Bersyukur dalam arti syukr banyak difahami seÂcara keliru. Banyak orang yang menyangka berÂsyukur ialah mengucapkan tahmid (al-hamdulillah) tetapi sesungguhnya itu bukan syukur melainkan hanya tahmid, memuji-muji Tuhan. Bersyukur ialah memberikan sebagian nikmat Tuhan kepada hamÂba-Nya yang membutuhkannya. Misalnya gaji kita dinaikkan atau kita memperoleh keuntungan usaÂha dagang, maka cara mensyukurinya kita harus mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqah kepada orang-orang yang layak menerimanya, atau sebaÂgaimana ditunjuk oleh Syara'.
Bersyukur dalam arti syakur berarti bersabar menerima cobaan Tuhan dan tidak pernah salah paham terhadap Tuhan. Misalnya seseorang diuji dengan penyakit kronis, seperti diabet atau gaÂgal ginjal yang mengharuskan cuci darah berkali-kali seminggu, tidak perlu mengutuk diri sendiri atau menyalahkan orang lain, bahkan menyalahÂkan Tuhan, melainkan harus sabar sambil menÂjalani pengobatan secara intensif. Tidak boleh pasrah sebelum berusaha secara maksimum sebatas kemampuan kita. Kalau sudah dilakuÂkan berbagai upaya, namun penyakit itu masih mendera kita maka bersahabatlah dengan peÂnyakit itu. Bersahabat dengan penyakit menurut para ahli anastesia (ahli rasa nyeri) dapat menuÂrunkan rasa sakit itu sendiri. Yakinkan pada dirinÂya bahwa penyakit ini pasti bentuk lain dari rasa cinta Tuhan terhadap diri kita. Nabi pernah berÂsabda: Tidak ditimpa sebuah penyakit, penderiÂtaan, kekecewaan, sampai kepada duri menusuk kaki, melainkan itu semua sebagai pencuci dosa masa lampau". "Tanda-tanda jika Tuhan mencinÂtai hamba-Nya ia menurunkan siksaan lebih awal di dunia supaya di akhirat nanti lunas, tidak lagi disiksa atau mengurangi siksaan kerasnya di nerÂaka". "Sehari dilanda penyakit demam akan dihaÂpuskan dosanya selama setahun".
Kalau selama ini kita bersyukur dalam arti syukur, maka kita sudah berada setingkat lebih baik daripaÂda orang yang tidak pernah bersyukur samasekali atau hanya bertahmid. Namun kita masih perlu berÂjuang bagaimana kita sampai ke tingkat lebih tinggi lagi, yaitu syukur dalam arti syakur. Untuk mencapai derajat syakur kita perlu meningkatkan kesadaran spiritual kita dengan meningkatkan kesabaran dan pengendalian diri. Kualitas syakur tidak bisa dicapai tanpa berusaha untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Syakur tidak daÂtang dengan sendirinya melainkan melalui proses perjuangan batin (mujahadah).
Kualitas syakur yang dicapai perlu dipertahankÂan. Mungkin dalam satu atau beberapa kasus kita berhasil mempertahankan kualitas syakur tetapi dalam kasus-kasus tertentu kita gagal. Mungkin taÂhun ini kita berhasil tetapi tahun berikutnya kita tuÂrun lagi ke tingkat syukur. Kita lebih betah dan lebih senang menerima nikmat tetapi kita kurang ikhlas menerima cobaan, bahkan mengutuk cobaan itu.
Sehubungan dengan ini menarik untuk disimak firman Allah Swt dalam Q.S. al-Baqarah/2261 "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padaÂhal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buÂruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.S. al-Baqarah/2:216).
Orang-orang yang sudah sampai pada tingkat syakur akan betul-betul menikmati hidupnya denÂgan tenang. Jika ia dikaruniai rezki, kesehatan, dan berbagai kesenangan lainnya ia tak henti-hentiÂnya bersyukur. Akan tetapi jika ia dicoba dengan musibah, penderitaan, dan kekecewaan, ia bersÂabar. Orang-orang seperti inilah yang termasuk beÂbas Iblis. Karena jika diuji kemewahan ia bersyukur dan jika diuji dengan penderitaan ia bersabar. ***