Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pekerja BEI Antre Naik Lift Barang

Setelah Peristiwa Selasar Ambruk

Kamis, 18 Januari 2018, 10:49 WIB
Pekerja BEI Antre Naik Lift Barang
Foto/Net
rmol news logo Selasar Lantai Meizanin Tower dua Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jalan Jenderal Sudirman Kav 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tiba-tiba ambruk, Senin (15/1). Akibatnya, puluhan pengunjung dan karyawan mengalami luka patah tulang dan dievakuasi ke beberapa rumah sakit. Tapi, tidak sampai menimbulkan korban jiwa.

 Dua hari pasca ambruk, pengelola gedung mulai mengoperasikan kembali Tower II secara terbatas. Akses masuk karyawan dari pintu utama Tower II masih ditutupi terpal warna putih berukuran besar. Isinya, "Pintu masuk dari Tower 1."

Walhasil, seluruh aktivitas ke­luar masuk karyawan diarahkan masuk melalui pintu Tower I. "Mau ambil barang di kantor," ujar Paramita, salah satu pekerja yang berkantor di Tower II Gedung BEI, Selasa (16/1).

Sedangkan ruang lobby tem­pat selasar jatuh belum bisa di­akses. Pasalnya, lokasi tersebutmasih ditutupi papan putih. Beberapa petugas keamanan melakukan penjagaan ketat di sekitar lokasi ambruknya selasar. Lift utama di Tower II yang berada di tengah dan biasa digunakan karyawan untuk naik ke lantai atas. Lift ini masih dimatikan. Mereka diarahkan menggunakan lift barang yang berada tak jauh dari lift utama. Sebelum menaiki lift, sejumlah karyawan harus didata terlebih dahulu oleh petugas. Setelah itu, karyawan baru dipersilakan naik lift yang cukup lebar itu.

Karena hanya satu lift saja yang dioperasikan, akhirnya ra­tusan karyawan harus mengant­re untuk mendapatkan gilirannya menaiki lift tersebut. "Liftnya dibatasi paling banyak 15 orang. Liftnya yang difungsikan juga hanya satu," ujar salah satu petugas keamanan yang enggan disebutkan namanya itu.

Di luar gedung, police line atau garis polisi masih terpasang di depan pintu masuk Tower II. Penjagaan di sekitar gedung juga masih ketat. Beberapa petugas kepolisian sembari menenteng laras panjang masih berjaga-jaga tidak jauh dari pintu masuk.

Selain itu, satuan pengamanan gedung BEI juga melakukan pengamanan ketat. Mereka tersebar di sejumlah titik, memer­iksa mobil dan pengunjung yang membawa tas yang akan masuk ke dalam gedung. Tidak keting­galan anjing juga dikerahkan di sekitar gedung untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.

"Karyawan yang ingin naik ke Tower 2 harus melalui pintu Tower I dulu," ujar salah satu petugas keamanan, Agus.

Sebelum difungsikan kembali, Rabu (17/1), material selasar yang ambruk juga telah dibersi­hkan, Selasa malam (16/1). Satu persatu petugas mengangkut material seperti beton berbagai ukuran dan dipindahkan meng­gunakan truk yang tersedia di depan gedung. Sedikitnya ada dua buah truk yang digunakan untuk mengangkut material yang roboh.

Menurut Agus, saat ini kary­awan hanya diperbolehkan masuk untuk mengambil barang penting di BEI Tower 2. "Ada yang ke dalam ngambil barang lalu pulang lagi. Tapi, belum tahu diliburkan atau enggak," kata dia.

Sementara, salah satu kary­awan yang bernama Paramita mengaku mendapatkan kabar bahwa semua aktivitas perkantoran di Tower II masih dilibur­kan. "Saya belum tahu liburnya sampai kapan, soalnya situasinya masih darurat," ujar kary­awan yang berkantor di lantai 9 Gedung BEI ini.

Wanita berambut panjang ini mengatakan, tidak semua orang bisa masuk ke dalam gedung perkantoran. "Perwakilan saja untuk mengambil dokumen agar bisnis bisa jalan lagi," ucapnya.

Paramita berharap, kantor bisa operasional lagi seperti sedia kala agar kegiatan bisnis tidak terganggu.

Direktur Cushman and Wakefield Indonesia, Farida Riyadi selaku pengelola Gedung BEI mengatakan, pihaknya mengu­sahakan agar Tower II bisa di­gunakan kembali secara normal, Rabu (17/1).

"Kita lakukan secara maksi­mal untuk mengeluarkan puing-puing supaya Tower II bisa digunakan seperti semula," ujar Farida.

Farida menyatakan, Gedung BEI aman untuk digunakan kembali seperti biasanya. "Ini statement dikeluarkan dari kon­sultan yang menyatakan, gedung bursa dalam kondisi aman," tandasnya.

Farida menjelaskan, Tower 2 Gedung BEI sudah berumur 21 tahun. "Tower 2 lebih muda dari Tower 1, sekitar 1997 atau 1998. Tapi sejak awal tidak ada perubahan," ujarnya.

Menurut Farida, Tower I dan II dibangun oleh kontraktor yang berbeda. Tower I dibangun Nusa Konstruksi Enjiniring yang rampung tahun 1994. Sementara Tower II dibangun SsangYong pada 1997 dan selesai pada 1998. "Ini perusahaan dari Korea Selatan," ucapnya.

Farida mengaku telah melayangkan surat ke SsangYong selaku kontraktor. Surat tersebut masih bersifat pemberitahuan dan belum berbentuk permintaan pertanggungjawaban. "Sudah kita sampaikan, belum ada jawa­ban," kata dia.

Kendati sudah berumur puluhan tahun, Farida menegaskan, pengecekan struktur rutin dilakukan oleh konsultan konstruksi terutama saat pengelu­aran izin yang dilakukan setiap tahunya.

"Izin terakhir dikeluarkan Mei 2017," tandasnya.

Terkait penyebabnya ambruknya selasar di Gedung BEI, Farida enggan berkomentarlebihjauh. "Kami masih menunggupenyelidikan lebih lanjut dari Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor) Mabes Polri serta konsultan struktur gedung," ucapnya.

Kendati demikian, Farida mengatakan, pihaknya telah menun­juk konsultan independen untuk melakukan pengecekan terhadap struktur gedung. Konsultan yang ditunjuk yaitu, Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, PT GistamaIntisemesta, PT Arkonin, dan PT Rematha Daksa Optima.

"Mereka kita tunjuk untukmelakukan assesment atas kekuatan struktur gedung bursa," ujarnya.

Hasilnya, kata dia, pertama, struktur yang mengalami kegagalan adalah struktur sekunder dan bukan struktur utama ge­dung. Kedua, lanjutnya, kega­galan itu dimulai dari kapasitas sambungan penggantung selasar yang terlampaui atau kelebihan beban. Ketiga, antara gedung tower satu dan dua merupakan dua bangunan independen yang secara struktur terpisah satu sama lain.

Selanjutnya, menurut Farida, struktur sekunder saat ini masih dalam penelitian dan disarankan untuk sementara tidak difungsi­kan. "Sejak Senin siang, selasar antara tower satu dan dua yang menghubungkan, tidak fungsi­kan, kita tutup,"  tegasnya.

Lebih lanjut, kata Farida, konsultan independen juga me­nilai, kegagalan yang terjadi di struktursekunder tidak berpengaruh ke struktur utama ge­dung. "Jadi, secara konstruksi gedung, dua tower itu kondisinya aman karena tidak ada sangkut pautnya dengan kondisi struktur yang terjadi kemarin," pungkasnya.

Kilas Balik
Ketika Puluhan Mahasiswa Berhenti Di Satu Titik, Lantai Mezanin Ambrol


Selasar Lantai Mezanin Tower dua Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ambruk, Senin (15/1).

Saat kejadian, puluhan maha­siswa Universitas Bina Darma, Palembang, sedang berjalan di lantai Mezanin BEI untuk men­cari sebuah ruangan.

Ketika mereka berhenti di satu titik bangunan itu, tiba-tiba saja selasar ambrol sehingga membuat puluhan orang terjatuh ke lantai dasar sekitar pukul 12.00 WIB.

Di lantai dasar, juga ada sejumlah orang yang sedang ber­lalu lalang tertimpa reruntuhanbangunan itu. Akibatnya, sebanyak 73 pengunjung dan kary­awan mengalami luka patah tulang, kemudian dievakuasi ke beberapa rumah sakit. Namun, kejadian tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa.

Seperti diketahui, Gedung BEI dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama yang meliputi dua menara, Tower 1 dibangun tahun 1994 dan Tower 2 selesai konstruksinya pada 1998.

Menara kembar ini, menempatiarea seluas 25.280 meter persegi dengan nama jual atau trade mark Indonesia Stock Exchange dengan pengelola PT Cushman and Wakefield Indonesia.

Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta Edy Junaedi mengatakan, pemerik­saan tidak bisa dilakukan secara menyeluruh karena ada aktivitas bursa. Tim dari DKI, kata dia, mempercayai gedung itu aman lantaran pengelolanya mengaku selalu melakukan pengecekan setiap hari.

"Penjamin struktur gedung memiliki IPTB (Izin Pelaku Teknis Bangunan) yang melaku­kan cek per hari. Mereka menja­min struktur gedung sudah sesuai keandalan bangunan," ujar Edy.

Akhirnya, Gedung BEI menerima Sertifikat Laik Fungsi (SLF) yang akan habis pada 25 Januari 2018. Sepuluh hari sebe­lum itu, selasar Lantai Meizanin Tower II Gedung BEI ambruk.

Sementara, Kepala Dinas Cipta Karya, Penataan Kota dan Pertanahan DKI Benny Agus Chandra mengatakan, akan melakukan audit menyeluruh usai terjadi insiden ambruknya lantai mezanin tower II gedung BEI.

"Kami akan turun langsu audit semuanya, apalagi ada korban," ujar Benny.

Menurut Benny, salah satu yang akan diaudit, yakni Sertifikat Laik Fungsi (SLF) ban­gunan tersebut. Sebab, kata dia, SLF sementara gedung itu telah diterbitkan pada 2016, kemudian diterbitkan kembali pada 2017.

SLF, lanjut dia, dikeluarkan meski masih ada sejumlah kewa­jiban yang belum dipenuhi. Akan tetapi, dia mengakui pihaknya belum mengetahui secara persis mengenai kewajiban-kewajiban tersebut. "Saya akan cek lagi. Kewajiban itu, misalnya pem­buatan Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT), kewajiban menyerahkan lahan dan lain-lain," jelasnya.

Terpisah, Ketua Asosiasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi Indonesia M. Mushanif Mukti menjelaskan, pada rancangan awal, berat beban yang bisa ditampung selasar Tower II BEI sekitar 500 ki­logram per meter persegi. Sehingga, kata dia, dari total berat yang bisa ditampung itu, kemampuan material yang digunakan untuk membangun selasar seharusnya bisa menahan beban satu setengah atau dua kali lipat, yakni sekitar satu ton.

"Jadi soal panjang dan lebar se­lasar, sepanjang itu direncanakan dan dihitung dengan baik, tidak akan roboh," ujar Mushanif.

Menurut Mushanif jika berat yang bisa ditampung hingga 500 kilogram per meter, dengan asumsi berat siswa SMA seki­tar 64 kilogram, maka selasar bisa menampung hingga delapan orang per meter persegi.

Hal itu, kata dia, belum ditam­bah dengan perkiraan kekuatan material yang harusnya bisa me­nahan hingga dua kali lipat. "Yang kemarin kondisinya bukan karena kebanyakan orang," sebutnya.

Menurut pengamatan Mushanif berdasarkan video CCTV yang tersebar, penyebab robohnya selasar, lebih disebabkan kondisi material bangunan yang sudah dalam kondisi fatigue (kelelahan). "Menurut analisis dari ITB, bebannya belum sampai 500 kg per segi, jadi kemungkinan memang bahannya yang kurang baik," duganya.

Sementara, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengelu­arkan hasil kajian pendahuluan terkait lantai mezanin Gedung BEI yang ambruk. Hasilnya, pengelola gedung selama ini hanya melakukan pemeliharaan berupa mekanikal, elektrikal, dan keber­sihan. "Tidak ada pemeliharaan struktur bangunan,"  demikian pernyataan tim kajian.

Balkon berbentuk cantilever tersebut juga bukanlah bangunan tambahan, tapi sudah termasuk dari awal gambar perencanaan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA