ciliwung yang pelanggan banjir pada saat kebanjiran malah berupaya menolong warga yang kebanjiran. Laskar kemanusiaan PMI dan Budha Tzu Chi senantiasa siap-siaga menolong para korban banjir.

Kebetulan Imlek di Indonesia bukan menyambut musim semi namun  musim hujan yang potensial mendatangkan musim banjir.

Alangkah indahnya apabila pada musim banjir, masyarakat Indonesia berkenan merayakan Imlek bukan hanya dengan pesta-pora dalam suasana riang-gembira, namun juga dalam suasana fastabiqul khoirot. Berlomba berbuat baik terhadap sesama manusia sebagai upaya mengurangi beban derita para korban banjir. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA