Hatta ditanyai seputar perÂtemuan di Universitas Bung Karno (UBK), Minggu (20/11) lalu. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut, beriÂkut keterangan Hatta Taliwang;
Anda hadir di pertemuan UBK?Sebagai salah satu panitia, karena banyak panitianya. Kan ada anak buah Ibu Rachma yang jadi panitia.
Sebagai panitia, tugas anda apa?
Saya menjadi notulen raÂpat untuk mencatat kesimpulan, dan memasukkannya ke webÂsite esph.org.
Siapa saja tokoh yang hadir saat itu?Selain Kivlan Zen, semua tokoh yang jadi tersangka kaÂsus dugaan makar hadir dalam pertemuan itu. Termasuk Sri Bintang Pamungkas.
Apa agenda pertemuan tersebut?Agendanya hanya bertukar pikiran seputar masalah bangsa terkini, dan tantangan yang dihadapi di masa mendatang. Dari diskusi itu akhirnya kami membuat beberapa kesimpulan, yaitu untuk menyampaikan aspirasi ke DPR-MPR tentang kembali ke UUD '45, dan meÂminta agar Ahok ditahan.
Tidak ada kesimpulan untuk melakukan makar, dan menÂgadakan sidang istimewa?Sama sekali tidak ada. Isinya cuma diskusi, yang arahnya mencari solusi buat bangsa.
Tapi kan Sri Bintang memÂberikan surat ke MPR, yang isinya meminta diadakan sidang istimewa?Mungkin Pak Bintang--bisalah--tahu suka main sendiri kan. Pak Bintang pernah hadir tangÂgal 20 November, tetapi kan dia punya agenda sendiri. Masing-masing bebas kan menyampaiÂkan aspirasi, tapi kesimpulannya tidak ada soal mau turunkan rezim, mau makar, tidak ada kesimpulan seperti itu.
Kenapa saat itu anda dan kawan-kawan mengusulkan untuk kembali kepada UUD 1945?Karena banyak urgensinÂya. Dengan adanya amandeÂmen, Indonesia mendapatkan pemimpin yang kadang-kadang enggak jelas riwayat,
track record dan sebagainya. Tapi denÂgan sistem kembali ke UUD 45 memilih pemimpin itu terselekÂsi dengan baik karena lewat musyawarah mufakat dengan baik, orang jelas track record-nya untuk jadi pemimpin.
Setelah di UBK kalau tidak salah ada pertemuan lagi. Kapan, dan apa yang dibaÂhas?Ada pertemuan lebih kurang tanggal 28 November, tapi terÂbatas. Isinya hanya bicara teknis untuk persiapan acara tanggal 2 Desember. Para aktivis memperÂsiapkan segala sesuatu, seperti temanya apa, lalu jumlah massa, pemberitahuan ke polisi dan lain sebagainya.
Saat itu kenapa memilih 2 Desember?Saya enggak tahu. Soal itu ditanya ke Bu Rachma.
Soal massa yang diturunkan dari mana dibahas juga dalam pertemuan ini?Enggak, enggak dibicarakan. Bu Racma punya massa sendiri yang sifatnya untuk setuju denÂgan isu kembali ke UUD ‘45.
Jadi anda tidak tahu, massa yang rencananya akan menÂduduki gedung DPR berasal dari mana?Tidak. Yang tahu detail itu tentu Ibu Rachma sama anak buahnya. Waktu itu surat yang disiapkan oleh stafnya itu, waktu itu lebih kurang 20 ribu. Saya sifatnya hanya memberitahu ke publik aja bahwa akan ada aksi di DPR. Aksinya bersifat terbuka kok.
Massanya enggak jelas beÂgitu, jangan -jangan memang untuk makar?Enggak. Sebelumnya Ibu Rachma dan kami sudah memÂinta, pimpinan MPR itu tolong datang ke panggung kami unÂtuk mendengar aspirasi. Jadi tidak ada agenda menyerbu, mengusai DPR/MPR itu, engÂgak ada. ***
BERITA TERKAIT: