Isra' Mi'raj di Indonesia lebih menonjol seÂbagai suatu peristiwa luar biasa yang dilakÂsanakan Nabi Muhammad saw pada tanggal 27 Rajab tahun ke 10 dari kenabian, bertepaÂtan tahun 621M. Tahun ini sering disebut taÂhun kesedihan (
'am al-khazn) karena dalam tahun ini bertubi-tubi cobaan dialami Nabi, di antaranya wafatnya isteri tercintanya Siti Khadijah, menyusul kepergian pamannya Abu Thalib. Dalam tahun yang sama juga tekanan Nabi dari kaum kafir Quraisy semakin meningÂkat. Bahkan sudah sampai kepada tingkat unÂtuk dihabisi nyawanya.
Di Inonesia, setiap tahun yang sama diperÂingati sebagai hari raya bersejarah dan dijadiÂkan hari libur nasional sebagaimana hari-hari besar keagamaan lainnya. Tahun ini, peringaÂtan Isra' Mi'raj jatuh pada hari Sabtu tanggal 14 April 2018 bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1439 H. Hari raya ini pernah diusulkan di zaman Umar ibn Khathab sebagai nama penaggalan atau kalender Islam namun dikaÂlahkan oleh peristiwa Hijrah yang diusulkan Ali ibn Abi Thalib r.a. Bentuk peringatan Isra' Mi'raj di Indonesia dilakukan ceramah umum yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi'raj dan biasanya didandani dengan zikir dan shalawaÂtan di beberapa tempat. Peringatan Isra' Mi'raj secara kenegaraan juga selalu dilakukan oleh Presiden di Istana Negara ataudi Masjid IsÂtiqlal.
Hanya saja Isra' Mi'raj selama ini lebih banÂyak dimaknai secara konvensional sebagai peristiwa luar biasa. Padahal, peristiwa ini seÂsungguhnya sangat sarat nilai, termasuk di dalamnya nilai-nilai spiritual batiniah sampai kepada nilai-nilai sains. Tulisan ini berusaha mengeksplorasi sejumlah nilai yang belum terÂungkapkan selama ini. Banyak dimensi yang perlu diungkapkan di dalam peristiwa ini yang amat relevan untuk mengangkat martabat keÂmanusiaan dan kebangsaan kita.
Banyak peristiwa dalam kisah Isra' Mi'raj menggunakan bahasa konotatif yang sebaiÂknya dimaknai secara berlapis atau bertingÂkat. Dengan kata lain, kita jangan berhenti di level Bahasa tetapi kandungan makna secara komprehensif. Harus diingat bahwa ayat dan hadis tentang Isra' Mi'raj diungkapkan di daÂlam abad keenam Masehi. Apalagi diungkapÂkan di jazirah Arab yang masih sangat bersaÂhaja, belum tersentuh sains dan teknologi.
Ayat yang paling gamblang menggambarÂkan Isra' Mi'raj ialah Q.S. al-Isra'/17:1: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkaÂhi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepaÂdanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha MendÂengar lagi Maha Melihat". (Q.S. al-Isra'/17:1). Sesungguhnya masih ada sejumlah ayat dan hadis lain yang memperkaya kita terhadap perÂistiwa Isra' Mi'raj ini yang dalam artikel mendaÂtang juga akan dirujuk. Hanya saja cara-cara mendekati ayat dan hadis itu pelu dianalisis secara komprehensif dengan meibatkan ilmu-ilmu lain dan alat-alat bantu.