Garis polisi
(police line) yang membentuk huruf "X" terpamÂpang di depan pintu lift nomor 2, Gedung Teratai Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan. Pintu lift dalam kondisi tertutup. Dua buah plang peringaÂtan lantai basah yang dihubungÂkan dengan tali, dipasang di depannya sebagai penghalang.
Lift tersebut ditutup sementara setelah mengalami kecelakaan Minggu lalu. Lift tersebut seÂdang beroperasi dari lantai enam ke lantai dasar. Saat di lantai lima hingga tiga, lift bekerja dengan normal. Tapi saat mulai turun dari lantai tiga, tiba-tiba lift anjlok dan langsung jatuh ke lantai dasar. Pintu lift pun langsung terbuka begitu tiba di lantai dasar.
Akibat kejadian itu, seorang pengunjung bernama Etti Tri Ratno (73) mengalami luka retak di bagian enggel kaki kanan. Korban atas nama Nurhasanah mengalami memar atau benjol di bagian kepala. Sedangkan tiga korban lainnya mengalami trauma. Oleh satpam rumah sakit, seluruh korban dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) untuk mendapatkan pertolongan.
Saat ini keluarga pasien dan para staf RSmenggunakan lift nomor 1, atau tangga darurat untuk naik-turun. Lift nomor 1 yang terletak tepat di sebelahÂnya, beroperasi secara normal. Tak hanya keluarga pasien, perawat yang membawa pasien menggunakan tempat tidur pun, menggunakan lift tersebut sepertibiasa.
"Rasa waswas sih masih ada. Cuma karena kemarin suster saya lihat sudah bolak-balik bawa pasien naik lift ini, jadi saya sekarang ikut," ujar seorang pengunjung bernama Masdi.
Maksud kedatangannya adaÂlah untuk menjenguk sang istri yang dirawat di lantai empat. Tapi sebelumnya, Masdi memiÂlih untuk menggunakan tangga. Ketika itu dirinya masih sangat khawatir untuk ikut mengguÂnakan lift. "Kemarin, pas mau naik lift itu ada rasa khawatir. Mungkin karena baru kejadian. Apalagi lift yang nomor 1 juga model lama," ucapnya.
Lift nomor 1 memang terlihat cukup jadul. Lift tersebut mirip lift barang yang berbentuk perseÂgi panjang. Tombol lantainya terÂletak di dinding sebelah kanan, bukan yang berhubungan dengan pintu lift. Dindingnya yang terÂbuat dari aluminium, dibiarkan polos tanpa pelapis lain.
Meski tampak jadul, namun lift tersebut bisa naik-turun denÂgan cukup mulus. Pergerakannya tidak tersendat-sendat seperti lift tua kebanyakan. Saat berhenti di tiap lantainya pun tidak kasar. Maksudnya, tidak seperti berÂhenti mendadak di satu lantai.
Direktur Utama RSFatmwati dr Andi Wahyuningsih Attas meÂnyatakan, hal itu terjadi karena pihaknya melakukan pengeceÂkan rutin tiap satu bulan sekali. Kemarin, seluruh lift pun diperÂiksa kembali untuk memastikan tidak adanya masalah. "Kalau kontrak service kami dengan PT MDS, punya jadwal tiap tiga bulan pengecekan. Semua dipelihara oleh pihak ketiga yang kompeten," ujarnya di RSUP Fatmawati.
Menurut dia, saat pengecekan satu bulan terakhir, kondisi lift menunjukkan tidak ada masalah. Dia pun membantah kabar, lift terjatuh karena sling putus. "Kemarin malam tim kepolisian dan Kementerian Kesehatan meÂlihat bahwa slingnya tidak putus. Setelah kejadian itu, liftnya masih bisa naik turun walaupun tidak digunakan lagi karena disegel
police line. Kalau sling putus tidak bisa lagi," terangnya.
Hasil investigasi sementara, lanjut Andi, semua tali sling aman. Pihaknya pun memperkirakan penyebab kecelakaan itu karena break-nya mengalami gangguan, sehingga lift berhenti. Dia menilai, jika slingnya putus, akibatnya akan lebih parah. Sebab, sling ibarat fraktur tulang belakang.
"Saat di lantai 4 muat 15 orang, satu orang sudah keluar di lantai tiga. Begitu keluar, lift nutup, langsung turun dikit dikit sampai lantai satu. Cuma karena tingginya 16 meter jadi begitu," jelas dia.
Ia sempat menyebut jatuhnya lift, diduga juga karena beban yang melebihi kapasitas. Adapun pengelola lift diketahui adalah PT MDS. Pihak Kepolisian saat ini masih meminta keterangan terkait pemeliharaan dan peraÂwatan lift.
"Seperti yang kita ketahui orang Indonesia sukanya desak-desakan. Kemarin, satu orang sempat keluar terus masuk laÂgi, main-main. Padahal sudah kita siapakan empat lift untuk pengunjung," ujar dia.
Menurut Andi, peristiwa lift ambruk itu baru pertama kali terjadi sejak lift tersebut beropÂerasi pada 1995. Namun deÂmikian, pihaknya menyerahkan penelusuran penyebab insiden itu kepada polisi dalam proses penyelidikan. "Nanti biar polisi yang melakukan identifikasi," imbuhnya.
Dalam waktu dekat ini, lanjut Andi, manajemen rumah sakit akan mengevaluasi kembali kontrak kerja dengan PT MDS, selaku operator lift yang jatuh itu. Jika hasilnya terdapat dugÂaan kesalahan dari pihak ketiga itu, maka akan dilakukan pemuÂtusan kontrak.
"Kalau itu teknis dari kesalahan pemeliharaan, kami bisa mengevaluasi pihak ketiga ini. Kalau soal kemungkinan pemutusan kontrak itu pasti dilakukan, tapi jika memang terbukti," tandasnya. ***