B Bur Maras mengungkapÂkan, perusahaan yang dipÂimpinnya sejatinya sudah sejak lama berniat masuk dalam proyek LRT. Dia bilang, peÂrusahaannya ingin karya besar yang berguna bagi anak cuÂcunya. Mengingat, usia Bur Maras saat ini sudah memasuki kepala delapan.
Lantas bagaimana tanggaÂpan pemerintah terkait hal ini? Berikut penuturan lengkap Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya yang kerap diutus Presiden Jokowi untuk mengurus beberapa proyek besar negara;
Bagaimana tanggapan Anda terkait kabar PT Ratu Prabu Energi Tbk yang ingin berinÂvestasi di proyek LRT? Silakan jika ingin mengucurÂkan dananya di proyek LRT. Pemerintah sangat membuka diri dengan pihak swasta untuk membiayi proyek-proyek inÂfrastrukrur. Sebab, hal ini kan mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Tapi sebelumnya Anda mengetahui ada pihak swasta yang ingin berinvestasi di proyek LRT? Saya belum mengetahui jika ada pihak swasta yang ingin membangun LRT. Ya, kalau suÂdah kita support. Kalau ada, keÂnapa tidak. Enggak ada masalah siapa saja boleh investasi.
Jika PT Ratu Prabu sungÂguhan ingin membangun LRT apakah pemerintah menÂgizinkan? Kalau memang dia (PT Ratu Prabu Energi Tbk) membawa uang sebesar itu (tidak kurang dari Rp 400 triliun), ya silakan saja.
Apakah sudah ada pembaÂhasan khusus antara pemerinÂtah dengan PT Ratu Prabu? Sampai saat ini belum ada pihak baik dari pemerintah, dalam hal ini kementerian atau lembaga, serta daerah yang meÂlaporkan terkait dengan niatan Ratu Prabu yang ingin memÂbangun LRT.
Apakah pemerintah akan mendukung jika PT Ratu Prabu sungguhan ingin berÂinvestasi untuk LRT? Pemerintah tidak lepas duÂkunganlah. Pemerintah malah senang sekali. Kan pemerinÂtah mau seperti proyek LRT Jabodetabek ini tidak APBN semua, itu yang justru pemerÂintah mau. Namun segera biÂcara ke pusat. Kalau mau mesti beritahu.
Apakah ada syarat tertentu yang dipatok pemerintah bagi pihak swasta yang ingin meÂmarkir sahamnya di proyek LRT? Saya tegaskan pemerintah membuka kesempatan bagi pihak swasta asal memenuhi tiga syarat. Pertama, teknologi yang digunakan harus ramah lingkunÂgan. Nah, setelah teknologi itu diimplementasikan, saya berÂharap terjadi transfer teknologi kepada Indonesia. Teknologi itu harus ada, entah dari lanÂgit, surga, neraka, supaya jelas. Kemudian jangan sedikit-sedikit teknologinya impor, tapi kalau teknologinya bagus, ya kenapa tidak.
Kedua, yakni memperbanyak tenaga kerja Indonesia. Untuk itu, saya berharap investor yang mau menanamkan proyek padat modal di Indonesia harus memÂbangun pelatihan khusus bagi tenaga kerja Indonesia. Sebab, pendidikan vokasi di Indonesia masih dianggap kurang berkualÂitas. Buktinya, saat ini, banyak Sekolah Menengah Kejuruan yang dianggap masih tidak siap dengan kebutuhan pekerjaan saat ini. Jadi, dalam jangka waktu pendek, para investor boleh menggunakan tenaga kerja luar. Tapi, sepanjang masa-masa itu, mereka harus membuat pelatihan bagi pekerja Indonesia.
Syarat selanjutnya... Ketiga, investasi ini harus menyeluruh dari hulu ke hilir. Contohnya jika ada investasi di pertambangan nikel, pemerÂintah perlu memastikan bahwa investasi itu juga harus bergerak ke baja anti karat dan carbon steel. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat nilai tambah hasil industri Indonesia.
Kalau untuk keretanya, apakah lebih mengedapankan hasil garapan perusahaan BUMN, swasta, atau perusaÂhaan asing? Saya terus mendorong perusaÂhaan dalam negeri memproduksi kereta LRT, semacam PT INKA. LRT kita juga ingin supaya kaÂlau INKA bisa memproduksi. Alhasil lokal konten ya kapan lagi kita orang Indonesia bikin sendiri. Sudah saatnya BUMN mampu memproduksi kereta yang canggih.
Kabarnya akan mengganÂdeng perusahaan asing sebagai konsultan? Pemerintah memang akan menggandeng Hyundai, peÂrusahaan asal Korea Selatan sebagai konsultan. Mengingat, Hyundai memiliki teknologi yang maju, sehingga bisa diÂharapkan ada transfer teknologi ke dalam negeri. Bagaimana pun kami ingin teknologi yang sudah maju masuk supaya bisa transfer teknologi.
Apakah PT INKA sendiri siap terkait hal ini? PT INKA sudah menyanggupi permintaan tersebut. Kemarin Pak Ridwan sudah meninjau, kelihatan mereka sangat siap. Saya berharap produksi kereta dalam negeri dalam menghemat ongkos produksi.
Memang tidak serta merta lebih murah, karena ada beÂberapa komponen yang kita impor, tapi kita berharap lebih murah. ***
BERITA TERKAIT: