WAWANCARA

Asrorun Niam Sholeh: Trennya Meningkat, Para Pelaku Penyimpang Seks Semakin Berani Menunjukkan Diri

Senin, 19 September 2016, 09:11 WIB
Asrorun Niam Sholeh: Trennya Meningkat, Para Pelaku Penyimpang Seks Semakin Berani Menunjukkan Diri
Asrorun Niam Sholeh/Net
rmol news logo Penangkapan AR, mucikari gay, mengisyaratkan bahwa penyebaran kaum homo di tengah masyarakat makin massif. Bahkan mereka nekat 'berjualan' prostitusi seks sesama jenis di ranah media sosial.

"Secara tidak langsung meru­pakan bentuk pengakuan terh­adap keberadaan kaum tersebut. Saya sangat mengapresiasi kin­erja Kepolisian, dan saya mem­inta agar kejahatan ini secepat­nya dicegah," ujar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam.

Jika fenomena itu tidak se­cepatnya dicegah, bakal ban­yak anak yang menjadi korban pelecehan seksual. Dan biasanya korban pelecehan seksual itu, kata Asrorun, mengalami trauma mendalam. Akibatnya, tidak menutup kemungkinan para korban kepribadian dan orientasi seksualnya menjadi menyim­pang.

Sebelumnya, Subdit Cyber Crime Bareskrim Polri men­gungkap jaringan prostitusi anak-anak yang khusus dise­diakan bagi kaum gay. Dalam penggerebekan di Jalan Raya Puncak KM 75 Cipayung itu, penyidik mengamankan satu tersangka inisial AR (41) yang diketahui sebagai residivis. Modus yang dilakukan ARyakni dengan menjual anak-anak tersebut melalui akun Facebook. ARmemajang foto-foto korban tersebut di akunnya dengan tarif yang telah ditentukan. Berikut penjelasan lengkap Asrorun;

Apakah KPAI sudah pernah menangani anak yang men­jadi korban praktik prostitusi sesama jenis?

Baru kali ini. Tapi kalau kor­ban seksual dan pelecehan sek­sual sesama jenis, sudah. KPAI beberapa kali mendapat laporan tentang kasus seperti itu. Namun jumlah laporannya juga biasanya satuan. Kami belum pernah menangani yang jumlahnya puluhan begini.

Berapa banyak laporan yang ditangani terkait kasus korban seksual sesama jenis ini?
Jumlah persisnya saya lupa, tapi laporannya cukup tersebar dari berbagai wilayah. Terbaru kami mendapat laporan semacam ini dari daerah Bogor. Detailnya saya tidak bisa ungkap.

Biasanya bagaimana keadaam mereka begitu ditemui oleh KPAI?

Biasanya kalau baru jadi kor­ban keadaannya shock, agak susah diajak bicara. Tapi kalau sudah terbiasa seperti beberapa korban AR, sudah lebih tenang menghadapinya. Diterapinya pun jadi lebih mudah.

Kalau dari pantauan KPAI, prilaku seksual sesama jenis ini mengalami kenaikan atau penurunan?
Saya tidak bisa pastikan, karena KPAI tidak memiliki data lengkap soal ini. Namun menu­rut saya trennya meningkat. Sebab berdasarkan pengamatan saya, para pelaku perilaku pe­nyimpang ini semakin berani menunjukan dirinya.

Apa dasarnya Anda menya­takan begitu?

Lihat saja di masyarakat. Komunitas - komunitas kaum LGBT ini semakin banyak ber­munculan di media sosial, sep­erti facebook dan twitter, serta aplikasi chatting seperti group WhatApp. Itu kan bukti kalau kaum tersebut makin berani dan makin diakui keberadaannya.

Mereka berkembang hanya dari media sosial dan aplikasi chatting?
Kebanyakan mengandalkan media tersebut. Biasanya dari online itu kemudian bertemu, lalu membentuk komunitas penyuka sejenis. Tapi itu bukan satu - sa­tunya cara. Ada juga yang terjadi melalui pertemuan langsung.

Contohnya?

Misalnya ya kasus yang me­libatkan tersangka AR ini. Dia diduga merekrut salah satu korbannya dalam seminar anti AIDS. Anak-anak itu kemudian diiming-imingi uang supaya mau dijajakan. Dari situ berkembang ke anak-anak lainnya.

Itu kan karena ada oknum yang berniat memanfaatkan mereka?
Memang. Tapi perilaku meny­impang ini juga bisa terjadi dan menyebar dari pergaulan biasa. Sebab kan kita juga tidak tahu, teman sepergaulannya aman nggak dari pengaruh tindakan seksual menyimpang ini. Kalau tidak, kan anak bisa jadi korban. Lalu karena telat ditangani, dia bisa berubah menjadi pelaku dan mencari korban lainnya. Lama-lama karena kebutuhannya sa­ma, mereka pasti membentuk dan mengembangkan komuni­tasnya.

Apakah mungkin terjadi seperti itu?

Mungkin saja. Karena kami pernah menangani kasus dimana anak-anak melakukan seks me­nyimpang hanya karena melihat orang dewasa melakukannya.

Lalu, bagaimana cara untuk mencegahnya?

Pertama tentu dari keluarga. Keluarga harus benar-benar mengawasi pergaulan anak, baik di lingkungan mau pun di media sosial. Jangan biarkan anak ber­selancar di dunia maya tanpa pengawasan. Sebab sekarang di dunia maya banyak hal negatif yang masuk tanpa di saring.Jika orang tua menemukan keanehan pada anak, seperti jadi agak "melambai", langsung laporkan. Sebab KPAI melihat anak yang jadi korban harus segera memperoleh rehabilitasi dan pemulihan, agar tidak terus dalam kemenyimpangan sek­sual. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA