WAWANCARA

Robert J Kardinal: Semoga Presdir Freeport Yang Baru Lebih Memperhatikan Kepentingan Warga Papua

Senin, 28 November 2016, 09:57 WIB
Robert J Kardinal: Semoga Presdir Freeport Yang Baru Lebih Memperhatikan Kepentingan Warga Papua
Robert J Kardinal/Net
rmol news logo Ketua Kaukus Parlemen Papua-Papua Barat Robert J Kar­dinal menyesalkan sikap Freeport McMoran dan Pemer­intah Indonesia yang belum mempercayakan orang asli Papua untuk menduduki orang nomor satu di PT Free­port Indonesia. Kendati demikian, dia menaruh harapan besar, di bawah komando Chappy Hakim, ada peruba­han besar dalam pengelolaan tambang di Papua.

"Mudah-mudahan Pak Chappy sebagai satria TNI yang cinta pada bangsa Indonesia juga mencintai orang Papua seperti (Warga Negara Indonesia) yang baik," katanya.

Berikut wawancara lengkap dengan Anggota DPR Komisi IV Fraksi Partai Golkar ini:

PT Freeport telah menun­juk Chappy Hakim sebagai Presiden Direktur. Tanggapan Anda sebagai Ketua Kaukus Papua-Papua Barat?
Sebagai Anggota DPR Perwakilan Papua dan Papua Barat, ini sangat menyesalkan karena sebenarnya Freeport ini tahun depan sudah tahun emas, 50 tahun di Papua. Freeport kan berdiri tahun 1957 harusnya pemerintah mendorong supaya Freeport menyiapkan orang-orang Papua untuk bisa menjadi pemimpin di PT FI.

Apakah ada motif tertentu di balik penunjukan ini?
Saya sendiri sampai sekarang tidak mengerti padahal suara-suara dari masyarakat yang dis­ampaikan ke kita dan kita sam­paikan bahkan secara tertulis ke pemerintah. Untuk itu kami akan galang dukungan dari anggota DPR, DPD asal Papua-Papua Barat untuk galang dukungan mendukung orang Papua.

Saya sebagai Ketua Kaukus akan mencari waktu bersama dengan teman-teman Kaukus Papua untuk bisa bertemu dengan Menteri ESDM untuk menanya­kan proses renegosiasi kontrak karya dan dan rencana pemerin­tah ke depan. Jadi kita mau tahu jauh-jauh hari sebelum berakhir masa kontrak kerja di 2021.

Kontribusi PT FI bagi masyarakat Papua sejauh ini bagaimana?

Memang sudah banyak orang Papua yang dikirim sekolah ke luar negeri bahkan sampai mendapatkan titel sarjana yang cukup tinggi, PhD segala macam. Cuma begitu mereka balik, hasil yang mereka dapatkan dari pendidikan itu buat apa? Karena tidak ada po­sisi apa-apa yang mereka dapatkan setelah belajar dari luar negeri.

Kok Bisa?
Itu karena tidak dipersiapkan. Jadi menurut saya Freeport gagal menyiapkan kader-kader yang notabene menurut saya, ber­dasarkan istilah di sana Orang Asli Papua (OAP) untuk jadi pemimpin di Freeport.

Bukankah sudah banyak orang asli Papua yang diber­dayakan di PT FI?
Memang banyak cuma proporsinya sekarang kan masih di bawah 30 persen. Dari 26 ribu pekerja, cuma 30 persen saja orang Papua. Mestinya ke­beradaan PT FI harus ada keber­pihakan dengan masyarakat sana. Jangan dibuat orang Papua cuma duduk, menerima hak ulayat, tapi berikan kesempatan mereka bek­erja supaya bisa maju. Tapi kalau cuma dapat hak ulayat, begitu kontrak selesai, tidak dapat apa-apa lagi. Kan kasihan.

Seberapa penting OAP men­duduki posisi vital di PT FI?
Sangat penting. Kenapa? kar­ena kalau seorang anak Papua yang memimpin di situ tentu akan sangat membantu kin­erja Freeport menjadi lebih baik. Dalam hal ini hubungan baik dengan gubernur, bupati dan to­koh-tokoh masyarakat sehingga bisa mengecilkan persoalan yang ada. Mereka bisa menjembatani karena sesama mereka sendiri yang menyelesaikan itu. Cuma kan tidak seperti itu. Akhirnya ada anggapan karena tidak meny­iapkan Orang Asli Papua, mereka yang sudah sekolah sekian tahun berpikir, kok kita tidak diberi tempat yang tinggi di PT FI. Saya kira, ini hal-hal yang kurang men­jadi perhatian di Jakarta.

Masukan kepada Presdir yang baru?
Semoga Presdir PT FI yang baru lebih memperhatikan ke­pentingan masyarakat Papua. Sebab di sana ada kondisi ironis dan paradoks saat karyawan-kary­awan yang hebat di sana tinggal di tempat-tempat yang mewah, di satu pihak masyarakat asli di sana masih tinggal di rumah-rumah reot. Kemudian hak pendidikan lebih terbuka pada masyarakat, sebab di sana pendidikan yang layak hanya untuk karyawan PT FI. Sementara yang punya tanah, emas sekolahnya biasa-biasa saja. Jadi mudah-mudahan Pak Chappy sebagai satria TNI yang cinta pada bangsa Indonesia juga mencintai orang Papua seperti WNI yang baik. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA