Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

28 Juli 1821 Saat José de San Martín Menyatakan Kemerdekaan Peru Atas Spanyol

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 28 Juli 2020, 06:06 WIB
28 Juli 1821 Saat José de San Martín Menyatakan Kemerdekaan Peru Atas Spanyol
Cusco Cathedral, dibangun tahun 1654, sejak satu abad sebelumnya ketika bangsa Spanyol mampu menduduki Kota Cusco Peru/Net
rmol news logo Sejak ditaklukkan oleh Francisco Pizarro pada 1532, Peru menjadi wilayah jajahan Spanyol paling lama dibandingkan dengan negara lain di Amerika Selatan.

Peru menjadi sumber emas dan perak utama bagi Kerajaan Spanyol. Hingga beratus-ratus tahun kemudian, lahirlah seorang jenderal Argentina, José de San Martín, yang gagah berani menyatakan kemerdekaan Peru, tepat pada hari ini, 28 Juli, 199 tahun yang lalu.

Nama Peru berasal dari kata Indian Quechua yang menyiratkan tanah yang penuh kelimpahan. Tanah yang penuh sumber daya, mineral, pertanian, dan laut, yang menjadi kekayaan ekonomi yang dihasilkan oleh peradaban Inca  yang memerintah wilayah itu selama berabad-abad, sebelum Spanyol datang merampas semuanya.

Usai membebaskan Chile dari kekuasaan Spanyol, San Martin  membawa 5.000 pasukannya dari Argentina dan Chile untuk mendarat di Pisco, Peru, pada 1820. Pasukan gabungan tersebut membangun camp pertahanan mereka di wilayah Huacho. Di sana, San Martin dan tentara gabungan memulai perjuangan mereka bersama orang-orang Peruvia untuk memerdekakan Peru.

Penduduk Peru yang semula telah sangat pesimis berada di bawah kekuasaan Spanyol, menjadi bersemangat setelah kedatangan pasukan San Martin. Ibukota Lima terlihat berdenyut kembali dengan napas perjuangan pasukan gabungan bersama rakyat Peru. Hal itu membuat penguasa Peru dari pihak Spanyol, kabur dari Kota Lima ke pegunungan Sierra dan membangun kembali pasukannya untuk melawan pemberontakan San Martin.

San Martin akhirnya memproklamirkan kemerdekaan Peru pada 28 Juli 1821.

Sebagai negara yang baru saja menyatakan merdeka, perjuangan masih sangat panjang. San Martin menyadari bahwa wilayah yang baru merdeka itu memerlukan sekutu untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, hingga semuanya stabil.

San Martin meminta bantuan revolusioner Kolombia, Simon Bolivar. Keduanya lalu bertemu di Guayaquil.  San Martin menyerahkan kendali kekuasaan sementara kepada Simon Bolivar karena ia berencana akan kembali ke negaranya. Kemudian, tahun 1822, San Martin benar-benar memutuskan kembali ke Argentina. Ia meninggalkan pasukannya di Peru sebagai kekuatan pertahanan wilayah tersebut.

Setelah San Martin pergi, pihak Spanyol melakukan persiapan untuk mengambil alih lagi wilayah Peru dari tangan pasukan Revolusi, seperti yang disebutkan dalam buku Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia, yang ditulis Samuel Willard (2007).

Simon Bolivar dan komandan militernya, Antonio Jose de Sucre, tiba di Peru pada 1823 dengan membawa pasukan dari Kolombia dan Venezuela. Pada 6 Agustus 1824, terjadi pertempuran Junin, yang mempertemukan pasukan Simon Bolivar dengan pasukan Spanyol.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan Spanyol pada Perang Junin, Antonio Jose de Sucre memimpin 6.000 pasukan dalam pertempuran Ayachucho pada 9 Desember 1824. Dalam pertempuran itu, hampir seluruh pasukan Spanyol berhasil ditangkap, kurang lebih berjumlah 9.000 orang.

Di Peru, pasukan Revolusioner berhasil mengalahkan 4.000 prajurit yang setia pada kaum bangsawan. Hingga akhirnya Peru benar-benar terlepas dari genggaman pasukan Spanyol. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA