Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Polisi Minta Teknisi Cek Empat Tabung Gas 50 Kg

Olah TKP Ledakan Di Restoran PHD

Selasa, 25 Oktober 2016, 09:02 WIB
Polisi Minta Teknisi Cek Empat Tabung Gas 50 Kg
Foto/Net
rmol news logo Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sehari pasca ledakan gas di restoran cepat saji, Pizza Hut Delivery (PHD), Jalan Raya Hankam, Kelurahan Jati Melati, Pondok Melati, Kota Bekasi, kemarin.

Dalam olah TKP tersebut, Kepolisian menyita barang bukti berupa empat tabung gas, regu­lator dan selang. Sebelumnya, puing-puing dibersihkan terlebih dahulu. Soalnya, puing-puing reruntuhan Gedung PHD me­menuhi bangunan yang ambruk karena ledakan gas pada Minggu lalu itu (23/10).

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, bagian depan lokasi kejadian ditu­tup terpal biru berukuran besar. Garis polisi juga masih dipasang melingkari lokasi ledakan.

Untuk memudahkan iden­tifikasi dan pencarian barang bukti, satu eskavator diperbantu­kan untuk menyingkirkan puing-puing yang masih menumpuk. Tak lama kemudian, puing-puing berhasil disingkirkan, sehingga empat tabung gas terlihat jelas terhimpit puing di pojok bagian belakang.

Selanjutnya, lima petugas dari Puslabfor Bareskrim Mabes Polri mendekati tabung gas. Mereka mengamati empat tabung warna merah berukuran besar itu sem­bari bercakap-cakap.

Tak lama kemudian, seluruh petugas yang mengenakan kaos warna biru ini, perlahan mundur menjauh dari tabung gas beruku­ran 50 kg itu. "Bau gasnya masih menyengat, terlalu berisiko kalau diangkat sekarang," ujar Yandi, salah satu anggota tim Puslabfor Mabes Polri di lokasi kejadian, kemarin.

Sehari pasca kejadian, bau gas elpiji masih menyengat di TKP, sehingga mengganggu pernafasan. Beberapa petugas Kepolisian yang berjaga men­genakan masker di hidung. Satu jam berlalu, bau gas perlahan melemah.

Sejurus kemudian, tim Puslabfor kembali mendekati tabung gas yang masih tertimbun puing cukup besar itu. "Mana teknisi. Coba cek, aman tidak kalau diangkat sekarang," ucap Yandi kepada seorang teknisi PHD Pondok Melati.

Selanjutnya, seorang teknisi mengecek seluruh gas yang ter­timbun dan mengecek regula­tor satu persatu. "Aman Pak. Tinggal satu tabung yang masih penuh gasnya. Tiga lainnya su­dah kosong," ujar teknisi kepada Tim Puslabfor.

Tidak lama kemudian, tim Puslabfor meminta bantuan anggota tim Gegana untuk mengambil empat tabung yang masih tertimbun tersebut. Empat tabung, regulator dan selang akhirnya berhasil diangkat dan diamankan di tempat yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Empat tabung tersebut lantas diberi garis polisi. "Kita timbang dulu bobotnya berapa, baru setelah itu kita amankan," ujar Yandi kepada rekan-rekannya.

Setelah ditimbang, seluruh barang bukti akan dipindahkan ke Mapolsek Pondok Gede untuk diamankan. Nantinya, penyidik dari Polsek Pondok Gede akan mengurus proses administrasi. "Kalau administrasi sudah leng­kap, tinggal dikirim ke Puslabfor Mabes Polri," kata pria yang mengenakan kaos biru ini.

Setelah menerima surat dari penyidik, kata Yandi, selan­jutnya tim Puslabfor akan me­neliti barang bukti tersebut secara mendalam. "Paling lama tiga hari telah keluar hasilnya, setelah itu akan kami sampaikan ke penyidik," ujarnya.

Saat ditanya penyebab me­ledaknya gas tersebut, Yandi belum bisa menyimpulkannya. "Tunggu hasil penyelidikan dari Puslabfor, baru diketahui penyebabnya," elaknya.

Sementara, Kapolsek Pondok Gede, Kompol Sukadi mengata­kan, Puslabfor Mabes Polri telah mengangkat empat tabung gas elpiji berukuran 50 kilogram, dari lokasi ledakan di PHD, Jalan Raya Hankam, kemarin. "Ada empat tabung gas, dua kosong, dan dua berisi," ujar Sukadi.

Menurut Sukadi, tabung yang diduga mengalami kebocoran akan dibuka kerannya lebih dulu oleh petugas untuk memastikan, gas di dalamnya habis agar tidak membahayakan saat diamankan ke Mapolsek Pondok Gede. Selain membawa tabung gas, kata Sukadi, tim Puslabfor juga membawa selang, serta regula­tor.

Sukadi menyebut, ada dua ke­mungkinan yang menjadi pemicu ledakan gas di PHD itu. Pertama, ruang dapur tidak mampu mena­han tekanan gas yang tabungnya terbuka. "Tekanan gas sangat kuat di dapur, karena gas yang keluar dari tabung seberat 50 kg," kata dia.

Selain itu, durasi keluarnya gas dari tabung juga cukup lama, berkisar lima jam lebih. Menurut dia, jadwal gerai itu ditutup pada pukul 02.00 WIB, sedangkan ledakan itu terjadi pada pukul 07.20 WIB.

Pemicu kedua, kata dia, karena adanya saklar lampu di ruang dapur. Sebagai lokasi pertemuan antara arus listrik dengan instalasi di gedung, ke­beradaan saklar lampu sangat menunjang untuk memicu leda­kan. "Saklar lampur juga bisa jadi pemicu ledakan, karena kan ada arus listrik," tandas­nya.

Saat ditanya, apakah ada un­sur kelalaian dalam kasus ini, Sukadi mengatakan, penyelidi­kan masih menunggu hasil olah TKP yang dilakukan Puslabfor. "Tapi kami menyatakan, tidak ada unsur kesengajaan," tan­dasnya.

Lebih lanjut, Sukadi mengata­kan, pihak Kepolisian telah me­meriksa 11 saksi yang mayoritas karyawan PHD. Berdasarkan keterangan dari karyawan, mer­eka mengaku sudah menjalankan pekerjaan sesuai standard oper­ating procedure (SOP). "Belum ada penetapan tersangka," ka­tanya.

Sedangkan Kabid Balistik Metalurgi Forensik, Puslabfor, Kombes Ulung Kanjaya men­duga, penyebab ledakan karena ada kebocoran gas. Ledakan ini, lanjut dia, bisa terjadi kendati tidak ada aktivitas di dalam ru­angan tersebut.

"Aliran listrik bisa jadi pemicu timbulnya ledakan bila gas di ruangan yang sudah terkumpul, dalam kepadatan tertentu," tan­das Ulung.

Ulung memperkirakan, proses identifikasi cukup alot, sebab dinding-dinding yang tersisa akan runtuh. Selain itu, dampak ledakan juga membuat beberapa kabel listrik terputus, sehingga sangat berbahaya jika dilalui tidak hati-hati.

Dia menyebut, proses penye­lidikan akan membutuhkan wak­tu selama dua hari. "Prosesnya sebenarnya tidak sulit. Jadi, dis­ingkirkan dulu, baru dicari pusat ledakannya itu," katanya.

Untuk mengetahui tingkat ledakan, dia menyebut ada be­berapa prosedur dalam peny­idikan, mulai dari tim Gegana, Inafis, Kedokteran Kepolisian, dan tim Disaster Victim Identification (DVI).

Latar Belakang
Duarrr... Efrizal Tersungkur, Kepalanya Bersimbah Darah

Ledakan dahsyat menimpa restoran Pizza Hut Delivery (PHD) di Jalan Raya Hankam, Pondok Melati, Bekasi pada Minggu pagi (23/10).

Ledakan yang diduga karena kebocoran gas tabung 50 kg ini, juga merusak sebagian bangunan toko Alfamidi yang letaknya persis bersampingan dengan gerai PHD.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono men­jelaskan kronologi peristiwa yang terjadi pada Minggu pukul 07.40 WIB ini. Bermula dari pegawai PHD bernama Libotius Steven Kendye, Arom, Risko dan Rifai hendak pulang dari resto tersebut pada Sabtu malam (22/10).

Sebelum pulang, mereka mengecek listrik dan memas­tikan tabung gas 50 kg sudah tertutup semua. Pengecekan dilakukan setelah PHD tutup pukul 23.00 WIB.

Arom pun mengecek ulang lis­trik dan gas. Setelah itu, mereka meninggalkan lokasi pada pukul 02.00 WIB. Paginya, saksi ber­nama Jhon Hendri yang meru­pakan tukang parkir di Alfamidi, dan karyawan Alfamidi, Tulius Widodo, mendengar dentuman ledakan yang keras dari dalam bangunan PHD. Kejadian ini pu­kul 07.40 WIB. "Ledakan terse­but menghancurkan bangunan PHD dan bangunan lain yang ada di sekitarnya," kata Awi.

Kendati ledakan cukup keras sehingga merobohkan bangunan PHD, tapi tidak ada korban jiwa. Mayoritas korban hanya luka ringan. Cuma satu korban yang mengalami luka parah, yakni Efrizal, karyawan Rumah Makan Pagaruyung Baru. Dia masih dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.

Cerita tentang Efrizal dis­ampaikan pasangan suami is­tri, Alex dan Jusniati, pemilik Warung Kelontong Fadillah. Menurut Jusniati, saat bunyi ledakan terdengar duarrr... kor­ban Efrizal sedang mencuci piring sebelum membuka rumah makan pada pagi itu. Persisnya di luar pintu belakang rumah makan masakan Padang itu.

Sedangkan Jusniati dan suaminya berada di dalam war­ung mereka saat terjadi ledakan. Setelah menenangkan hatinya, Jusniati dan Alex keluar warung. Begitu mengecek bagian bela­kang warung, mereka mendapati Efrizal tersungkur dengan kon­disi kepala dan wajah bersimbah darah.

Korban kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat, tapi akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Polri. "Bagian atas kepal­anya sobek. Kata adik saya yang ikut membawa Efrizal ke rumah sakit, kondisinya parah. Kasihan," tutur Jusniati.

Posisi warung milik Alex dan Jusniati berada persis di samping Rumah Makan Pagaruyung Baru, tempat korban Efrizal bekerja dan tinggal. Tapi, karena masih berada di dalam warung, suami istri ini selamat. Mereka tidak terkena puing bangunan PHD yang mental karena ledakan.

Alex pun masih bisa me­layani pembeli di warungnya. Sedangkan rumah makan di sebelahnya, tempat korban bekerja, kaca depannya han­cur berantakan terkena getaran ledakan dan puing-puing yang terpental.

Cerita tentang Efrizal juga disampaikan pemuda berpang­gilan Uci. Pagi itu, dia baru saja bangun dari tidurnya di toko bernama Nadin Aluminium. Uci yang sehari-hari bekerja dan tinggal di toko ini, kaget bukan kepalang karena mendengar ledakan keras. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA