Hal tersebut disampaikan oleh Basarah di hadapan 455 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Galuh Ciamis di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/7).
"Pancasila adalah kalimatun sawa. Dan ini adalah warisan dari para pendiri bangsa," kata Basarah di hadapan ratusan mahasiswa yang tengah melakukan Studi Lapangan dan Kunjungan Lembaga (SLKL) di Gedung DPR/MPR RI Jakarta
Basarah yang juga penulis buku "Bung Karno, Islam dan Pancasila" melanjutkan bahwa Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa, bukanlah ideologi agama tertentu dan juga bukan ideologi yang kosong dengan nilai-nilai agama dan ketuhanan.
"Ini kan unik. Bangsa Indonesia menganut falsafah atau mazhab ketuhanan yang universal," sambung Basarah.
Pada bagian lain, Basarah juga merasa amat prihatin dengan menguatnya paham-paham yang berpotensi kuat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai contoh adalah paham takfiri atau paham yang amat mudah mengkafirkan dan menyalahkan orang lain dengan begitu cepat.
"Saat ini bangsa kita gemar sekali dengan budaya impor yang tidak di filter dan salah satunya adala budaya takfiri. Ini kan bahaya sekali, bisa menimbulkan gesekan, bukan hanya sesama umat beragama. Namun antar umat agama bisa terjadi," tegas Basarah.
Di akhir pertemuan, Basarah mengajak kepada segenap mahasiswa Universitas Galuh untuk menjaga dan merawat Pancasila. Dengan menjaga dan merawat Pancasila artinya sama dengan menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia.
"Ini pesan saya. Kalau kalian semua jadi pejabat, atau minimal menjadi anggota DPRD Ciamis maka jagalah Pancasila. Kalian tahu Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi negara besar? Kenapa keduanya menjadi besar? Karena mereka berpijak pada falsafah bangsanya sendiri. Dan kalau Indonesia mau menjadi besar, maka harus berpijak pada falsafah bangsanya sendiri," demikian politisi PDIP itu.
[rus]
BERITA TERKAIT: