Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ngaku Bisa Gandakan Emas, Rumahnya Kontrakan 2x2 Meter

Melihat Tempat Tinggal Dukun Yang Bunuh Pengikutnya

Kamis, 06 Oktober 2016, 09:08 WIB
Ngaku Bisa Gandakan Emas, Rumahnya Kontrakan 2x2 Meter
Penangkapan Pelaku pembunuhan Anton Hardianto (34) yang juga Pimpinan Padepokan Satrio Aji Danurwenda/Net
rmol news logo Kasus dugaan penipuan dengan modus penggandaan uang dan emas seperti dilakukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Jawa Timur juga terjadi di Depok, Jawa Barat. Pelakunya, Anton Hardiyanto alias Aji.
 
Pemimpin Padepokan Satrio Aji Danurwenda ini juga di­duga membunuh dua pengi­kutnya; Shendy Eko Budiyanto dan Ahmad Sanusi. Aji diduga melakukan praktik perdukunan di rumah yang dikontraknya di Jalan MYusuf 1, RT 2, RW 21, Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.

Letak rumah semi permanen tersebut di tengah-tengah per­mukiman padat penduduk. Dari jalan utama, harus menyusuri jalan selebar hanya satu meter sepanjang 50 meter.

Tepat di ujung jalan kecil, rumah berukuran 2x2 meter itu berada. Lokasinya berada di pojok. Garis polisi melintang di depan rumah yang beratap asbes itu. Tidak ada aktivitas di dalamnya. Seluruh pintu dan jendela tertutup rapat.

Maklum saja, si penghuni rumah, Aji telah ditangkap polisi karena diduga melakukan pem­bunuhan terhadap dua pengikut­nya. Pria 35 tahun ini juga ditud­ing melakukan perdukunan den­gan iming-iming penggandaan emas bagi pengikutnya.

Pada Senin (3/10), Polres Depok menggeledah rumah kon­trakan tersebut. Hasilnya, polisi menyita barang bukti berupa emas batangan 5 buah, keris 1 buah, rajah semar mesem, wafak panjang 8 buah, kotak emas 13 buah, kulit macan, misik, minyakjafaran, minyak kenanga.

"Istri dan tiga anaknya di Lampung sekarang," ujar Maman, salah satu kerabat Aji yang tinggal berdampingan dengan rumah sang pelaku.

Maman mengaku kaget dengan penangkapan terhadap saudara ipar jauhnya itu. Pasalnya, pada Sabtu sebelum kejadian, Aji masih beraktivitas di rumah terse­but. "Tapi setelah maghrib, sudah tidak terlihat di kontrakannyalagi," kata dia.

Namun, lanjut Maman, sebe­lum meninggalkan rumah, Aji masih menyempatkan diri ngopi bersama temannya di warung kopi, tak jauh dari rumah kontrakannya. "Mungkin habis meracun temannya itu, langsung kabur ke Lampung," duga pria berusia 45 tahun ini.

Sebelum kabur ke Lampung, kata Maman, Aji sempat mengajak saudara sepupunya untuk menemaninya dalam perjalanan. "Tapi di tengah jalan saat menuju Lampung, akhirnya ditangkap polisi," ujarnya.

Mudahnya pihak Kepolisian menangkap pelaku, menurut Maman, karena Aji membawa kabur mobil taksi online yang telah dipasangi GPS. Padahal, rencananya mobil tersebut akan dijual di Lampung. "Jadi, satu hari setelah pembunuhan, langsung ditangkap polisi," sebutnya.

Maman mengaku senang Aji ditangkap. Alasannya, iparnya itu terkenal bandel dan susah diatur. "Selalu menyulitkan keluarga," kesalnya.

Menurut dia, sebelum kasus ini mencuat, keluarga Aji pernah menjual motor untuk mengatasi masalah yang dibuat Aji. Karena itu, wajar saja bila saat polisi me­nangkap Aji, keluarganya cuek. Keluarganya malah bersembunyi saat polisi datang. "Biarkan saja ditangkap, biar merasakan per­buatannya," geram Maman.

Aji, lanjut Maman, juga tidak pernah bergaul dengan tetang­ganya. Dia hanya mengobrol dengan teman-temannya yang main ke rumahnya sambil mi­num kopi dan main handphone. "Sebelum kejadian, ada dua te­mannya yang main ke kontrakan. Setahu saya, sudah tiga kali ke situ," ujarnya.

Terkait praktik perdukunan, Maman tidak mengetahui lebih jauh, karena pelaku sangat ter­tutup dan tidak pernah bergaul dengan warga lainnya. "Kalau ke­temu orang tidak pernah menegur maupun senyum," ucapnya.

Selain itu, Maman hanya mengetahui bahwa Aji mengaku se­bagai sopir travel. "Dia juga baru dua minggu menempati rumah kontrakan itu," sebutnya.

Di akhir pembicaraannya, Maman meminta kepada Aji untuk berterus terang terkait posisi saudara sepupunya, Riyadi yang menemaninya ke Lampung. "Kasihan istri dan anaknya yang terus menangis sampai seka­rang," kata dia.

Padahal, kata Maman, Yadi tidak terlibat sama sekali dengan perbuatan Aji. "Hanya nasib sial karenamau diajak ke Lampung," ucapnya.

Sementara, sang pelaku, Aji aktif menjaring pengikut melalui Facebook. Melalui akun Padepokan Satrio Aji (Penggemblengan Tenaga Dalam), Aji berupaya menggaet pengikut. Jumlahnya baru 17 anggota plus satu admin. Akun dengan mode public group ini dibentuk pada Agustus 2016.

Selama beberapa bulan, Aji cukup aktif memposting nasihat-nasihat kepada pengikutnya. Dalam postingan di akun terse­but juga diunggah beberapa foto kegiatan padepokan yang tidak diketahui tempatnya. Kebanyakan kegiatan berkumpul bersama dari berbagai latar belakang usia.

Selain kegiatan kumpul-kumpul, dalam diskusi di akun tersebut juga diunggah foto beberapa keris, tombal nogo temanten dan rajah (sekumpulan huruf-huruf atau kalimat yang membentuk suatu bentuk tertentu). Tak dijelaskan apa fungsi keris dan rajah tersebut. Berbagai macam keris diunggah dengan berbagai macam posisi hingga bisa berdiri sendiri.

Tak hanya itu, si pelaku juga menawarkan jimat "bulu Perindu". Tak dijelaskan apa kegu­naan jimat tersebut. Sang pelaku juga mengajak pengikutnya untuk membeli jimat tersebut dengan embel-embel "gak man­jur mahar kembali (garansi)".

Terpisah, Kasatreskrim Polres Depok, Kompol Teguh Nugroho mengatakan, Aji terinspirasi membunuh dengan mengguna­kan kopi dan racun potasium sianida seperti kasus Wayan Mirna. Pelaku memperoleh banyak informasi pembunuhan menggunakan kopi seperti kasus pembunuhan Wayan dari siaran televisi dan media online.

Menurut Teguh, setelah dua korban tewas, pelaku lantas mengangkut mayat ke dalam mobil korban dan membawa mobil korban berkeliling hingga ke Pelabuhan Merak, Banten. Namun, Aji memutuskan kem­bali ke Depok dan akhirnya membuang dua mayat korban di dua lokasi berbeda di ka­wasan Limo, Depok. "Lalu, dia bawa mobil korban untuk dijual di Lampung," kata Teguh di Markas Polres Depok.

Untuk menangani kasus ini, pihaknya, juga bekerja sama dengan Polda Lampung dan Polda Jateng. "Tak sampai 1X24, jam pelaku sudah kami ringkus pada Minggu (2/10)," tandasnya.

Sementara, lanjut dia, satu orang lain yaitu Riyadi yang berada dalam mobil bersama Aji, masih ditelusuri sejauh mana keterlibatannya. "Sejauh ini, kami dapatkan, Aji melakukansemuanya sendiri. Tidak dibantu siapa pun. Kalaupun dia menga­takan ada nama lain, Itu karangannya saja. Faktanya tidak demikian," urai Teguh.

Si pelaku, Aji mengaku tidak memiliki kemampuan gaib sepertiyang diklaimnya selama ini ke pengikutnya. "Saya tidak bisa begitu-begituan. Saya cuma be­lajar dari internet dengan melihat Youtube," kata Aji di Mapolres Depok, kemarin.

Aji berkilah, baru melakukan aksi penipuan dengan kedok padepokan selama enam bulan ini. Untuk menjaring pengikut, dirinya membuat akun Facebook dengan nama Padepokan Satrio Aji Danurwenda.

"Semua alat untuk trik ngeluarin asap dan menarik emas, saya beli di Jatinegara," sebutnya.

Untuk racun, Aji mengaku mendapat bahan tersebut dari kampung halamannya di Pacitan, Jawa Timur. "Itu racun potasium. Biasa buat bunuh ikan. Saya dapat dari kampung," ujarnya sambil menunduk.

Aksi pembunuhan yang di­lakukan terhadap pengikutnya, kata Aji, bukan karena memben­ci korban, tapi ingin menguasai mobil korban.

Aji kini mendekam di Ruang Tahanan Polres Metro Depok. Dia terancam hukuman Pasal 340 atau 365 KUHP tentang pembunuhan, yakni penjara seumur hidup atau minimal 20 tahun.
 
Dalam Lambung 2 Korban Tewas Terdapat Racun Potasium Sianida

Nama Anton Hardiyanto alias Aji mendadak terkenal. Pasalnya, pemimpin Padepokan Satrio Aji Danurwenda ini diduga mem­bunuh dua pengikutnya dengan menggunakan racun potasium sianida yang ditaruh dalam mi­numan kopi.

Akibatnya, Shendy Eko Budianto dan Ahmad Sanusi tewas. Dari hasil visum diketahui, di dalam lambung dua korban ini, terdapat racun potasium sianida. Lambung para korban bengkak. Racun tersebut juga terdapat di sisa muntahan para korban.

Sebelum diracun, Shendy dan Ahmad Sanusi sempat bertemu dengan Aji di warung kopi yang tidak jauh dari rumah kontrakan Aji, Jumat (30/9). Dari tempat itu, ketiganya menumpang Avanza putih B 2963 TFT milik Sanusi menuju Tangerang. Kendaraan itu sehari-hari digunakan Sanusi untuk taksi online.

Di sebuah lapangan di Tangerang, tersangka mengambil kotak merah. Dalam kotak itu, terdapat 27 emas batangan yang diklaim pelaku ditarik secara gaib. Selanjutnya, mereka bergerak ke sebuah lapangan di Sukmajaya sambil mengobrol dan menunjukkan isi kotak.

Setelah itu, Aji menuangkan kopi yang dibawanya ke gelas plas­tik. Kopi itu telah dicampur dengan racun sianida. Begitu meneng­gak kopi, dua pengikutnya yang direkrut melalui akun Facebook mengalami kejang-kejang dan muntah. Tak lama kemudian, keduanya meregang nyawa. Jasad kedua orang itu pun dibopongnya masuk bagian tengah mobil.

Setelah itu, Aji membuang jasad Shandy di drainase Jalan Pertanian, Limo. Sekira 5 km kemudian, mayat Sanusi dibuang di parit Jalan Makam Kopo. Tersangka lalu pulang ke gudang milik paman, istri keempatnya yang dijadikan tempat tinggalnya di Sukmajaya, Depok.

Tak lama kemudian, pelaku melarikan diri ke Lampung dengan membawa mobil milik Sanusi. Namun, di tengah perjalanan, Aji ditangkap PJR Lampung yang mendapat informasi mobil hasil kejahatan bergerak ke daerah itu.

Satu hari setelah penangkapan pelaku, Kepolisian melakukan penggeledahan di rumah kontra­kan Aji di Jalan M Yusuf 1 Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok.

Dari hasil penggeledahan, polisi mendapatkan barang bukti sepertikeris, golok, samurai kuningan bergambar Soekarno, kuningan bergambar kota London 10 buah, kuningan gamelan dua buah, kuningan kecil gambar Soekarno tujuh buah, semar mesem, rajak, wafak panjang 8 buah, kuningan berben­tuk kotak 13 buah, kulit macan, misik, minyak jafaran, minyak kenanga, dan buku.

"Barang-barang yang disita itu, diduga dipakai untuk melakukan ritual mendatangkan emas batangan," ujar Kapolres Depok Harry Kurniawan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA