Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penyatuan Jepang Dalam Sejarah Berdarah Pertempuran Sekigahara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 15 September 2020, 06:15 WIB
Penyatuan Jepang Dalam Sejarah Berdarah Pertempuran Sekigahara
Ilustrasi Pertempuran Sekigahara
rmol news logo   Sekigahara merupakan sebuah kota kecil yang terletak di distrik Fuwa, Provinsi Mino, di mana Perang Pemisahan Tanah berkobar pada 15 September 1600 (menurut kalender Lunar, dan 21 Oktober 1600 menurut kalender Gregorian). Perang itu kemudian dikenal sebagai Pertempuran Sekigahara. Para pemimpin militer Jepang Timur dan Barat bertarung dalam perang yang menentukan ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pertarungan antara Tokugawa Ieyasu dari Pasukan Jepang Timur berhadapan dengan Ishida Mitsunari dari Pasukan Jepang Barat, terjadi karena perebutan kekuasaan setelah Toyotomi Hideyoshi wafat. Hideyoshi adalah sang samurai legendaris yang memersatukan seluruh wilayah Jepang saat perang saudara.

Pertempuran Sekigahara dimenangkan oleh pihak Tokugawa Ieyasu yang nantinya akan terbentuk sebuah pemerintahan yang bernama Keshogunan Tokugawa.

Toyotomi Hideyoshi meninggal dunia dengan hanya meninggalkan seorang anak yang masih bayi, Hideyori Toyotomi, sebagai penerusnya.

Tokugawa yang merupakan pimpinan dewan kepemimpinan Hideyoshi, mengambil alih kepemimpinan. Hal ini ditentang oleh anggota dewan yang sama, Ishida Mitsunari. Sehingga perebutan kekuasaan pun mencapai titik kulminasinya.

Ishida Mitsunari lebih dikenal oleh kemampuan politiknya dibanding kekuatan militernya. Namun dukungannya terhadap putra Hideyoshi mendatangkan dukungan dari banyak pihak, seperti Mori dari Chosu, klan Kobayakawa, klan Kikkawa, klan Ukita, dan klan Shimazu dari Satsuma, dengan total pasukan yang dipimpinnya berjumlah sekitar 80 ribu orang. Dukungan ini banyak berasal dari klan yang berada di barat Jepang, sehingga pasukannya dikenal juga sebagai 'Pasukan Barat'.

Sementara itu Ieyasu yang berbasis di Edo, didukung oleh keluarga Matsudaira, dan jenderal terkenal seperti Naomasa Ii, juga keluarga daimyo terkenal seperti klan Kato, klan Hosokawa, dan klan Kuroda. Pasukan yang sebagian besar berasal dari Jepang timur ini berjumlah sekitar 74 ribu orang, dan disebut "Pasukan Timur."

Pada Juli, Ieyasu menarik diri dari kursi dewan di Osaka untuk melindungi wilayahnya di timur dari serangan faksi Ishida. Pada saat itu Ishida menggunakan pasukan sekutunya untuk menyerang Tokugawa dari belakang.

Namun, Tokugawa dengan informasi dari mata-matanya yang mengetahui hal ini dengan cepat menyusun aliansinya sendiri, dan meninggalkan Edo pada bulan Agustus untuk melakukan serangan tipuan ke arah utara. Namun ia kemudian bergerak ke selatan untuk memotong jalur serangan pasukan Ishida.

Saat Ieyasu berhasil menutup jalur ke Edo dengan merebut Kastil Gifu dan Kastil Konosu, Ishida masih berada di Kastil Ogaki. Ia tertahan saat merebut kastil Fushimi, di selatan Kyoto.

Pada 20 Juli, Ishida memutuskan untuk menarik diri dari kastil Ogaki dan mempertahankan Sekigahara untuk memotong serangan pasukan Ieyasu ke arah barat. Ini sebenarnya adalah tujuan Ieyasu, karena walau jumlah pasukannya lebih sedikit, untuk pertempuran di lapangan terbuka, Ieyasu berada di atas angin.

Pagi hari 21 Juli, pandangan mata di Sekigahara tertutup oleh kabut tebal, dan para prajurit pun basah oleh hujan lebat yang turun malam sebelumnya. Namun, suara tembakan senapan memecah kabut. Itu adalah serangan pertama yang menembus lembah tersebut.

Pasukan terdepan Tokugawa yang dipimpin oleh Naomasa Ii dan Masanori Fukushima memulai penyerangan ke bagian tengah garis pertahanan Pasukan Barat. Pertempuran daya tahan antara kedua pasukan pun dimulai.

Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.

Titik balik pertempuran tersebut dipegang oleh sekutu Ishida, klan Kobayakawa yang belum masuk medan pertempuran dan hanya mengamati pertempuran tersebut dari lereng bukit di atas garis pertahanan sebelah selatan pasukan Ishida.

Tanpa diketahui oleh Ishida, pasukan Kobayakawa telah membelot dari Ishida dengan pengaruh dari mata-mata Ieyasu dari sebelum pertempuran dimulai.

Kehilangan pertahanan sebelah selatan, pasukan Ishida akhirnya menyadari bahwa mereka telah kalah. Sebagian besar di antara mereka menyerah dan menurunkan senjata mereka, termasuk Ishida sendiri, yang kabur ke Gunung Ibuki.

Hanya pasukan Shimazu yang bertahan, melawan pasukan Naomasa Ii dan pasukan Iblis Merah-nya, dan berhasil melukai Naomasa dengan tembakan senapan melalui lengannya. Namun pada akhirnya Shimazu pun mengakui kekalahannya, dan terpaksa mundur dari pertempuran.

Dengan jalan kabur ke utara kini tertutup, pilihan terakhirnya adalah melalui bagian tengah pasukan Tokugawa dan mengambil jalan ke arah Ise. Dengan menukar helmnya dengan helm keponakannya, Shimazu berhasil melalui pasukan Tokugawa dengan masih dikejar oleh pasukan Naomasa Ii. Begitu tiba di jalan Ise, keponakan Shimazu bertahan di belakang untuk menahan pasukan pengejar, dan walaupun akhirnya ia terbunuh, Shimazu sendiri dapat kembali ke Kyushu dengan selamat bersama 80 orang pasukannya.

Ishida sendiri tertangkap tiga hari kemudian setelah pertempuran di Gunung Ibuki, dan dieksekusi di tepian sungai di Kyoto beberapa hari kemudian bersama dengan pemimpin pasukan barat lain yang tertangkap, sementara pemimpin-pemimpin lain banyak yang diusir atau dicabut hak kepemilikan wilayahnya.

Segera setelah kemenangannya ini, Ieyasu mulai membagi-bagikan wilayah kekuasaannya untuk menguatkan posisinya, dan memulai hegemoni Keshogunan Tokugawa, sebuah sistem diktator militer yang akan bertahan selama 265 tahun di Jepang, hingga tahun 1868. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA