Bob Dylan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 14 Desember 2016, 07:58 WIB
Bob Dylan
Jaya Suprana/Net
BOB Dylan terkejut dan tidak percaya ketika mendengar berita bahwa dirinya dianugerahi penghargaan Nobel untuk Kesusasteraan sebab dirinya tidak pernah peduli mengenai karya-karyanya dianggap sastra atau bukan.

Dylan, yang pidato AS tertulisnya dibacakan Dubes AS untuk Swedia, memang tidak hadir pada upacara anugerah Nobel di Stockholm menyatakan bahwa anugerah Nobel tidak pernah diimpikan apalagi didambakannya. Dylan mengaku bahwa ketika di masa kanak-kanak mulai membaca dan menghayati mahakarya-mahakarya para pendahulu penerima anugerah Nobel seperti Kipling, Shaw, Mann, Pearl Buck, Camus dan Hemingway, dirinya tidak pernah berani menyejajarkan dirinya dengan para mahasastrawan tersebut.

"Apabila ada yang menyatakan bahwa saya memiliki kemungkinan sekecil apa pun untuk menerima Nobel, maka saya menggangap itu cuma omong kosong seperti kemungkinan saya berdiri dengan kaki saya sendiri di permukaan rembulan."

Tidak kalah mengharukan ketimbang pengakuan Dylan adalah adegan di awal upacara anugerah Nobel ketika penyanyi Patti Smith mendadak berhenti di tengah upaya mengalunkan lagu mahakarya Bob Dylan, A Hard Rain’s A-Gonna Fall.

Di depan hadiran yang bertaburan gemerlap permata termasuk keluarga Kerajaan Swedia, secara terbata-bata Patti Smith mengaku tidak mampu meneruskan alunan lagu Dylan akibat terbayang "darah menetes dari sebuah batang pohon hitam."

Sebelumnya, tokoh kritikus sastra dan anggota akademi Swedia, Horace Engdahl, yang memutuskan Bob Dylan sebagai penerima Nobel untuk kesusasteraan, menyatakan bahwa keputusan anugerah Nobel untuk kesusasteraan bagi seorang penyanyi lagu-lagu yang dikategorikan "populer" telah memicu taufan badai kritik dahsyat.

Dalam orasi pembelaan terhadap anugerah Nobel bagi Dylan, Engdahl menegaskan bahwa ketika lirik dan lagu Dylan pertama mulai diperdengarkan pada tahun 1960an "Mendadak semua puisi di dunia masa itu terasa seolah lesu-darah! Tidak relevan soal sengaja atau tidak, namun jelas bahwa Dylan telah mendulang emas dari samudera sastra . Dylan mengembalikan puisi ke  fitrah sukmanya yang telah punah sejak romantisme dianggap ketinggalan zaman."

Ontran-ontran  anugerah Nobel bagi Bob Dylan, mengingatkan saya kepada almarhum Ismail Marzuki yang juga pernah tidak menduga apalagi mengharap bahwa dirinya akan menerima anugerah gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Semasa hidupnya, Ismail Marzuki malah harus pasrah dicemooh bahkan dihujat sebagai pencipta lagu picisan dengan syair murahan oleh mereka yang terlanjur kronis mengidap penyakit arogansi akademis maka gemar mem-bully para seniman non-akademis.

Syukur Alhamdullilah, sejarah membuktikan bahwa Bob Dylan dan Ismail Marzuki adalah para mahaseniman sejati dengan mahakarya kesenian bersukma ketulusan maka kekal-abadi siap berperan sebagai bekal perjalanan peradaban umat manusia sampai akhir zaman. [***]

Penulis adalah pemusik akademis yang mengagumi, menghormati dan menghargai pemusik non-akademis

< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA