Belakangan diberitakan banyak temuan pemilih siluÂman di Pilkada DKI. Sikap anda?Kami juga mendengar berita itu, tentunya tim sukses juga akan menyoroti dan membahas secara serius terkait dengan kemungkinan adanya hal-hal yang di luar kelaziman. Apalagi ini dapat berpengaruh negatif terhadap jalannya pemilu atau pilkada yang harusnya berjalan dengan aman, damai, dan juga demokratis.
Apa yang akan anda lakuÂkan?Ini tentunya juga akan diterÂuskan kepada KPUD, sehingga kita semua memiliki awarenes yang proporsional terkait hal-hal tersebut, dan mencegahnya bersama-sama. Kalau ada inÂdikasi kecurangan-kecurangan oleh siapapun.
Ada temuan dari Tim anda?Ee... Sementara nanti akan dijelaskan lebih lanjut. Saya tidak bisa menjelaskan sekarang. Tim advokasi dan timses lainÂnya tentu akan memiliki sikap sendiri. Pada saatnya nanti akan dijelaskan.
Oh ya, anda belum menjelasÂkan secara spesifik bagaimana visi anda, salah satunya dalam mengatasi macet Jakarta?Tentu kami berdua tidak berÂniat mencalonkan diri kalau tidak punya konsep dan visi. Memang tidak secara spesifik menyebutkan persoalan macet. Kami berdua memiliki 10 proÂgram unggulan. Tiga hari yang lalu, kami menggelar town hall meeting, dengan tema smart, greated and green city.
Apa yang menjadi fokus soroÂtan anda dalam pertemuan itu?Yang jelas kami menyoroti bahwa Jakarta harus menjadi
green city, livable dan
suistinÂable city. Pembangunan yang harus memperhatikan dampak lingkungannya. Jangan memÂbangun tanpa memperhatikan generasi kita selanjutnya.
Jadi proyek reklamasi akan dihentikan?Saya dan Mpok Sylvi tidak pernah mengatakan akan melanÂjutkan atau membatalkan (reklaÂmasi). Karena kami tahu sebuah kebijakan itu diambil dengan sebuah alasan.
Maksud anda?Ketika banyak aduan-aduan mengenai lingkungan, sosial dan juga kekhawatiran nelayan, maka kami harus menghentikan sejenak untuk
review secara komprehensif.
Bagaimana pula soal banjir?Kita tahu sumber-sumber banjir tidak hanya kelebihan volÂume air hujan. Di level strategis dan teknis itu memang bukan tugas saya secara detil, tapi pertama pendekatan air hujan itu adalah dengan menyerap air hujan. Butuh sumur resapan, penyebarannya itu tanggung jawab pemda dan di-support masyarakat. Horizontal draiÂnase, jangan semua buang ke kali dan laut. Karena 13 sungai yang melewati Jakarta kapasitas nya sangat terbatas. Kemudian, sistem pemantau curah hujan, supaya ada sistem cegah dini. Tidak hanya
preventive, tapi juga reaksi cepat,
quick respon. So I think, megapolitan city terÂjadi dalam mindset pembanguÂnan harus duduk bersama, tidak hanya eksekutif dan legislatif di Jakarta, tapi juga dengan pemda Bogor, dan lainnya.
Cuma gitu aja?Kemudian mengatasi banjir ini perlu edukasi. Kebanyakan rumah DKI membelakangi kali, padahal saya membayangi
venÂice, water sport, olahraga air. Kalau membelakangi kan main buang-buang aja (sampah) gitu. Tapi kalau depan rumah semua menghadap kali kan malu buang sampah sembarangan. Kalau di sini kan demokrasi, kita minta supaya aware. Bukan negara dengan sistem militer. Kita kerjasama dengan penggiat sosial. Banyak sekarang pengÂgiat sosial, jual kaos kemudian untungnya buat bersihin kali.
Kalau soal macet?Ini kota bukan didesain untuk belasan juta orang. Nah mindset yang kami bawa bukan untuk membawa kendaraan pribadi, tapi bagaimana mobilitasnya. Yang bisa kita lakukan adalah imbauan.
Cukup dengan imbauan saja?Imbauan tidak cukup, perlu ada insentif. Insentif pertama, keamanan. Kedua, kenyamanan, ketiga tepat waktu. Jangan samÂpai tidak ada manajemen yang baik, maka terlambat. Keempat. Harus terjangkau (tarif transporÂtasi). Di luar negeri mau tuh antri naik bus, tidak harus kendaraan pribadi.
Bagaimana menurut anda pilihan moda transportasi yang dibangun selama ini?Terkait moda transportasi, saya apresiasi gubernur-gubernur sebeÂlumnya. Eksekusi is one thing, tapi sebelumnya ada planning. Apalagi Mpok Silvy melewati tujuh gubernur, tahu persis baÂgaimana perjalanannya. ***
BERITA TERKAIT: