Menurut BRA Mooryati Soedibyo, situasi telah diredam sedini mungkin oleh Presiden Joko Widodo dengan usaha pendekatan pada para tokoh terkait. Berikut penuturan BRA Mooryati Soedibyo terkait aksi 212;
Menurut anda, situasi nasional belakangan ini baÂgaimana?Saya tidak terlalu mengikuti aktivitas politik. Hanya saja saya mengamati dan mengingatkan, kerukunan dan keutuhan bangsa di atas segala-galanya. Semua pihak, sebaiknya menahan diri dan berpikir jernih. Berdasarkan sopan, santun secara kerohanian dan saling menghargai dalam menyampaikan keinginannya. Tidak perlu menggerakkan massa dari berbagai provinsi. Apapun motif, politisasi dan segala sesuatu yang berkembang belakangan ini sungguh tidak bernilai bila taruhannya kesatuan bangsa dan negara. Sebetulnya semua bisa disampaikan oleh pimpinannya secara pribadi keÂpada Presiden. Ini lebih sportif, elegan tanpa tujuan lain,†cetus Mantan Wakil Ketua MPR ini kepada
Rakyat Merdeka. Sebagai orang yang dikenal dekat dengan Presiden, tangÂgapan anda?
Saya tidak berpolitik. Sekarang hanya mengabdikan diri memberikan pengetahuan, penÂgalaman dan masukan yang bersifat akademis, bisnis, sosial dan budaya. Ini saja saya baru kurang sehat, karena kelelahan kesana-kemari ikut kegiatan dan undangan. Namun saya kira, kita harus senantiasa berÂdoa dan mendukung semua langkah serta kebijakan yang diambil oleh Bapak Jokowi demi kepentingan bangsa dan negÂara. Sesungguhnya, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama telah minta maaf atas kekeliruan unÂgkapannya yang tidak disengaja. Sebagai rasa tenggang rasa mestinya sudah dianggap seÂlesai. Sebaiknya kita semua berhati dingin, berpikir positif tanpa memperkeruh situasi dan kondisi saat ini. Jangan daerah-daerah lain menjadi tidak stabil karena masalah yang terjadi di Jakarta.
Apa makna Bhinneka Tunggal Ika menurut anda?Kalimat Bhinneka Tunggal Ika itu dilanjutkan dengan kalimat Tan Hana Dharma Mangrwa. Kalau dijadikan satu kalimat artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu. Semboyan ini diguÂnakan untuk menggambarkan negara pluralisme yang terdiri atas keberanekaan ragam buÂdaya, ras, suku, bahasa dan agama. Nilai luhur ini sudah menjadi keputusan konstitusi NKRI, sangat mahal harganya kesepakatan dan penyesuaian dengan adat istiadat, budaya. Sejak awal, para pendiri sudah bersepakat bahwa NKRI adalah harga mati. Demonstrasi dijaÂmin oleh undang-undang dalam rangka menyampaikan pendapat masyarakat. Namun unjuk rasa yang dilandasi atau berakhir dengan cara radikal tentu tinÂdakan yang tidak sesuai peraÂturan hukum kita. Bukan pula sikap kultur dan nurani yang berbudaya dan bermoral dalam persatuan dan kesatuan seluruh suku di wilayah nusantara.
Bagaimana dengan situasi sekarang yang seolah-olah umat Islam dihadapkan denÂgan agama lain?Paham nasionalisme memÂbentuk kesadaran para pemeÂluknya bahwa loyalitas tidak lagi diberikan pada golongan atau kelompok kecil, seperti agama, ras, etnis, budaya. Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya lebih mementingkan peningkatan keÂbersamaan, gotong royong dan saling menghargai berdasarkan ideologi Pancasila. Menghargai perbedaan agama, suku dan ras tidak saja dalam ucapan, namun melalui kesadaran keÂbersamaan dalam memajukan NKRI. Bhinneka Tunggal Ika sudah menjelaskan secara tegas bagaimana bangsa ini harus bersatu padu dalam perbedaan agar bisa mencapai tujuan pemÂbangunan nasional dari Sabang hingga Merauke.
Nasionalisme belakangan diniÂlai memudar...Peran keluarga, berikan penÂdidikan sejak dini tentang sikap warga negara Indonesia yang naÂsionalisme dan patriotisme, budi pekerti beri tauladan tentang rasa cinta pada bangsa dan tanah air ini melalui pengawasan kepada anak-anak terhadap lingkungan sekitar. Untuk Pemerintah dan kelompok organisasi bisa mengÂgalakkan seminar dan pameran kebudayaan, sejarah perjuangan pendahulu kita melawan penjaÂjahan, mewajibkan pemakaian batik pada PNS menghargai produk buatan sendiri dan lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi para pemuda yang lebih progresif.
Bentuk nasionalisme apa yang tepat untuk era kekinian sekarang?Nasionalisme yang diarahÂkan untuk mengatasi berbagai permasalahan, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran. Marilah kita hidupkan lagi nilai budaya terbaik bangsa Indonesia, seperti gotong royong, kebhinekaan, kerukunan, tepa salira atau toleransi di antara kita. ***
BERITA TERKAIT: