"Biarkan niat itu jadi milik saya dan Allah yang tahu. Kan itu urusan saya dan Tuhan," kata Anies di kediamannya di Jalan Lebak Bulus II Dalam, Jakarta Selatan.
Anies menyatakan, baru akan merespons pertanyaan lebih jauh terkait kesiapannya maju dalam Pilkada DKI 2017 jika memang partai politik serius menunÂjuknya sebagai bakal calon. Sebelum ada dukungan resmi partai politik, Anies memilih tak banyak berkomentar.
Enam partai yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan belum memutuskan calon. Partai Gerindra memutuskan menduÂkung Sandiaga Uno. Adapun PKS menyodorkan Mardani Ali Sera sebagai bakal calon wakil Sandiaga. Di sisi lain, PKB menginginkan Sekretaris Daerah DKI Saefullah maju menjadi calon wakil gubernur.
Namun setelah PDIP memutuskan mendukung Ahok â€" Djarot, nama Anies kembali muncul sebagai kandidat altenatif. Apalagi berdasakan suvei Poltracking Indonesia, nama Anies berada di peringkat empat di bawah Ahok, Tri Rismahaini, dan Sandiaga Uno. Berikut pernyataan Anies;
Sebelumnya apakah ada partai politik yang mendekati Anda?Ada.
Partai apa yang mendekati Anda?Janganlah, saya tidak bisa mengungkapkannya.
Kalau tidak untuk mengusung, lalu papol itu mendekati Anda untuk apa?Hanya untuk silaturahmi biasa. Saya diundang oleh seÂjumlah parpol, kemudian kami melakukan pembicaraan. Tetapi tidak pernah ada keputusan soal pilkada.
Kalau soal petemuan dengan Sandiaga Uno bagaimana?Sama saja, lebih kepada silaÂturahmi biasa. Sandiaga bukan orang lain, tapi teman lama. Jadi kami biasa berkomunikasi, dan bekejasama. Begitu juga denÂgan Pak Ahok dan Pak Djarot. Bahkan dengan Pak Djarot saya sudah dekat sejak masih kuliah untuk mengambil program dokÂtoral. Saya masih belajar, dia sudah jadi Walikota Blitar. Saya disertasi datangnya ke rumah beliau, wawancaranya wawanÂcara beliau.
Apa yang dibicarakan?Mas Sandiaga menceritaÂkan apa yang sudah dilakukan. Lalu dia juga menceritakan soal adanya kemungkinan koalisi kekeluargaan akan mengusung dengan Pak Sandi. Tapi keputuÂsannya belum ada.
Tanggapan Anda soal waÂcana itu bagaimana?Biasa saja.
Tapi apakah Anda siap jika dicalonkan?Bagi saya, ini bukan soal siap atau tidak siap. Sebab partai politiklah yang berhak memuÂtuskan pencalonan seseorang untuk diusung. Tapi jika diberiÂkan amanat, saya bependapat harus dikerjakan dituntaskan. Kecuali dicukupkan oleh yang mengangkat, itu lain cerita.
Kalau secara pibadi, apakahAnda punya keinginan untuk menjadi cagub atau cawagub?Tidak. Saya ini kan hanya muncul ke permukaan bursa calon gubernur setelah sebuah lembaga survei merilis hasilnya dan menempatkannya berpeluÂang menang. Kemudian parpol mempertimbangkannya. Kalau saya sih lihat saja bagaimana pertimbangannya. Saya mengÂhormati dan menghargai. Tapi siapapun nanti yang ditunjuk, saya ikut menyampaikan apa yang bapak-ibu sampaikan. Bapak-ibu datang ke sini ini tanggung jawab moral
Meski lembaga suvei menyaÂtakan peluang Anda tinggi?Saya ini lebih suka mengalir sepeti air. Oleh karena itu saya juga tidak penah mendekati parÂpol supaya diusung. Tapi saya kira para ahli harus menghitung ulang soal itu. Karena saya tidak yakin dengan hasilnya.
Sekadar selyang pandang. Anda melihat fenomena pengÂgusuran di Jakarta, apa tangÂgapan Anda?Memang saya agak prihatin soal itu. Rumah itu tempat kita pulang. Apapun namanya, pinÂdah secara terpaksa itu bukan sesuatu yang nyaman. Kita harus lakukan sesuatu terkait hal tersebut.
Apa yang haus dilakukan?Saya belum tahu. Tapi apapun yang dilakukan, Jakarta harus menjadi kota manusiawi untuk kita semua.
Jakarta membutuhkan sosok pemimpin yang bisa menjadikan Jakarta bukan hanya ibu kota Indonesia melainkan kota ASEAN. ***
BERITA TERKAIT: