Dia lebih mendukung duet Ahok-Djarot ketimbang jago dari partainya, yang mengusug Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Apa saja alasan Hayono hingga nekat mendukung Ahok-Djarot? Dan apakah dia tidak takut dengan sanksi partai? Berikut penuturan Hayono keÂpada
Rakyat Merdeka;Bukankah Wasekjen Partai Demokray (PD) Andi Timo sudah mengungkapkan arahan parpol untuk memilih calon yang diusung oleh partai pada Pilkada 2017?Saya tidak tahu ada arahan soal itu. Kalaupun ada, belum sampai ke saya. Selama ini pastinya tidak ada arahan langsung dari Ketua Umum Partai Demokrat kepada anggota Dewan Pembina untuk mendukung kader tertentu. Jadi menurut saya tidak masalah kalau beda pilihan
Tapi ini kan artinya ada araÂhan resmi untuk mendukung Agus-Syviana?
Mungkin. Tapi yang namanya arahan resmi dari partai itu menurut saya tidak bisa hanya mendengar dari media, harus ada instruksi langsung.
Berarti bisa saja nanti ada sanksi yang dijatuhkan keÂpada Anda?Bisa jadi. Tapi pada Pilpres 2014 saya juga mengambil sikap yang berbeda dari partai. Saat itu saya pilih Jokowi - JK, dan tidak ada sanksi sampai sekarang. Jadi saya harap untuk Pilkada DKIjuga tidak ada.
Kalau ada sanksi bagaimana?Semua ada konsekuensi dalam hidup. Saya tidak ada masalah selama demi kebaikan publik. Tapi mudah-mudahan semuanya tidak ada masalah. Saya tetap anggota Partai Demokrat dan Anggota Dewan Pembina.
Apakah ini artinya Anda siap dipecat karena keputusan yang berbeda ini?Lihat saja nanti. Yang pasti kalau dipecat saya akan minta diberi kesempatan untuk berÂtanya apa alasannya.
Sebelumnya Ruhut Sitompul juga menyatakan sikap seperti Anda. Apakah ini artinya terjadi perpecahan dukungan di internal PD pada Pilkada DKI?Saya tidak tahu. Perlu saÂya tegaskan, keputusan saya inimerupakan sikap pribadi. Bukan sikap saya sebagaiAnggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Bukan sebagai Ketum Kosgoro. Kosgoro dan Demokrat bebas memilih siapa pun yang mau dipilih. Tidak ada masalah bagi saya berbeda dengan pilihan partai saya. Sampai hari ini, saya masih anggota Partai Demokrat.
Kenapa Anda memutuskan memilih Ahok - Djarot?Warga DKI butuh kepemimpiÂnan model Ahok, yang tegas dan berani membangun sistem meÂlayani masyarakat, dan memberantas korupsi yang menjadi biang keladinya. Selain itu kinerjanya juga oke. Padahal baru efektif memimpin kurang dari dua tahun.
Contoh kinerja Ahok yang Anda anggap bagus apa?Contohnya Ahok sangat peduli terhadap kesejahteraan pegawai pemerintah provinsi (pemprov) Jakarta. Tidak perÂnah masa lalu saya dengar tuÂkang bersih-bersih dapat honor tinggi, tidak pernah dengar lurah dapat honor Rp 30 juta, tidak pernah dengar walikota Rp 70 juta. Hal ini menjadi bukti, beliau menghargai kerja keras birokrasi dan mengikis potensi korupsi. Akibatnya terÂhadap warga Jakarta, pelayanan publik jadi optimal.
Tapi banyak pihak yang beÂranggapan sebaliknya tuh?Harus diakui, Ahok-Djarot tidak mungkin memuaskan seluruh keinginan masyarakat Jakarta. Sebab, hal itu membuÂtuhkan waktu. DKI tidak hanya sebuah Ibu Kota yang berkepenÂdudukan besar, masalah sungguh kompleks. Tapi saya sangat optimistis. Apabila diberikan kesempatan lagi melayani satu periode, prestasi mereka pasti akan lebih hebat lagi.
Anda tidak masalah dengan keyakinan Ahok yang non-muslim?Tidak masalah. Saya muslim, saya salat. Imam saya bukan Ahok. Dan yang tidak kalah penting, dia menghormati umat Islam di Jakarta. Apa buktinya? di era beliau masjid megah dibangun di Balai Kota.
Dari tadi kan Anda mengaÂgungkan Ahok terus. Kalau penilaian Anda terhadap pasanganlainnya?Harus saya katakan secara juÂjur, yang siap hanya Ahok. Paslon (pasangan calon) lain kesannya dadakan, tidak disiapkan dengan baik. Semua dadakan, padahal untuk memimpin Ibukota, tidak bisa secara dadakan.
Termasuk Agus - Sylviana?Iya. Sebagai Wanbin PD, saya baru tahu ternyata Agus yang diusung Demokrat menjadi calon gubernur (cagub). Saya dapat memahami jika penunjukÂkan Agus karena keterdesakan. Namun, menurut saya partai politik sepatutnya menghadirkan pemimpin bangsa secara berjenÂjang. ***
BERITA TERKAIT: