Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Teman Ahok Kerjanya Kumpulkan 1 Juta KTP

Kantornya Dipenuhi Suvenir Untuk Para Pendukung

Rabu, 15 Juni 2016, 09:09 WIB
Teman Ahok Kerjanya Kumpulkan 1 Juta KTP
foto:net
rmol news logo Kelompok relawan Teman Ahok tidak mau memusingkan kemungkinan jagoannya maju melalui partai politik (parpol). Soalnya, dukungan parpol belum pasti.

Sekretariat Teman Ahok di Komplek Graha Pejaten Nomor 3, Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan ramai pada Senin siang itu (13/6).

Kendaraan roda empat milik relawan, memenuhi area parkir di depan sekretariat. Sedangkan areaparkir di samping sekretariat,dipenuhi kendaraan roda dua.

Begitu masuk sekretariat, di ruang utama terdapat beberapa box plastik yang berisi aneka so­venir bentuk dukungan terhadap Ahok. Sovenir tersebut berupa kaos, polo shirt, gelang karet, dan kalender.

Semua sovenir tersebut berasal dari gudang di sebelah ruangan utama ini. Gudang itu sudah terlalu penuh, sehingga sovenir diletakkan di sana. Selain di ruangan tersebut, beberapa box berisi sovenir juga ditumpuk di koridor dekat ruang rapat.

Para relawan berkumpul di ruang utama, tempat box sovenir itu berada. Mereka duduk pada bangku plastik, menghadap ke meja panjang yang terletak di kiri, kanan, dan tengah ruangan. Beberapa sibuk dengan lapto­pnya masing-masing, sementara sisanya berbincang satu sama lain. Para relawan dari berbagai wilayah ini, sedang berkumpul siang itu.

Salah satu pendiri relawanTeman Ahok, Singgih Widiyastono menyatakan, para relawanmasih fokus mengumpulkan formulir dan fotokopi KTP. Posko pengumpulan KTP di berbagai tempat pun masih beroperasi seperti biasa. Mereka masih menargetkan pengumpulan 1 juta KTP, guna mendukung pencalonan Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI2017.

"Sampai Senin, kami sudah mengumpulkan sekitar 977 ribu KTP, kurang sekitar 23 ribu lagi. Harapannya, tanggal 16 bulan ini, bisa tercapai 1 juta KTP. Soalnya, kami mulai bergerak mengumpulkan KTP itu 16 Juni 2015," ujarnya ketika ngobrol dengan Rakyat Merdeka.

Singgih mengatakan, pihaknya tidak mau terlalu memikir­kan soal kemungkinan Ahok diusung parpol pada pilkada nanti. Keputusan untuk maju melalui parpol dan jalur inde­penden, diserahkan sepenuhnya kepada Ahok.

Sebab, ia dan rekan-rekannya tidak pernah memaksa Ahok untuk maju melalui jalur inde­penden. "Kecuali kalau kami berhasil kumpulkan 1 juta KTP dukungan, barulah kami tagih janji beliau akan maju bersama Teman Ahok," tegasnya.

Kendati begitu, Singgih me­nambahkan, Teman Ahok tak akan terlalu kecewa jika nantinya Ahok memutuskan maju melalui jalur partai politik. Sebab, sejak awal, Teman Ahok dibentuk karena khawatir, Ahok tidak memiliki kendaraan politik saat pilkada. Kalaupun sekarang ada pimpinan parpol menyatakan mendukung Ahok, bisa saja pada detik-detik terakhir, tak ada parpol yang mengusung Ahok. Sehingga, Ahok tak bisa ikut pilkada.

Makanya, Teman Ahok tetap fokus mengumpulkan sejuta fotokopi KTP warga Jakarta. "Mengumpulkan KTP sampai sebanyak ini jelas tak mudah, dan melelahkan. Tapi kami sa­dar, Teman Ahok hanya disiap­kan sebagai kendaraan politik. Jadi, mungkin hanya akan ada sedikit kekecewaan jika Ahok beralih ke parpol," kata pria berkemeja biru ini.

Kendati menyerahkan pilihan kepada Ahok, Singgih meminta agar bekas bupati Belitung Timur itu berhati-hati jika ingin maju melalui parpol. Dia khawatir, dukungan parpol yang baru saja mendekat kepada Ahok, hanya jebakan "batman".

Sebab, sampai saat ini belum ada parpol yang berani menge­luarkan surat keterangan akan mengusung Ahok pada Pilkada 2017. "Kenapa mereka harus menunggu hingga menit terakhir? Padahal, sekarang sudah bisa. Saya khawatir kalau ikut cara itu, malah tidak bisa ikut pillkada," tuturnya.

Terkait pernyataan Relawan Ahok, bekas anggota KPU I Gusti Putu Artha bahwa ada yang akan membuang KTP du­kungan jika Ahok memilih jalur parpol, Singgih menganggapnya hanya sebagai komunikasi yang kurang pas.

Dia beranggapan, maksud relawan yang tidak setuju Ahok maju lewat parpol, adalah me­narik dukungannya terhadap suami Veronica Tan itu. Dia yakin, tidak ada seorang pun relawan yang membuang KTP milik masyarakat.

"Orang kan ada yang bisa mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang pas, ada juga yang tidak," ucapnya.

Singgih mempersilakan jikamemang ada relawan yang ingin mencabut dukungannya terhadap Ahok. Teman Ahok, kata dia, akan menghormati pilihan relawan tersebut. Sebab, pihaknya menilai pilihan itu sebagai hak relawan. "Namanya juga relawan, kerja dengan kerelaan. Kalau sudah tidak sreg, ya sudah," ucapnya.

Sedangkan soal ajakan untuk mengajukan cuti sehari bagi pen­dukung Ahok untuk menghadapi ketentuan verifikasi faktual, dia membantah melontarkannya. Meski begitu, dia merasa tertarik dengan ide tersebut, dan berharap ide itu bisa direalisasikan.

"Secara pribadi, ide yang me­narik wacana cuti sehari. Kami belum kepikiran verifikasi awal seperti apa, tapi kalau ide ini bisa dicontek, saya apresiasi sekali," kata Singgih.

Singgih belum bisa menang­gapi seperti apa jika ide tersebut ditindaklanjuti. Intinya, Teman Ahok akan memberikan imbauan kepada pemberi dukungan KTP untuk meluangkan waktunya buat verifikasi. Sebab, banyak pendukung Ahok yang memiliki mobilitas tinggi. Selain itu, ada yang di luar negeri.

"Bagi mereka yang menetap di luar negeri, Teman Ahok belum memiliki skema yang tepat. Namun, imbauan akan dilakukan melalui media sosial dan pesan singkat. Kalau yang di Jakarta akan ada imbauan melalui media sosial kami, kedua lewat SMS blast," kata Singgih.

Singgih berharap, KPU bisa menetapkan tanggal verifikasi. Supaya, ide cuti sehari tadi bisa dilakukan. "Kami mau komu­nikasi dengan KPU, bagaimana baiknya, apa yang harus kita lakukan, bagaimana mekan­isme dari KPU, tanggal berapa. Syukur-syukur bisa ditentukan tanggal yang sama supaya wa­cana cuti sehari bisa bergulir," pungkasnya.

Latar Belakang
"Kata Istri Saya, Kalau Tidak Bisa Nyalon Bagus, Happy Exit Dong"


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, meminta relawan Teman Ahok untuk berpikir rasional.

Ahok menginginkan agar Teman Ahok mempertimbang­kan kembali jalur yang hendak dipilih untuk menyokongnya pada Pilkada DKIJakarta 2017, yakni perseorangan (indepen­den) atau partai politik.

"Kami harus ngomong den­gan Teman Ahok. Teman Ahok maunya gimana, yang rasional gimana, gitu saja," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta.

Ahok menilai, jika maju lewat jalur independen, kesempatan itu tak boleh disia-siakan. Pasalnya, pendaftaran calon independen dibuka lebih awal ketimbang jalur partai pada KPUD DKI Jakarta. Jika gagal dalam tahap verifikasi pendukung, kesempa­tan maju lewat jalur partai sudah tertutup.

"Kalau gagal sudah tak boleh ikut lagi," ujar Ahok.

Ahok mengatakan, akan ber­bicara dengan Teman Ahok mengenai untung rugi jalur yang hendak dipilih. Pertemuan itu rencananya dilakukan jika Teman Ahok memenuhi target mengumpulkan satu juta KTP. Data terakhir dari Teman Ahok, kurang 23.522 KTP yang harus dikumpulkan untuk mencapai satu juta.

Sebelumnya, Ahok dengan lantang dan mantap berkata akan maju lewat jalur independen lantaran tidak ingin mengece­wakan Teman Ahok yang sudah bersusah payah mengumpulkan KTP sebagai syarat maju calon perseorangan.

Belakangan, banyak partai politik yang mendekat un­tuk mendukung Ahok. Partai Hanura, Partai Nasdem, dan Partai Golkar sudah menyatakan dukungan kepada Ahok secara terang-terangan.

Kendati masih bimbang, Ahok mengaku tak masalah jika gagal dalam pencalonan pilkada yang akan digelar serentak dengan daerah lainnya tahun depan.

"Kata istri saya, kalau tak bisa ikut nyalon, bagus dong, happy exit dong," ucap suami Veronica Tan ini.

Ahok menganggap dirinya su­dah terbiasa berhenti dari sebuah jabatan. Sebelumnya, Ahok pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur selama 16 bulan. Dia juga menjadi anggota DPR 2009-2014, yang hanya bertahan selama tujuh bulan.

"Mau berhenti di tengah jalan, aku sudah biasa-biasa saja. Yang penting selama kerja, saya kerjakan yang terbaik," tuturnya.

Terkait hubungannya dengan PDIP yang selama ini dekat meski sudah mendeklarasikan maju independen, Ahok enggan banyak komentar. Menurutnya, hal itu tak bisa dijawab dengan pernyataan singkat.

"Itu kan cerita never ending story. Mau merapat gimana, orang aku sudah rapat melulu kok," tandas dia.

Ahok berharap, relawan dan partai politik bisa berdampin­gan. Dirinya ingat saat Jokowi diusung sebagai calon presiden pada 2014. Saat itu, unsur relawan dan unsur partai poli­tik bisa bersatu padu meme­nangkan Jokowi pada Pemilu Presiden 2014.

"Waktu Pak Jokowi begitu, relawan dan parpol berjalan beriringan," tandasnya.

Jika melalui jalur parpol, kekuatan Golkar, Nasdem dan Hanura sudah cukup untuk men­gusung Ahok melalui jalur par­pol. Namun di luar itu, hubungan Ahok dengan PDIP juga tak dapat dikesampingkan. Apalagi, Ahok kerap bilang, sangat dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Dalam beberapa waktu be­lakangan, Ahok juga sudah bertemu Megawati bersama kader PDIP yang menjadi Wakil Gubernur DKI, Djarot Saiful Hidayat. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA