Al-Qur'an menggambarkan munafik sebaÂgai orang yang memiliki kepribadian ganda, lain di mulut lain di hati (Q.S. al-Maidah/5:41), tidak memiliki pendirian yang tetap alias selalu berubah-ubah (Q.S. al-Baqarah/28-9), tidak bisa dipercaya karena pembohong (Q.S. al-Munafiqun/63:1), mengandalkan kelicikan dan tipu daya, dan amat terampil bermain kata-kata (Q.S. al-Taubah/9:65), suka riya dan mendramatisir sesuatu (Q.S. al- Nisa'/4:142), selalu menghindari risiko karena oriÂentasinya kemenangan dan kesenangan (Q.S. al-Taubah/9:44-49), selalu ingin mendapatkan keÂuntungan dalam setiap kesempatan tetapi tidak mau berkorban (Q.S. al- ‘Ankabut/29:10-12), suka memfitnah orang, sekalipun orang itu berÂsih (Q.S. al-Ahdzab/33:12), suka memprovoksi keadaan agar bertambah runyam lalu ingin tampil sebagai hero di dalam situasi tersebut (Q.S. al- Nisa'/4:61).
Kemunafikan bisa terjadi secara individu dan bisa juga terjadi secara kolektif. Jika manusia atau masyarakat terjangkit penyakit kemunafikan, maka akibatnya bisa sangat luas; bukan hanÂya menimpa diri sendiri atau keluarga yang bersangkitan tetapi juga orang lain, bahkan bisa menimbulkan bencana sosial secara massif. Itulah sebabnya Allah Swt mengancam sifat dan sikap munafik ini paling berat melampaui azab yang ditujukan kepada orang kafir biasa, sebagaimaÂna ditegaskan dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingÂkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penoÂlongpun bagi mereka". (Q.S. al-Nisa’/4:145).
Kemunafikan salah satu penyakit sosial yang harus diberantas. Masyarakat tidak akan tenteram selama masih ada orang munafik, apalagi jika kemunafikan itu dilakukan secara berjamaah. Dalam beberapa kitab kuning dikupulkan sejumÂlah ciri-ciri mikro kemunafikan sebagai berikut: dusta, khianat, fujur dalam pertikaian, ingkar janji, malas, beribadah dengan riya', sedikit sekali berÂzikir, mempercepat sholat, mencela orang-orang yang taat dan saleh, mengolok-olok Al-Quran, as- Sunnah, dan Rasulullah saw. bersumpah palsu, enggan berinfak, tidak menghiraukan nasib sesaÂma kaum Muslimin, suka menyebarkan khabar dusta, senang memperbesar peristiwa atau kejaÂdian, mengingkari takdir, selalu membantah dan tidak redha akan takdir Allah swt., mencaci maki kehormatan orang-orang saleh, sering meningÂgalkan sholat berjamaah, membuat kerusakan di muka bumi dengan dalih mengadakan perbaikan, sikap yang tidak sesuai antara batin dan lahir, taÂkut terhadap kejadian apa saja, beruzur dengan dalih dusta, menyeru kemungkaran dan menceÂgah kemakrufan, pelit dalam masalah kebajikan, sering lupa kepada Allah, mendustakan janji AlÂlah dan Rasul-Nya, lebih memperhatikan zahir dan mengabaikan batin, sombong dalam berÂbicara, sok tahu soal agama, bersembunyi dari manusia dan menentang Allah dengan perbuaÂtan dosa. Orang munafik terbiasa membangun istana di atas puing-puing kehancuran orang lain, kalau perlu tebahak-bahak dan mabuk. Sifat-sifat kemunafikan di atas memang berpotensi menimÂbulkan kesusahan di dalam masyarakat. SalahÂsatu saja di antaranya bisa merepotkan apalagi jika berakumulasi sifat-sifat itu di dalam diri seseorang atau suatu masyarakat, maka tentu akan lebih merepotkan lagi. ***