Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pasukan Brimob Siaga, Manggarai Kondusif Lagi

Pasca Tawuran Tewaskan Dua Orang

Rabu, 08 Maret 2017, 10:03 WIB
Pasukan Brimob Siaga, Manggarai Kondusif Lagi
rmol news logo Kemarin, personel Kepolisian berjaga di sekitar lokasi tawuran. Tampak pula puluhan motor trail milik pasukan Brimob dan Sabhara diparkir di pinggir jalan sepanjang Manggarai.

Petugas Brimob bersenjata lengkap, bersantai sembari waspada menjaga sudut-sudut gang dan toko. "Kita masih diinstruksikan buat jaga sini, takutnya kalau ada apa-apa kayak kemarin, jadi halaunya bisa cepat," kata Dedy, petugas Brimob yang sedang berjaga di sebuah warung.

Sebuah tenda Brimob ber­warna hijau berukuran cukup besar juga didirikan di dekat pos polisi Manggarai. Beberapa truk Brimob, dan water cannon juga bersiaga di dekat persimpangan Manggarai, tepatnya di dekat te­rowongan yang Selasa lalu men­jadi pusat tawuran. Beberapa bus mendium pengangkut personel pun diparkir di sekitarnya.

"Water cannon juga perlu, soalnya kemarin gas air mata sempat agak kesulitan mengha­lau. Water cannon buat jaga-jaga, kalau perlu langsung semprotuntuk menghalau massa, mem­bantu gas air mata," kata Dedy.

Sementara arus lalu lintas di sekitar pos pengamanan telah kembali seperti biasa. Arus lalu lintas yang mengarah dari dan ke Stasiun Manggarai cukup ramai.

Selain di dekat terowongan menuju Terminal Manggarai, petugas kepolisian juga melaku­kan penjagaan di Jalan Tambak. Sejumlah motor trail polisi di parkir di pinggir jalan, persisdi seberang Rumah Sakit Tambak.

Keributan dua kelompok war­ga telah berulang kali terjadi. Menurut seorang warga bernama Joko, keributan sudah berlang­sung turun temurun. Warga Jalan Tambak ini mengatakan, dua kelompok sudah seperti musuh bebuyutan.

"Seingat saya, tawuran sudah ada sejak tahun 1990-an. Sejak saya tinggal di sini, tawuran dua kelompok warga sudah terjadi dari tahun 1997," kata Joko.

Dia bercerita, dulu tawuran sudah menjadi pemandangan sehari-hari warga. Hampir setiap waktu, meletus bentrok fisik. "Waduh, kalau dulu lebih sadis. Sehari bisa lima kali terjadi tawuran," ujarnya.

Tempat tinggal Joko tepat di pinggir jalan. Dia kerap menjadi saksi keributan antar dua kelom­pok warga di depan rumahnya. Kata Joko, setiap terjadi keributan, warga seperti dirinya paling panik.

"Takut kalau-kalau dibakar. Rumah saya sekaligus dijadi­kan agen gas elpiji. Saya jaga barang-barang yang saya jual saja," ujar Joko.

Warga tidak tahu persis penyebab pecahnya tawuran. Pemuda-pemuda itu mudah sekali tersinggung oleh hal-hal sepele. Lalu, merembet kemana-mana. "Tidak ketemu apa masalahnya, apa pe­nyebabnya. Pemicunya apa, siapa yang duluan. Mana yang duluan itu tidak ketemu," ujar Joko.

Joko adalah salah satu warga yang tidak menghendaki tawuran terus terjadi. Di samping meng­ganggu masyarakat, juga mem­bahayakan nyawa anak-anak. Seperti yang menimpa dua pelajar pada Minggu lalu.

"Saya tidak memihak ke sana atau ke sini. Kalau ditanya ke sana, pasti di sini duluan pemicunya. Tapi kalau ditanya di sini, pasti warga sana duluan. Jadi, permasalahannya tidak ketemu. Saya juga susah, teman semua. Tidak tahu pemicunya siapa sebenarnya. Saya juga tak pernah ikut-ikut," katanya.

Terpisah, seorang warga Manggarai bernama panggilan Acil mengatakan, tawuran di­picu dendam. Warga Manggarai tidak terima ada dua orang warga Manggarai yang meninggal dunia dalam kejadian sebelumnya.

Dikatakan Acil, dalam tawuran sehari sebelumnya, ada yang memicu pertikaian dengan cara melemparkan petasan ke arah kubu warga Manggarai. Kemudian, terjadilah duel dengan warga Pegangsaan.

Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan (wilayah Tambak), Taufik Hidayat berharap, pe­merintah dan kepolisian mem­fasilitasi forum komunikasi antara kedua belah pihak. Forum komunikasi itu, diharapkan mampu mengantisipasi terjadin­ya tawuran antar warga.

"Salah satu untuk antisipasinya, paling tidak ada forum itu, antara warga pemuda Tambak dan Manggarai," ujar Taufik di Jalan Tambak.

Taufik mengatakan, Polres Metro Jakarta Pusat dan Pemkot Jakarta Pusat tengah melakukan upaya mediasi. Keduanya me­minta saran dari warga untuk menyelesaikan konflik sosial yang seringkali menimbulkan tawuran di sana.

Menurut Taufik, selain forum komunikasi, warga juga memintadilakukan kegiatan bersama untuk menjalin hubungan baik di antara mereka. Warga juga me­minta pemerintah membangun pagar pembatas agar lebih aman. Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan kedua belah pihak akan berdamai.

Taufik menuturkan, warga Tambak dan Manggarai pernah membuat aksi damai. Setelah ada aksi damai itu, tawuran sempat tak terjadi.

"Hampir dua tahun tidak ke­jadian. Akhir tahun 2016 baru terjadi lagi," kata Taufik.

Dia berharap, warga Tambak dan warga Manggarai kembalimengadakan aksi damai tersebut.Taufik menyebut akan mengum­pulkan warganya untuk memberi arahan agar tak lagi tawuran.

Taufik juga meminta aparat segera menangani provoka­tor-provokator yang memicu terjadinya tawuran. Menurut Taufik, tawuran kerap diawali dengan bunyi petasan. Warga kemudian saling melempar batu hingga menyerang mengguna­kan senapan angin. Akibatnya, warga mengalami luka. Oleh karena itu, dia juga meminta polisi melakukan razia petasan.

"Petasan dioperasi juga tuh. Ada warga kami yang kena petasan. Yang saya lihat satu orang, dibawa ke RSCM. Yang kena mimis (peluru senapan angin), 2-3 orang," ucapnya.

Tawuran maut dalam dua hari tersebut, menurut Taufik, ter­jadi karena petasan. Dia curiga aksi tersebut sengaja untuk memancingkeributan.

"Seperti ada pihak tertentu yang tidak menginginkan situasi kedua warga ini aman. Ada yang naik motor nembakin pakai petasan. Awal 2017 sudah dua kali. Kemudian hari Minggu dan Senin lalu," ujarnya.

Meski Taufik menjabat Ketua RW di Jalan Tambak, dia tidak menyalahkan warga Gang Tuyul. "Belum tentu anak Tambak, be­lum tentu warga Tuyul, Manggarai. Bisa saja anak luar. Seperti ada pihak ketiga pemicunya," curiga Taufik.

Latar Belakang
Seorang Pelajar Dan Satu Mahasiswa Tewas Dalam Tawuran Di Manggarai

Tawuran yang melibatkan warga Tambak, Jakarta Pusat dengan warga Manggarai, Jakarta Selatan mengakibatkan dua orang meninggal dunia.

Seorang pelajar bernama Sutan Rafi Hakim Lubis (16) tewas, diduga kena tembakan senapan angin. Kemudian, seorang ma­hasiswa bernama Fikri Fadhlur Firmansyah (21) juga tewas dalam tawuran tersebut.

Hingga kini, kepolisian masih menyelidiki pelaku yang mem­bawa senapan angin saat kelompokwarga Tambak dan warga Manggarai itu bertikai. Polisi menduga, terjadinya tawuran tersebut dipicu lemparan petasan api yang dilakukan sekelompok orang.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono men­gatakan, banyak penyebab yang memicu tawuran antarwarga kerapterjadi di kawasan Manggarai. "Seperti ejek-ejekan antar kedua kampung, hingga menyebabkan warga tak terima hingga terjadi perselisihan," kata Argo.

Pecahnya tawuran antar warga juga bisa disebabkan aksi lempar petasan hingga banyak warga kampung ikut terlibat. Dia me­nambahkan, penyebab itu yang harus dirumuskan dan dikomu­nikasikan antar warga dan tokoh masyarakat sekitar.

Hal ini, lanjutnya, bisa diru­muskan antara kedua belah pihak dan tokoh masyarakat, serta difasilitasi kepolisian sehingga akar masalah bisa dimengerti masyarakat.

"Dengan begitu, kita harapkan tidak terulang," tandasnya.

Bekas Kabid Humas Polda Jawa Timur ini menuturkan, pihaknya akan melakukan patrolidi sekitar lokasi agar tawuran tidak kembali terjadi. Jadi, ujar dia, pos pengamanan dibuat setelah kejadian.

"Tentunya kami berharap pemda dan tokoh masyarakat ikutmelihat permasalahan. Kita sama-sama memperbaiki per­masalahan," ujarnya.

Sejauh ini, lanjut Argo, ke­polisian sudah memanggil para saksi untuk mencari motif kasus tersebut. "Ada lima orang yang sudah kami mintai keterangan," jelasnya.

Nanti, kata dia, pihaknya akan mencari motif tawuran. Kemudian, dicari tahu apa penyebabnya, dan sudah berapa lamatawuran terjadi. "Apakah penyebabnya dendam," ucap Argo.

Sedangkan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono menilai, jika pada akhirnya Pemprov DKI harus melakukan penataan ulang demi mencegah tawuran, maka hal ini pasti akan dilakukan asalkantidak bertentangan dengan pengembangan sistem transportasi. Penataan ulang akan dilakukan dengan mengintegrasikan moda transportasi seperti LRT, MRT dan Transjakarta.

"Saya kira, ke depan, ini akan menjadi bagian dari area yang harus dibenahi kalau itu memang dari segi solusi dan konflik sosialnya salah. Itu jangka pan­jangnya," kata pria berpanggilan Soni ini.

Soni pun menilai, lebih baik polisi yang menangani masalah tersebut dalam jangka pendek. "Kami berencana mengumpul­kan beberapa stakeholder untuk membicarakan masalah tawuran agar tidak terulang kemudian hari," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA