Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Penduduk Jakarta Merasa Tak Nikmati APBD

Rabu, 16 November 2016, 09:55 WIB
Ada Penduduk Jakarta Merasa Tak Nikmati APBD
Foto/Net
rmol news logo Saat Kampanye Sering Ditolak, Ahok Temui Warga Di Rumah Lembang
Langkah calon gubernur (cagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam melakukan kampanye semakin berat. Pasalnya, cagub petahana itu kerap ditolak dan dihadang warga saat blusukan.

Demi memudahkan upaya me­nyerap aspirasi warga, Ahok bersama tim pemenangannya membuka Rumah Lembang. Tujuannya, membuka kesem­patan bagi warga yang ingin melaporkan permasalahannya atau sekadar berfoto dan lebih dekat dengan pasangan calon (paslon) tersebut.

Baru sehari dibuka, warga dari berbagai lokasi di ibukota datang ke rumah yang berada di Jalan Lembang, Nomor 25, Menteng, Jakarta Pusat itu. "Alhamdulillah, hari ini saja sudah ada 150 warga yang datang. Ada yang ingin mengadu maupun hanya ingin berfoto," ujar Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot, TB Ace Hasan Syadzily di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta, Senin (14/11).

Tapi, pada Senin siang itu, rumah satu lantai model lama ini dalam keadaan sepi. Tidak terlihat warga yang datang mengadu. Hanya terlihat beberapa petugas keamanan berjaga-jaga di rumah yang berada persis di depan Taman Lembang ini.

"Kalau mau ramai, jam 8 sam­pai 10 pagi, karena Pak Ahok langsung yang akan menyapa dan mendengar keluhan warga," sebut Ace.

Rumah Lembang cukup mu­dah dikenali. Sebab, papan nama besar dipasang di depan ru­mah satu lantai itu. Tulisannya, Rumah Lembang dengan huruf besar. Tak ketinggalan, karikatur Ahok mengenakan pakaian adat Betawi menghiasi papan warna langit itu.

Masuk ke dalam rumah, pengunjung langsung dihadapkan dengan ruangan yang cukup lebar, lengkap dengan meja dan belasan kursi. Ruangan ini di­fungsikan untuk tempat kon­ferensi pers maupun rapat tim pemenangan. Dinding ruang rapat dilapisi dengan wallpaper bergambar ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Karikatur Ahok mengenakan pakaian adat Betawi juga terpampang di wall­paper tersebut.

Sementara, di halaman bela­kang, ditempatkan tenda putih berukuran besar. Panggung kecil dan puluhan kursi ditata rapi di bawah tenda tersebut.

Panggung tidak terlalu besar berdiri di bawah tenda. Panggung tersebut juga dilengkapi denganbackground bertuliskan "Kampanye Rakyat" dengan huruf merah. Tidak ketinggalan, foto pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang mengenakan kemeja kotak-kotak, juga terpasang di papan yang didominasi warna putih itu. Di bawah foto mereka berdua terdapat tulisan "Kerja". "Di sini warga bisa mengadu, berfoto maupun berjabat tangan dengan Pak Ahok," ujar Ace.

Politikus Partai Golkar ini me­nyatakan, masyarakat yang ingin berkeluh kesah maupun sekedar ingin berfoto dengan Ahok boleh datang langsung ke Rumah Lembang. "Kami selalu terbuka setiap hari Senin hingga Jumat, pukul 8-10 pagi," ujar Ace.

Sedikitnya waktu bertemu warga di Rumah Lembang, kata Ace, karena jagoannya juga harus berkampanye di tempat lain. Namun dia memastikan, terbatasnya waktu tersebut bu­kan karena ingin membatasi warga yang ingin mengadukan masalahnya kepada Ahok.

"Rumah ini hanya pemanasan di pagi hari sebelum berangkat berkampanye di tempat lain," ujarnya.

Acara temu warga ini, kata dia, merupakan kebiasan lama Ahok saat belum cuti sebagai gubernur yang selalu menerima warga di Balaikota, Jakarta. "Karena su­dah nonaktif, akhirnya kebiasaan beliau berpindah ke rumah ini. Anggap saja rumah ini sebagai balai rakyat," ujarnya.

Bagi warga yang sudah datang ke Rumah Lembang namun tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Ahok, kata Ace, tidak perlu kecewa maupun bersedih hati, karena tim kampanyenya akan siap menampung keluhan tersebut dan nantinya akan diteruskan ke Ahok saat rapat bersama.

"Jadi dipastikan semua ke­luhan akan ditampung. Setelah cuti Pak Ahok selesai, kami akan carikan solusinya," ujarnya.

Dengan adanya Rumah Lembang ini, kata dia, diharapkan akan menjawab keinginan warga DKI untuk berjumpa dengan calon gubernur yang didukungnya.

Saat ditanya tentang banyaknya penolakan warga di lokasi kampanye, Ace menegaskan, Ahok tidak terpengaruh dengan penolakan tersebut dan tetap berkeliling kampanye menemui warga. "Jadi tidak ada yang berubah saat Pak Ahok cuti dari gubernur maupun saat menja­bat," tandasnya.

Sementara, Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengata­kan, layanan aduan warga yang dibukanya di Rumah Lembang, Menteng, bukan untukme­nyaingi aduan warga yang jugaditerima Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono di Balaikota. "Ini tergantung warga mau ke mana," ujar Ahok di Rumah Lembang.

Ahok mengklaim, kebiasaan menerima aduan warga ini sudah dilakukannya sejak menjabat se­bagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta saat masih ber­pasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Bekas Bupati Belitung Timur ini mengatakan, setiap laporan dan keluhan warga DKI kepada Ahok, akan disampaikan kepada Plt Gubernur DKI Sumarsono dan dinas terkait untuk ditin­daklanjuti.

"Kita akan usul kepada Plt kan boleh. Sampaikan kan boleh. Bukan perintah," ucapnya.

Ahok membantah langkah membuka aduan warga sebagai akibat dari banyaknya penolakan masyarakat saat blusukan di se­jumlah lokasi di Ibukota. "Jika ditolak, di beberapa tempat kita tetap ke lapangan," tandasnya.

Ahok mengaku tidak mengam­bil pusing dengan banyaknya penolakan warga di lokasi kampanyenya. "Ini yang meno­lak orang lokal apa orang dalam. Kita juga bisa lapor polisi, bisa tangkap karena menghalangi kampanye kita," tegasnya.

Selain bertemu langsung, Ahok mengatakan, banyak warga Jakarta yang tidak puas dengan kebijakan Pemprov DKI juga mengadu melalui pesan singkat. "Mereka bilang kalau nunggu bapak (Ahok) sampai Februari kelamaan," ucapnya.

Kendati menerima laporan warga di Rumah Lembang, Ahok mengatakan dirinya akan tetap kampanye ke sejumlah lokasi. "Kita akan mulai dari sini (Rumah Lembang). Jam 8 pagi sampai jam 10. Lalu kita akan mulai blusukan," ujarnya.

Sebelum mulai blusukan ke sejumlah lokasi, Ahok terlebih dahulu berdialog dengan warga di Rumah Lembang. Puluhan orang telah menunggu sejak pagi.

Tak lama kemudian, Ahok muncul dan memanggil satu persatu warga yang mengadu di kursi yang berada di panggung. Dua buah kursi telah terse­dia. Dialog berlangsung santai, bahkan sesekali diselingi gelak tawa. Ahok lantas mempersila­kan warga untuk bertanya setiap permasalahan di Jakarta. Tak khayal, puluhan warga langsung mengangkat tangannya.

Akhirnya Ahok menunjuk Surti Ningsih untuk maju dan duduk di panggung bersamanya. Tak mau menyia-nyiakan kesem­patan, wanita asal Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengeluhkan tempat tinggalnya tidak pernah diperhatikan oleh Pemprov DKI Jakarta. "Kami seperti anak tiri, enggak menikmati APBD," ke­luh Ningsih kepada Ahok.

Ahok langsung memotong pernyataan Ningsih. "Pasti nikmatin APBD. Anak-anaknya pasti dapat KJP (Kartu Jakarta Pintar) juga orang sakit diurusin," sebut Ahok. Belum puas, Ningsih kembali mengeluhkan, jalan di dekat tempat tinggalnya sering kali rusak karena pemerintah jarang sekali memperbaiki jalan tersebut.

Mendapat keluhan tersebut, Ahok mengaku harus mengecek status jalan terlebih dahulu. Sebab, banyak juga jalan di Kemayoran yang merupakan wewenang Pusat Pengelola Komplek (PPK) Kemayoran. Walhasil, perbaikan jalan rusak merupakan wewenang PPK Kemayoran dan bukan Pemprov DKI Jakarta.

"Kami enggak bisa aspal, kalau aspal, kami bisa masuk penjara," ujar Ahok.

Kendati demikian, Ahok ses­umbar saat ini sudah tidak ada jalan jelek di Jakarta. "Solusinya bapak ibu pindah ke rusun, asal PPK Kemayoran kasih tanah ke kami untuk bangun rusun," jelas Ahok.

Perempuan berusia 42 tahun itu setuju dengan permintaan Ahok untuk pindah ke Rusun. "Yang penting nasib kami pasti enggak menggantung. Kami juga ingin punya RPTRA," tutupnya.

Ningsih lantas mengakhiri ad­uannya. Tak lupa, Ningsih lantas meminta berfoto bersama Ahok di atas panggung.

Latar Belakang
Ahok Batal Blusukan Karena Penolakan

Perjalanan kampanye Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat cukup berat. Penyebabnya, sejumlah kelompok masyarakat kerap kali menghalangi blusukan yang dilakukan pasangan calon (paslon) ini.

Penolakan tersebut sebagai akibat dugaan penistaan agama yang dialamatkan kepada cagub petahana Ahok. Tercatat be­berapa kali Ahok membatalkan blusukannya karena adanya aksi unjuk rasa dari masyarakat yang dikunjunginya.

Aksi unjuk rasa terjadi ketika Ahok meninjau Kali Sekretaris, Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (2/11). Rencana tersebut dibatalkan, karenadisambut penolakan massa yang mengaku warga setempat. Penolakan berujung ricuh karena warga yang menolak, mengejar bekas Bupati Belitung Timur itu.

Akhirnya, untuk menyela­matkan cagub petahana itu, be­berapa polisi yang menggunakan pakaianpreman memboyong Ahok ke Mapolsek Kebon Jeruk menggunakan Mikrolet M24. Tidak berselang lama setelah itu, Ahok juga batal melakukan blusukan di kawasan Kedoya karena dihadang warga.

Penolakan serupa juga dialami Djarot. Calon wakil gubernur (cawagub) ini batal menyam­bangi acara peresmian posko Jawa Tengah di Kalideres, Jakarta Barat. Dia juga terpaksa membatalkan kampanyenya di Jalan Tanah Kusir, Jakarta Selatan, karena situasi yang tidak kondusif.

Walhasil, dengan banyaknya penolakan tersebut, tim peme­nangan memutar otak dengan mengubah strategi kampanye. Caranya, dengan membuat Rumah Lembang. Di rumah terse­but setiap warga DKI Jakarta bisa mengadukan permasala­hannya, termasuk berfoto ria dengan Ahok.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Wibi Andriano mengatakan, pertimbangan membuka aduan di Rumah Lembang karenaadanya penolakan saat Ahok datang ke sejumlah lokasi.

Tim pemenangan juga mengantisipasi jika terjadi bentrok saat Ahok atau Djarot masih berinteraksi dengan masyarakat. "Kasihan dong warga yang mau dukung kami jadi takut. Begitu juga kalau tiba-tiba anarkis. Kalau memang mereka antusias, lebih baik kami undang," ujar Wibi.

Di tempat ini, kata Wibi, warga DKI Jakarta bisa menyampaikan aduan dari berbagai persoalan pembangunan, sebagaimana yang pernah dilakukan Ahok saat masih aktif sebagai Gubernur DKI di Balai Kota. Penerimaan warga Jakarta dibuka pukul 08.00-10.00.

Kendati demikian, Wibi me­nyatakan, agenda blusukan tetap akan berjalan. Namun, blusu­kan masih bersifat tentatif dan menunggu agenda silahturahmi bersama warga DKI Jakarta. "Selebihnya, sekiranya aman dia tetap turun," kata Wibi.

Terpisah, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Sumarno mengaku prihatin dengan kondisi kam­panye Pilkada DKI Jakarta. Penyebabnya, terjadi banyak penolakan terhadap pasangan Ahok-Djarot. "Kampanye sudah dua minggu, cukup mempri­hatinkan bagi saya, karena ada paslon yang mengalami penola­kan," ujar Sumarno.

Menurut Sumarno, penolakan pada saat kampanye baru kali ini terjadi. "Ini baru kejadian sekarang. Pada 2007 tidak ada, pada 2012 juga tidak terjadi walaupun isunya kencang sekali," sebut dia.

Untuk itu, dia mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Koordinasi bakal membahas antisipasi jika kembali terjadi penolakan kampanye pasangan Ahok-Djarot. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA