Catatan tersebut menempatkan penyaluran kredit Bank
BJB tumbuh di atas rata-rata nasional.
Pertumbuhan signifikan terjadi pada penyaluran kredit komersial yang mencapai 25%. Pertumbuhan tersebut ditunjang oleh proyek pembangunan di sektor infrastruktur yang berasal dari dana APBD dan APBN.
"Target kredit komersial tumbuh 14% di tahun 2018. Bank
BJB akan fokus pada proyek infrastruktur karena
market share-nya sangat besar," ujar Direktur Utama Bank
BJB Ahmad Irfan saat Analyst Meeting di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada Kamis (15/2/2018).
Sejauh ini, proyek infrastruktur yang berlangsung Jawa Barat dapat terealisasi sebanyak 20%. Bukti bahwa Bank
BJB begitu peduli terkait kesejahteraan masyarakat.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Bank
BJB aktif melakukan pembiayaan pada proyek infrastruktur jalan tol. Diantaranya adalah jalan tol Soreang-Pasirkoja, ruas tol Cikopo-Palimanan, ruas Kanci-Pejagan, ruas Bogor-Ciawi hingga Gempol-Pandaan-Karangjati.
Tidak hanya di Jawa Barat dan Banten, karena Bank
BJB turut melakukan pembiayaan pada proyek jalan tol di beberapa provinsi lain seperti Trans Sumatera serta Trans Jawa.
"Kami tertarik membiayai proyek infrastruktur di Jawa Barat karena itu
secure. Kami juga terlibat pada ruas tol Trans Jawa yang dimulai dari Jakarta sampai Surabaya. Tentu dengan melakukan analisis dari setiap sindikasi," ujar Direktur Komersial Bank
BJB Suartini di tempat dan waktu yang sama.
Sementara pilar bisnis utama Bank
BJB yakni kredit konsumer berhasil tumbuh 6,5%. Catatan tersebut menempatkan penyaluran kredit konsumer tetap menjadi
captive market dengan dominasi portofolio sebesar 67%.
Selain itu, kredit mikro Bank
BJB tumbuh sebesar 33,7%. Di tahun 2018, Bank
BJB menargetkan penyaluran kredit mikro tumbuh sebesar 29%. Hal tersebut menunjukan keberpihakan Bank
BJB pada kegiatan UMKM.
Ekspansi kredit tersebut secara langsung mampu mendorong Bank
BJB menghasilkan laba Rp2,051 triliun, dengan aset mencapai Rp108,4 triliun.
Optimisme menjulang di tahun 2018 lantaran ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami perbaikan yang signifikan. Pandangan tersebut didasarkan pada reformasi ekonomi Indonesia yang akan berkembang secara fundamental dan sistemik.
Proyeksi pertumbuhan lebih moderat akan terjadi pada tahun 2018. Artinya, konsolidasi antara perbankan dan dunia usaha tidak akan seketat tahun 2017 karena permintaan kredit seraya meningkat.
Adapun catatan positif lain yang berhasil dilakukan Bank
BJB adalah dapat menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL) selama tahun 2017 menjadi 1,51% atau turun 18 basis poin dari tahun sebelumnya.
Sedangkan total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun sebesar Rp81 triliun atau tumbuh sebesar 11,2%. Pada tahun 2018, Bank
BJB menargetkan pertumbuhan kredit dan DPK sebesar 11% hingga 12%. Sementara untuk
fee based income juga mengalami kenaikan sebesar 24,5%. [
***]
BERITA TERKAIT: