Pemindahan operasional tersebut berdampak pada masyarakat dan beberapa usaha lain di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Senin lalu (6/2), jadi hari yang berbeda bagi Mama Ridho. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, pemilik warung makan Uninga Sederhana itu, tidak melakukan aktivitasnya sehari-hari. Biasanya dia sibuk melayani permintaan sopir, kondektur, calon penumpang, hingga agen tiket yang ingin makan di kedainya.
Warung Uninga Sederhana terhitung cukup besar. Letaknya berada persis di sebelah bekas loket penjualan tiket bus PO Garuda Mas. Ada tiga kios yang dipakainya untuk menjajakan makanan dan minuman.
Ketiga kios itu digunakan seÂbagai tempat untuk meletakkan deretan meja makan dan kursi. Sebuah etalase kaca berukuran 2 x 1,5 x 0,5 meter diletakkan persis di depan kiosnya. Etalase itu dipakai untuk menyimpan makanan yang dijajakannya.
Rakyat Merdeka memesan minuman dingin di kedai miliknya. Sambil melayani, Mama Ridho menceritakan dampak pemindahan aktivitas terminal terhadap kedai miliknya. Kata dia, sejak kebijakan pemindahan operasional bus AKAP, warga yang makan di kedainya seÂmakin menurun, bahkan cenderung sepi.
"Seluruh agen bus pindahsemua mulai tadi pagi. Sebelumnya, masih ada yang datang satu atau dua orang. Memang sudah mulai menurun sejak operasional dipindahkan ke Pulo Gebang," katanya.
Biasanya, pagi dan malam hari adalah waktu ramai di kedainya. Pelanggannya beragam. Mulai dari sopir bis, kondektur, hingga penumpang dan calon penumpÂang bus AKAP.
"Sekarang tinggal cerita. Seharian ini baru Mas saja yang beli di warung saya," kata wanita yang mengenakan jaket hitam itu.
Mama Ridho mengaku sudah tidak diminta uang sewa kios di Terminal Pulo Gadung. Tapi, dia masih bingung apakah akan ikut memindahkan usahanya ke Pulo Gebang. Penyebabnya, dia mendengar cerita dari beberapa rekannya bahwa salah satu terminal terbesar di Asia itu masih sepi.
"Masih bingung. Kata teman-teman masih sepi. Ini saya baru mau melihat-lihat ke sana. Kalau kira-kira prospeknya bagus, pasti pindah. Soalnya, suami saya juga kerjanya di sana sekaÂrang," ujar wanita yang sudah 15 tahun berusaha di Terminal Pulo Gadung ini.
Sementara sang suami yang minta disebut Bapak Ridho ini mengaku, Senin lalu merupaÂkan pertama kalinya dia pindah bekerja di Pulo Gebang. Agen bus tujuan Pelabuhan Merak itu mengaku, menerima saja peraÂturan yang dibuat pemerintah. Yang penting, kata dia, mata pencahariannya tidak tertutup sama sekali.
"Mau apa lagi. Kita ikut saja kalau memang sudah aturan. Kita tidak bisa membantah. Lagipula di Pulo Gebang sudah mulai ramai. Mungkin kalau semua terminal di Jakarta tertib, bakal cepat ramai di Pulo Gebang," harapnya.
Dari pantauan, sudah tidak ada aktivitas keberangkatan dan kedatangan bus di Terminal Pulo Gadung. Selain itu, loket-loket penjualan pun kosong. Kekosongan tampak di bagian luar maupun bagian dalam loket yang tadinya merupakan tempat agen menjajakan tiket. Tadinya, tiap agen tiket diberikan kios berukuran kira-kira 2x1 meter untuk aktivitas penjualan tiket.
Bangunan terminal yang dicat warna biru di bagian bawah dan putih di bagian atas tampak kusam. Kekusaman pun tampak di lantai keramik, yang tadinya putih sudah menghitam. Di beÂberapa tempat, atap dan plafon bangunan mengalami kerusakan cukup parah.
Tadinya, areal pemberangkaÂtan maupun kedatangan bus-bus AKAP berada di sebelah kiri pintu masuk terminal. Kini, sama sekali tidak ada aktivitas bus AKAP. Di bagian depan hanya terparkir dua bus milik PO Lorena tujuan Bogor. "Kalau jurusan Bogor masuknya dalam kota," kata kondektur bus terseÂbut saat dijumpai.
Ditutupnya loket penjualan tiket tidak hanya berpengaruh terhadap sepinya aktivitas pedaÂgan makanan. Salah satu usaha yang turut terkena imbas, yakni kios penjualan voucher pulsa isi ulang. Dari pantauan, setidaknya ada tiga kios penjualan voucher pulsa isi ulang yang tidak berakÂtivitas hari itu.
Di bagian terpisah, aktivitas di terminal dalam kota berjalan seperti biasa. Angkutan perkoÂtaan berukuran kecil, medium hingga Bus Transjakarta keluar masuk Terminal Pulo Gadung. Sebagian lainnya ngetem atau menunggu penumpang di perempatan yang berada persis di depan terminal.
Terpisah, Firman, staff secuÂrity di Terminal Pulo Gadung justru menilai, pemindahan ini tidak selalu memberikan dampak buruk bagi terminal. Hal tersebut, kata dia, tampak dari kebersihan terminal.
"Tidak semuanya negatif, soalnya pas pemindahan ini, terminal langsung direnovasi bangunannya, kan jadi tak terlaÂlu terganggu
traffic penumpang. Selain itu, warga penyandang masalah sosial hampir tidak terÂlihat lagi," ujarnya. ***