TetraphobiaKisah pak Suryo tentang tombol lift tanpa nomor 4 dan 14 dan 24 menggaris-bawahi kenyataan bahwa tahayul juga tunduk pada paham lain-padang-lain-belalang maka lain-masyarakat-lain-kepercayaan.
Berdasar kisah nomor tonbol itu, dapat disimpulkan bahwa pembangun bangunan tinggi apartemen Kota Kasablanca bukan penderita Triskaidekaphobia yang fobia terhadap angka tigabelas tetapi Tetraphobia yang fobia terhadap angka 4 maka menghindari semua angka yang mengandung angka 4 tombol lift apartemen yang pada kenyataan sebenarnya memiliki lantai ke 4 dan 14 mau pun 24.
AlasanologiBeda dari fobia pada lazimnya, para penganut Tetraphobia memiliki beberapa alasan siap membela kenapa mereka menghindari angka 4 , 14 , 24, dan seterusnya pada segenap angka yang mengandung angka 4 seolah tak kenal batas akhir.
Alasan paling popular adalah bahwa dalam bahasa Mandarin, angka 4 disebut shi yang lafalnya mirip dengan kata bermakna “mati†sehingga bagi pembangun dan pemilik gedung, angka 4 dihindari agar tidak membawa sial.
Begitu pula bagi para pengguna lift yang tentu saja ingin selamat sampai ke tujuan, angka 4 ditiadakan demi kenyamanan batin bersama.
Alasan lainnya adalah angka 4 dianggap mirip kursi terbalik yang dianggap oleh para pemilik jabatan dan kekuasaan sebagai lambang ketidakseimbangan.
Bagi yang memiliki jabatan, dikhawatirkan akan terjatuh dari kursi jabatannya. Maka ketimbang benar-benar tertimpa musibah, lebih baik angka 4 ditiadakan pada gedung bertingkat oleh para pembangun dan pemilik gedung yang percaya bahwa angka 4 adalah angka pembawa sial.
Lebih baik dianggap percaya tahayul ketimbang bisnis buruk akibat produk tidak dibeli oleh yang percaya tahayul.
Penulis mempelajari keanekaragaman peradaban dan kebudayaan di planet bumi.
BERITA TERKAIT: