Ka'bah juga bisa berarti kemuliaan, keluhuran, dan kebesaran (
al-syarf wa al-maÂjd). Ka’bah secara fisik merupakan bangunan berbentuk kubus yang terletak di tengah Masjid Haram, Makkah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi umat Islam. Ka'bah menjadi patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia. Ka'bah juga merupakan bangunan yang wajib dikunjungi pada saat musim haji dan umrah. Ka’bah berukuran 13,10 m tinggi denÂgan sisi 11,03 m x 12,62 m. Jika kita mengguÂnakan GPS maka posisi Ka’bah terletak pada 21°25'21.2" Lintang Utara, 039°49‘34.1" Bujur Timur, dan Elevasi 304 meter.
Ka’bah dianggap sebagai pusat grafitasi spiritual karena seluruh jemaah haji harus memutarinya dengan cara thawaf, yakni memutari Ka'bah sebanyak tujuh kali sambil memberikan pengakuan kebenaran Ilahi, LabbaikallahumÂma labbaik, labbaika la syarika lak. Ka'bah oleh kalangan ahli tarekat dianggap sebagai miniaÂtur al-Dhurah yang dibangun di Baitul Ma’mur dan al-Daurah sendiri dianggap miniatur ‘Arasy, Istana Tuhan. Semenjak di Arasy, para malaiÂkat selalu melakukan thawaf mengitari 'Arasy sampai Allah Swt memindahkannya ke Baitul Ma’mur yang di dalamnya sudah dibangunkÂan al-Daurah. Pemindahan ini terkait dengan "kelancangan" malaikat mempertanyakan keÂbijakan Allah Swt tentang rencana penciptaan manusia, sebagaimana diuraikan di dalam Q.S. al-Baqarah/2:30 dst. Setelah itu, Allah Swt menÂciptakan miniatur 'Arasy bernama al-Dhurah di Baitul Ma'mur, kemudian para malaikat diminta melanjutkan thawafnya di tempat baru itu. Di tempat ini pula Adam dan Hawa bernah berÂgabung malaikat melaksanakan thawaf. Sete-lah Adam dan Hawa membuat pelanggaran di surga maka Allah Swt pun memindahkan Adam dan Hawa ke bumi dan di sana dibangunkan miniature al-Dhurah bernama Ka’bah. Di sinilah Adam bersama anak cucunya melanjutkan traÂdisi thawaf itu mengelilingi Ka’bah sebagai minÂiatur 'Arasy atau 'Istana Tuhan'.
Dalam sebuah riwayat Israiliyat dijelaskan, Ka’bah dibangun persis dalam garis lurus di bawah al-Dhurah dan ‘Arasy. Dengan demikian, Ka’bah merupakan pusat grafitasi spiritual, karÂena semenjak azali sudah menjadi pusat thawaf oleh para malaikat dan jin. Sebagai pusat grafitÂasi spiritual sudah barang tentu energy daya seÂdotnya sangat kuat. Itu bisa terasa bagi siapapun yang berada di dalam radius terdekat di Ka’bah, akan merasakan vibrasi amat kuat. Meskipun tempatnya berdesak-desakan dengan manusia dari berbagai etnik, tetapi tidak pernah menguranÂgi kekhusyukan di dalam beribadah kepada Allah Swt. Terkadang tidak peduli orang lain, isak tangis dan deraian air mata keterharuan terhadap yang punya rumah, Allah Swt. Di halaman Ka’bah seolah merupakan kampung halaman spiritual para peziarÂahnya. Shalat di samping Ka’bah 100.000 lebih utaÂma pahalanya di sisih Allah Swt dibanding di tempat lain di luar kota Mekkah dan Madinah.
Memahami ibadah haji, tidak cukup hanÂya memahami makna fiqhiyyah seperti rukun, syarat, sunat, dan hal-hal yang bersifat teknis, seperti tertera di dalam buku-buku manasik haji. Tidak cukup juga hanya dengan memahaÂmi makna simbolik seperti sering diperkenalkan oleh para ahli 'irfan atau tasawuf, tetapi diperluÂkan suasana batin lebih mendalam lagi jika inÂgin meresapi dan menghayati makna hakekat haji. Memang betul, dengan memahami hikmah di balik simbol-simbol haji, termasuk memahaÂmi simbol Ka'bah, akan mengantar kita kepaÂda kesakralan ibadah haji. Bahkan lebih pentÂing dari itu ialah memaknai secara sufistik di balik simbol-simbol haji. Perubahan mendasar (
shifting) akan terjadi di dalam diri seseorang yang mampu menembus pemahaman sufistik ini. Bahkan sesungguhnya inilah yang mampu menghadirkan haji mabrur, sebuah kualitas haji yang menjadi idaman bagi para hujjaj. ***