Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tepuk Tangan Di Hari Kesehatan Nasional

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/yudhi-hertanto-5'>YUDHI HERTANTO</a>
OLEH: YUDHI HERTANTO
  • Sabtu, 14 November 2020, 02:47 WIB
Tepuk Tangan Di Hari Kesehatan Nasional
Gerakan tepuk tangan peringati Hari Kesehatan Nasional tahun 2020/Repro
SEMANGAT dan harapan. Tepuk tangan selama 56 detik itu menjadi penanda Hari Kesehatan Nasional ke 56 yang jatuh setiap 12 November.

Tahun ini, tema kegiatan yang diusung adalah "Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat", berada dalam bayang-bayang pandemi yang belum berhenti.

Sepanjang tahun di 2020, setidaknya kepungan pandemi sudah berlangsung sekitar 8 bulan lamanya, sejak kasus Covid-19 pertama dikonfirmasi ada di Indonesia pada awal Maret lalu.

Publik masih menanti ujung akhir periode pandemi. Durasi panjang penuh ketidakpastian menciptakan situasi kejenuhan -burnout.

Dengan begitu, semangat perlu kembali dipompa agar kita bisa padu mencapai garis tujuan bersama, menang melawan pandemi.

Tepuk tangan itu ditujukan sebagai bentuk apresiasi kepada tenaga kesehatan sekaligus publik yang terus menjalankan disiplin dalam menjaga protokol kesehatan, tajuknya "Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa".

Vaksin memang dinanti sebagai jurus pamungkas, tetapi peran serta seluruh elemen bangsa menjadi signifikan dalam mengatasi perluasan sebaran Covid-19.

Keselamatan hidup bersama, akan saling terkait pada kemauan serta kemampuan untuk menjaga diri dan lingkungan secara bersamaan, bersifat timbal-balik.

Berdasarkan data statistik, angka kumulatif pertumbuhan melalui worldometers. Info diketahui jumlah kasus Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 450 ribu, bertengger di posisi 21 dunia.

Sementara itu Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, aspek korelasinya juga terkait dengan jumlah populasi yang juga besar, 270 juta jiwa.

Berbagi Peran 3T dan 3M

Edukasi publik perlu berlangsung berkelanjutan secara massif, melalui berbagai medium yang menjadi sarana sosialisasi kepentingan dalam menjaga kesehatan diri dan sesama menjadi bekal bagi pencegahan penularan.

Protokol kesehatan melalui gerakan 3M digencarkan, dan publik mulai nampak terbiasa, mengikuti anjuran tersebut sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru.

Dengan begitu, terbentuk norma baru dari rutinitas kehidupan bersama, yakni: memakai masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak.

Implementasi 3M, ditujukan bagi partisipasi publik secara meluas. Sasaran utamanya adalah perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Dimana ruang kerja dari wacana 3M adalah pribadi, bagi seluruh individu yang pada akhirnya secara kolektif menyasar total populasi.

Menumbuhkan kesadaran akan budaya 3M yang terinternalisasi tentu tidak bisa dilakukan secara terpisah dari 3T sebagai komponen komplementer yang bekerja secara bersamaan. Wilayah kerja 3T adalah bentuk respons atas tanggung jawab negara guna melindungi publik.

Kerangka kerja 3T, yakni: pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing), dan pengobatan (treatment). Keseluruhan tugas pada wacana 3T tidak bisa terlepas dari yang 3M, justru seharusnya berjalan beriringan, dalam situasi pandemi. Tidak bersifat asimetris, dimana format individu yang 3M seolah tidak memiliki relasi dengan yang 3T.

Infrastruktur bagi optimalisasi program 3T harus mampu dipenuhi, mulai dari ketersediaan peralatan laboratorium, sarana penunjang, hingga sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam memperbesar kemampuan pemeriksaan (testing).

Belum lagi menyoal pemerataan lokasi sarana pengujian di daerah. Disamping itu pula, diperlukan kemampuan dari tenaga terlatih melalui instrumen sarana kesehatan milik pemerintah yang dapat menjangkau publik dalam memaksimalkan upaya pelacakan kasus (tracing).

Tidak ketinggalan peran kolaborasi seluruh sarana kesehatan di tanah air dalam memberikan dukungan pelayanan guna mengobati (treatment) pasien Covid-19.

Lagi-lagi pada bagian ini kebutuhan sarana dan prasarana guna melayani hingga tahap paripurna juga masih terkendala.

Semesta Tepuk Tangan

Wujud tepuk tangan di Hari Kesehatan Nasional perlu menjadi titik balik bersama, untuk melihat kembali apa yang telah terjadi dalam kurun waktu dibawah tekanan pandemi kali ini.

Tingkat kesembuhan yang 380 ribu kasus, patut disyukuri, namun kematian 14 ribu nyawa juga perlu kita renungkan dengan baik.

Bagaimanapun satu nyawa sangatlah berharga, terlebih individu terhubung melalui jejaring sosial kehidupannya. Begitu juga pengorbanan 282 petugas medis yang meninggal terinfeksi Covid-19.

Tepuk tangan itu menjadi pengingat bagi peran dan kontribusi kita bersama dalam upaya keluar dari situasi serba sulit akibat pandemi. Peringatan Hari Kesehatan Nasional menjadi penting untuk sebuah momentum perubahan, bukan sekedar seremonial semata. Ini tentang tanggung jawab.

Dalam konteks ruang privat, kita memiliki tugas untuk memastikan hidup bersih sehat dan tidak menjadi agen penularan.

Sementara itu di ruang publik, para pemangku kekuasaan dan kebijakan dituntut untuk bisa membangun kerangka sistem bagi perlindungan menyeluruh, baik pada persoalan kesehatan hingga sosial ekonomi.

Seluruh sumberdaya yang dimiliki harus mampu dikonversi bagi penguatan kehidupan bersama. Percepatan penanganan pandemi membutuhkan seluruh elemen kekuatan publik, termasuk kerja keras para ilmuwan dalam menghadirkan berbagai solusi domestik yang mandiri.

Semua kita jelas berharap tepuk tangan itu adalah ujung happy ending dari periode bersejarah peradaban umat manusia.rmol news logo article

Penulis adalah Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA