Senin (6/2), ratusan mahasiswa menggeruduk rumah SBY yang merupakan pemberian negara tersebut. Aksi massa tersebut dikeluhkan SBY karena merasahak tinggalnya terganggu. SBY mencurahkan isi hatinya melalui akun twitternya di @ SBYudhoyono.
"Kecuali negara sudah berubah, undang-undang tak bolehÂkan unjuk rasa di rumah pribadi. Polisi juga tidak memberi tahu saya," tulis SBY.
Namun, sejak kemarin, pengaÂmanan ketat sudah terlihat di jalan masuk menuju rumah Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini. Dua tenda peleton didirikan di tanah kosong yang berjarak sekiÂtar 500 meter dari rumah SBY. Belasan motor trail bertuliskan Brimob, terparkir rapi tidak jauh dari rumah SBY.
Selain itu, mobil sedan polisi, jeep dinas TNI dan dua truk miliÂter juga terparkir rapi tak jauh dari rumah purnawirawan Jenderal TNI AD ini. "Pengamanan sedikit ditingkatkan pasca unjuk rasa mahasiswa," ujar Suryanta, Kapospol Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin.
Mendekat ke rumah SBY, penÂjagaan semakin ketat. Lima personel Paspampres bersiaga samÂbil menenteng senjata api laras panjang. Anggota Paspampres melarang pihak yang tidak berkepentingan mendekati ruÂmah tersebut.
Rumah dua lantai itu dibatasi gerbang setinggi dua meter dan tertutup rapat. Di pagar warna gelap itu, terpasang spanduk calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. Di halaman rumah terlihat benÂdera merah putih yang terus berkibar karena tertepa angin.
Suryanta menambahkan, persÂonel Brimob yang diperbantukan untuk pengamanan di kediaman SBY sebanyak 20 personel, dan mulai diperbantukan sejak kemarin. "Belum ditambah beberapa personel dari Polsek Setiabudi," kata dia.
Namun, dia tidak mengetahui sampai kapan pengetatan penÂjagaan rumah itu berlangsung. "Pokoknya kalau pimpinan minta kita menjaga, ya terus jaga," tandasnya.
Suryanta menambahkan, ratusan mahasiswa yang menggeruduk rumah SBY, Senin (6/2) petang tidak berizin. "Kalaupun mereka izin, pasti tidak diperboÂlehkan karena memang sesuai aturan tidak boleh demo di ruÂmah pribadi," ucapnya.
Karena tidak berizin dan dilaÂrang, lanjut Suryanta, ratusan maÂhasiswa itu digiring ke luar lokasi rumah SBY dan diminta kembali ke tempat masing-masing.
Sementara, Komandan Rayon Militer (Danramil) Setiabudi, Jakarta Selatan, NSetiabudi meÂnambahkan, ratusan mahasiswa yang menggeruduk rumah SBY tidak berlangsung lama, hanya berlangsung selama beberapa meÂnit. "Setelah turun dari bus, kami langsung minta mahasiswa untuk naik kembali dan pergi dari tempat ini," ujar Setiabudi, kemarin.
Menurut Setiabudi, unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa juga dilakukan jauh dari rumah SBY. Bukan persis di depan rumahÂnya. "Jaraknya bisa 500 meter," sebut dia.
Mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa di rumah SBY, kata Setiabudi, menumpang 11 busberukuran besar dan dua bus kecil. Selain itu, mereka memÂbawa mobil komando berjenis Nissan Terano warna hitam. "Kami mengamankan satu mobil komando beserta isinya, 500 bungkus nasi," ujar Setiabudi.
Nasi tersebut, kata dia, meÂmang untuk logistik peserta aksi. Barang bukti itu, lanjutnya, saat ini telah diamankan ke Mapolda Metro Jaya untuk dilakuÂkan penyelidikan lebih lanjut. "Penanganan selanjutnya oleh pihak kepolisian," ucapnya.
Saat ini, kata dia, pihak Danramil Setiabudi hanya melakuÂkan pengamanan lingkungan dengan menambah personel TNI sebanyak 30 orang. "Saya tidak tahu sampai kapan TNI berjaga di tempat ini. Yang penting, apa perintah pimpinan kami lakuÂkan," tandasnya.
Terpisah, Ketua Panitia Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia, Septian Prasetyo mengakui, ratusan mahasiswa yang menggeruduk rumah SBY merupakan peserta jambore dari berbagai kampus di Indonesia yang sedang menjalani pelatihan di Cibubur, Jakarta Timur.
Menurut dia, aksi unjuk rasatersebut merupakan bagian dari hasil rekomendasi jambore yang digelar selama tiga hari di Bumi Perkemahan Cibubur, sejak Sabtu hingga Senin (4-7 Februari).
Menurutnya, tuntutan resmi yang disampaikan mahasiswa saat berdemo di depan rumah SBY, tidak menyangkut secara langsung nama SBY. Namun, ada beberapa hal yang disampaikanmahasiswa, yaitu menolak isu SARA, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan, tolak organisasi radikal anti Pancasila, serta usut tuntas semua kasus korupsi tanpa panÂdang bulu. Mahasiswa berdemo dari jam 14.30 WIB dan berakhir jam 14.45 WIB.
Dia membantah ada peserta aksi yang menumpangiBus TranJakarta. "Enggak ada mahasiswa yang naik Bus TransJakarta. Itu bukan Bus TransJakarta. Itu bus Trans Palembang-Prabumulih," ucapnya.
Septian mengaku tidak mengetahui soal mobil Terrano hitam bermuatan nasi bungkus yang disita pihak kepolisian. "Mahasiswa peserta jambore daÂtang dari daerah masing-masingnaik bus, sebagian lagi naik kapal tiga-empat hari," ujar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang, Banten, ini.
Selain menggelar aksi di deÂpan rumah SBY, lanjut Septian, para mahasiswa juga menggelar aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta. "Setelah aksi di depan DPR, para mahasiswa kembali ke daerah masing-masing," pungkasnya.
Latar Belakang
"Undang-undang Tak Bolehkan Unjuk Rasa Di Rumah Pribadi"Ratusan mahasiswa mendatangi rumah SBY di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/2) siang. Unjuk rasa tanpa izin itu, membuat Presiden keenam ini kesal.
Akhirnya, SBY mencurahkan isi hatinya melalui akun twitternya di @SBYudhoyono. Akun tersebut dikelola staf pribadinya, dan twit dari SBY ditandai dengan *SBY*.
SBY menulis keluhannya melalui media sosial karena merasa tidak mendapatkan keadilan di negaranya sendiri. "Kecuali negara sudah berubah, undang-undang tak bolehkan unjuk rasa di rumah pribadi. Polisi jugatidak memberi tahu saya. *SBY*".
"Kemarin yang saya dengar, di Kompleks Pramuka Cibubur, ada provokasi & agitasi terhadap mahasiswa untuk "Tangkap SBY". *SBY*".
Kemudian, SBY mempertanyakan haknya itu kepada Presiden dan Kapolri. "Saya bertanya kepada Bapak Presiden & Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri sendiri, dengan hak asasi yang saya miliki? *SBY*," tulisnya.
Di akhir cuitannya, SBY memasrahkan nasibnya kepada Allah SWT. "Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya seÂrahkan kpd Allah Swt. *SBY*."
Sementara, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menegaskan, ratusan massa yang menggelar unjuk rasa di kediaman SBY telah dibubarkan paksa oleh polisi karena tidak mengantongi izin aksi. Pembubaran dilakukan sekitar pukul 14.30 WIB.
"Ada sekitar 100 polisi dari Mapolres Jaksel yang membubarÂkan aksi itu," ujar Argo.
Saat pembubaran, Argo menyeÂbutkan, massa aksi bersikap koÂoperatif dan tidak ada perlawanan terhadap petugas. Mereka berasal dari Forum Silaturahim Mahasiswa Indonesia. "Total peserta sekitar 300 orang. Mereka itu sebenarnya selesai mengikuti Jambore di Cibubur, Jakarta Timur," ujarnya.
Terkait mobil komando Nissan Terano bernopol B 2124 ZO yang diamankan saat unjuk rasa di rumah SBY, Argo mengatakan, kepolisian masih mencari siapa pemilik mobil tersebut. "Kita masih menyelidiki mobil itu punya siapa, sudah diamankan di Polda Metro, sampai sekarang belum ketemu," ujarnya.
Dia menyebut, tidak ada benda mencurigakan yang ditemukan di dalam mobil tersebut. Hanya ada nasi bungkus dan air minum yang diduga untuk logistik penÂgunjuk rasa di sekitar kediaman SBY. "Hanya makanan dan minuman, tapi dikembalikan ke penyidik lagi," katanya.
Namun, Argo enggan menyebutkan siapa pemilik mobil yang sebenarnya. Sebab, berdasarkan hasil pelacakan dari nomor polisi mobil itu, pemilik mobil Nissan Terrano itu sudah pindah entah ke mana. "Sedang kami cari pemiÂliknya. Karena yang bersangkuÂtan setelah dicek, pindah rumah lima tahun lalu," ucapnya.
Selain mencari pemilik mobil, lanjut dia, polisi juga tengah mencari koordinator lapangan atau korlap aksi. Dia mengataÂkan, pihaknya kesulitan mengiÂdentifikasi massa, sebab tidak ada surat pemberitahuan aksi. "Kita masih mengidentifikasi yang kemarin datang itu, mahaÂsiswa atau bukan," tandasnya.
Ia memastikan, tidak ada mahasiswa yang ditahan saat diÂlakukan pembubaran paksa oleh polisi. "Dibubarkan karena tidak ada pemberitahuan," ujarnya.
Sementara, politisi PDIP Adian Napitupulu menilai, demo mahasiswa tidak selalu didalangi oknum. Apalagi, jika demo itu mengerahkan sekitar 3 ribu mahasiswa dari 500 kampus di 25 provinsi dari acara tersebut. "Tidak ada yang sanggup untuk menggerakkan kekuatan intelektual muda sebesar itu," kata Adian dalam keterangannya, kemarin. ***