Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mungkinkah Dunia Islam Bangkit Kembali?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Rabu, 26 Agustus 2020, 13:13 WIB
Mungkinkah Dunia Islam Bangkit Kembali?
Kerajaan Dinasti Abbasiyah/Net
SEJAK kemunculannya yang ditandai oleh lahirnya Muhammad SAW, Islam terus berkembang. Dimulai dari Kota Madinah kemudian berkembang ke seluruh jazirah Arab.

Diselaikan hanya dalam rentang waktu 11 tahun, dihitung sejak hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 sampai Rasulullah meninggal dunia tahun 633.

Kemudian dilanjutkan di era Khalifah ke-2 Umar bin Khattab, dengan keluar dari jazirah Arab ke arah Timur menaklukkan Persia kini Iran dan ke arah Barat menaklukkan Romawi Timur atau Bizantium, sehingga menguasai wilayah Syam, yang kini meliputi Suriah, Yordania, Palestina, dan Libanon.

Selanjutnya menyebrang ke Afrika dengan menaklukkan Mesir. Semuanya diselesaikan dalam rentang waktu 10 tahun, dihitung sejak Umar menjabat Khalifah pada tahun 634 sampai meninggalnya tahun 644.

Pada Era Bani Umayyah, tentara Islam terus bergerak kearah Barat menyusuri Afrika Utara, kemudian menyebrangi Selat Jibraltar ke Andalusia yang kini meliputi negara Spanyol dan Portugis.

Sementara ke Arah Timur dan Selatan sampai ke India. Bani Abbasiyah melanjutkan gerakkan tentara Islam ke kawasan Asia Tengah sampai perbatasan dengan China, sedangkan ke Utara sampai perbatasan dengan Rusia.

Jatuhnya Andalusia ke tangan bangsa Spanyol dan Portugis pada tahun 1492, kemudian terus mendesak tentara Islam untuk mundur, bahkan diikuti oleh era penjajahan.

Bangsa Turki melalui dinasti Turki Usmani berhasil menahan gerakan Spanyol dan Portugis di dunia Islam. Lebih dari itu Turki Usmani terus merangsek maju ke arah Barat dan Barat Laut menelusuri kawasan Eropa sampai ke wilayah Austria, dan baru berhenti ketika gagal menaklukkan Kota Wina tahun 1683.

Pertarungan Turki Usmani dengan bangsa Eropa, khususnya Spanyol dan Portugis, kemudian Yunani, Italia, Inggris, Perancis, dan Rusia, baru berhenti ketika kalah dalam perang dunia pertama yang berakhir tahun 1918 dihitung sejak gencatan senjata dilakukan.

Keruntuhan Turki Usmani dapat diibaratkan bagai runtuhnya benteng pelindung dunia Islam. Sejak saat itu hampir seluruh dunia Islam terbuka dan dikepung oleh kekuatan Eropa. Pucaknya ditandai dengan terjajahnya hampir semua negara Islam secara langsung maupun tidak langsung.

Setelah perang dunia kedua, satu-persatu negara Islam merdeka. Akan tetapi kemerdekaan baru bersifat fisik dan formal, sementara secara politik dan ekonomi banyak negara Islam belum sepenuhnya merdeka sampai sekarang.

Untuk bisa bangkit dan berjaya kembali, umat Islam harus berani introspeksi diri dan mengidentifikasikan berbagai kesalahan yang dilakukannya selama ini, kemudian menelusuri kembali rahasia suksesnya di masa lalu. Untuk bisa bangkit kembali, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya.

Pertama, berhenti berkelahi dengan saudara sendiri. Sejumlah negara Islam kini masih terperangkap dalam perang saudara atau dalam kondisi perang antara satu negara muslim dengan negara muslim lainnya.

Lebih dari itu, tidak jarang terjadi dengan cara mengundang negara non-Muslim untuk ikut mengeroyoknya atau menggebuk saudara sendiri, sebagaimana banyak terlihat di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).

Kedua, umat Islam harus bisa menerima keadaannya saat ini, yang terlanjur terbagi-bagi dalam negara-bangsa akibat kolonialisme.

Upaya untuk mempersatukannya dalam wadah Organisasi Kerjasama Islam (OKI), walau masih jauh dari sukses, akan tetapi bukan berarti tidak berarti gagal sama sekali. Banyak manfaat yang sudah diberikan, sementara upaya untuk memperkuatnya baik secara politik maupun ekonomi harus terus diupayakan.

Ketiga, umat Islam harus menyadari dirinya kini dalam keadaan tertinggal, dan berhenti bernostalgia dengan masa lalu yang hanya sekedar dijadikan pelipur  lara. Akan tetapi melihat kembali masa lalu sebagai upaya menemukan rahasia yang membuatnya maju dan berjaya, merupakan cara yang mutlak harus dilakukannya.

Keempat, umat Islam harus kembali mencintai ilmu, mengembangkan sain dan teknologi, menghidupkan kembali tradisi riset ilmiah dan bereksperimen melalui laboratorium, serta mencintai seni dalam berbagai bentuknya. Semua ini menjadi bagian dari tradisi kehidupan dunia Islam di masa kejayaannya, yang kemudian menjadi bagian dari peradaban ummat manusia.

Banyak sekali penemuan yang kemudian menjadi bagian dari sumbangan umat Islam dalam memajukan peradaban, khususnya di zaman kejayaan Dinasti Umayyah yang digerakkan dari Damaskus dan Andalusia, dan Dinasti Abbasiyah yang dikendalikan dari Bagdad, serta Turki Usmani yang dikendalikan dari Istanbul.

Kelima, umat Islam harus berhenti menyalahkan orang lain yang menyebabkannya terpuruk. Upaya mencari kambing hitam, bukan saja tidak akan memberi manfaat apapun, dan lebih dari itu tidak akan menjadi energi positif dalam upaya untuk bangkit bersama bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu bergerak maju.

Keenam, umat Islam tidak perlu merasa malu untuk belajar kembali dari Barat yang dulu pernah diajarinya, khususnya dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, serta industri modern, sebagaimana generasi awal Islam yang belajar dari Yunani kuno, Romawi, Persia, India, dan China dalam masalah filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta industri.

Di sinilah sejatinya rahasia kebangkitan umat Islam saat ini dan di masa yang akan datang. Kini masalahnya berulang pada umat Islam sendiri, apakah mau melakukannya atau tidak. Dengan kata lain, bangkit atau terpuruknya dunia Islam, berpulang pada umat Islam sendiri. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA