Filosofi & Tasawuf Haji & Umrah (22)

Ada Apa Di Balik Multazam?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Selasa, 06 September 2016, 10:10 WIB
Filosofi & Tasawuf Haji & Umrah (22)
Nasaruddin Umar/Net
MULTAZAM berasal dari Bahasa Arab dari kata lazima-yalzamu berarti tetap, pasti, dan wajib, kemudian membentuk kata Multazam berarti sesuatu yang dimintai pertanggunganjawaban. Multazam sebagai nama sebuah tempat yang terle­tak anatara Hajar Aswad dan Pintu ka'bah di­hubungkan dengan hadis Nabi yang menga­takan: "Multazam adalah tempat berdoa yang dikabulkan (mustajabah), tak seorang pun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabulkan doanya". Disebut Multazam karena seolah ada kepastian dan ketetapan, siapapun yang bermohon di tempat itu maka Allah akan mengijabah doa-doanya.

Para sahabat menjadikan tempat ini sebagai salah satu tepat khusus untuk berdoa. Dalam suatu riwayat sebagaimana diungkapkan di da­lam Sunan Abi Dawud, dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya berkata: "Saya (menunaikan) thawaf bersama Abdullah, ketika sampai di belakang Ka’bah, saya berkata: "Apakah kita tidak berlindung?" (Beliau) berkata: "Kita berlindung dengan (Nama) Allah dari neraka." Ketika te­lah lewat, saya menyentuh hajar (aswad), dan berdiri di antara rukun (hajar aswad) dan pintu (Ka’bah). Maka (beliau) menaruh dada, wajah, lengan dan kedua tangannya begini dan mem­bentangkan lebar keduanya. Kemudian ber­kata: "Beginilah saya melihat Rasulullah Saw melakukannya".

Di multazam inilah biasanya kita dianjurkan untuk shalat dua rakaat setelah melakukan thawaf tujuh kali putaran. Dalam buku-buku manasik haji disuguhkan redaksi doa yang se­baiknya dibaca saat kita berdoa di tempat ini setelah melaksanakan shalat dua rakaat. Han­ya saja perlu hati-hati karena tempat ini sangat terbatas dan di musim haji hampir sulit shalat di pelataran Ka’bah di arah Multazam. Shalat dan doa juga dapat dilakukan dalam garis lu­rus ke belakang, tempat lebih memungkinkan kita shalat lebih aman dan tenang sambal ber­doa secara khusyuk. Di sebelah kanan Mul­tazam di situ ada tempat air minum Zamzam yang dianjurkan untuk diminum seusai melaku­kan thawaf.

Doa yang banyak dipanjatkan di tempat ini secara turun temurun semenjak dari masa sa­habat hingga sekarang ialah sbb:

"Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saya adalah hambaMu dan anak dari hamba-Mu, anak budak-Mu. Engkau bawa kami dengan apa yang telah Engkau jalankan kepadaku dari makhluk-Mu. Dan Engkau jalankan diriku dari negeri-Mu sehingga Engkau sampaikan den­gan nikmat-Mu ke rumah-Mu. Dan Engkau ban­tu kami agar dapat menunaikan manasikku. Ka­lau sekiranya Engkau ridha kepada diriku, maka tambahkanlah kepadaku keridhaan-Mu. Kalau sekiranya (belum), maka dari sekarang (beri­kanlah) keridhaan kepadaku sebelum mening­galkan rumah-Mu (menuju) rumahku. Ini adalah waktu kepergianku, jikalau Engkau mengizink­an kepadaku tanpa (ada rasa) menggantikan dari diri-Mu, juga rumah-Mu, dan (tidak ada perasaan) benci kepada-Mu dan pada ruma-hMu. Ya Allah, Tuhanku. Sertakanlah kepada diriku kesehatan pada badanku, dan kesehatan di tubuhku serta jangalah agamaku, dan perbai­kilah tempat kembaliku, berikanlah rezki (den­gan) ketaatan kepadaMu selagi saya (masih) hidup. Dan gabungkanlah untuk diriku kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau terh­adap sesuatu Maha Mampu". ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA