Kali yang beradadi Jalan Labu, Kelurahan Mangga Besar, Jakarta Barat ini agak jernih. Biasanya butek dan bau sekali. Puluhan anak pun asyik bermain dan bermandi ria pada Selasa sore itu (17/5).
Sejak siang, hujan rintik-rintik membasahi sejumlah titik di Jakarta. Namun, Dian tetap asyik berenang bersama belasan teÂmannya di kali yang berada tepat di belakang Gedung
Lindeteves Trade Centre (LTC) Glodok, Jakarta Barat.
Puas berenang, anak berusia 12 tahun ini, menyandarkan tubuhÂnya di pinggir kali yang cukup lebar. "Enak, di sini gratis, bisa berenang sepuasnya," ujar Dian.
Tak sendirian, Dian bersama belasan anak seusianya, asyik berenang. Tawa dan canda terÂdengar riuh. Saling lempar tanah meramaikan permainan mereka. Semakin sore, semakin banyakanak yang ikut nimbrung di sunÂgai yang saat itu hanya berkedaÂlaman satu meter.
Bahkan, ada pula orang deÂwasa ikut-ikutan mandi tanpa terlihat canggung. Menjelang Maghrib, mereka baru keluar dari kali. "Besok lanjut lagi. Sekarang mau pulang dulu," kata Dian yang rumahnya tidak jauh dari kali tersebut.
Setelah kali ini agak bersih ketimbang biasanya, Dian mengaku hampir setiap hari berenang di anak Kali Ciliwung itu bersama teman-temannya. "Setelah sekolah, langsung mandi di sini sampai sore," kata Dian yang hanya mengenakan kolor itu.
Berdasarkan pengamatan, kondisi kali ini agak jernih dibanding kebanyakan kali di Jakarta. Tidak terlihat sampah plastik, kardus, botol hingga kasur yang biasanya memenuhi kali. Kendati di pinggir sungai berderet rumah penduduk, namuntidak terlihat warga memÂbuang sampah ke kali.
Banyak pengendara motor menghentikan laju kendaraannya demi melihat anak-anak bermain di kali selebar 7 meter itu.
Jono, penjual mie ayam yang tinggal di kawasan Labu, Mangga Besar, mengatakan, kali terseÂbut agak bersih sejak sebulan ini, karena setiap hari dibersihkan petugas Pemprov DKI Jakarta. "Karena kali bersih, anak-anak senang main di sini," ujar Jono.
Padahal, kata Jono, sebelumÂnya sungai ini sangat kotor, bau, dan dangkal. "Sebelum dibersihkan, warnanya hitam, karena banyak sampah yang menumpuk di dasar kali," ceritanya.
Karena ingin melihat sungaibersih, lanjut Jono, seluruh warga Labu sepakat tidak membuang sampah di kali. Bahkan, yang ketahuan membuang sampah akan dikenakan denda oleh pihak kelurahan. "Alhamdulillah, sekaÂrang sudah tidak ada warga yang membuang sampah ke kali," syukurnya.
Lebih lanjut, kata Jono, wargayang ketahuan membuang sampah ke kali bisa difoto dan diÂlaporkan ke kelurahan. "Biasanya tiba-tiba ada surat denda dari keÂlurahan ke orang yang membuang sampah ke kali," tandasnya.
Dendanya pun lumayan besar. Jono menyebut, hingga puluhan ribu rupiah. Walhasil, sejak ada sanksi berupa denda tersebut, sudah sangat jarang warga memÂbuang sampah ke kali.
Namun, lanjut Jono, dalam membersihkan sungai, warga tidak pernah ikut serta bergotong royong. Sebab, sudah ada "paÂsukan oranye" yang sehari-hari bertugas membersihkan sampah di kali itu.
Selain itu, menurutnya, pemÂbongkaran warung-warung di pinggir kali, juga membuat tidak ada lagi sampah jajanan, sehingga sungai jadi bersih dan agak jernih.
Terpisah, Asisten Koordinator Badan Air Kecamatan Taman Sari Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, Nur Hidayat menÂgatakan, untuk membersihkan anak Sungai Ciliwung di kaÂwasan Glodok sehingga bisa menjadi jernih dan bersih, dibuÂtuhkan waktu empat tahun.
"Kendala dalam membersiÂhkan sungai adalah banyaknya sampah menumpuk di dasar kali," ujar Hidayat.
Kendala lainnya, kata dia, minimnya peralatan kebersihan sehÂingga pembersihan kalii memerluÂkan waktu yang lebih lama. Saat ini, lanjutnya, beberapa peralatan kebersihan, seperti saringan dan perahu apung untuk mengangkut sampah, dalam kondisi rusak.
Untuk mensiasatinya, kata Hidayat, petugas menggunakan saringan yang terbuat dari rangÂka kipas angin untuk menjaring sampah yang hanyut di kali.
"Kami sudah ajukan penyediaanalat-alat, tapi karena mungkin prosesnya lama di pemerintahan, ya kami tunggu saja," ujarnya.
Hidayat menambahkan, petugas Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Taman Sari membersihkan sampah di dasar sungai dengan mengguÂnakan perlengkapan seadanya.Seperti cangkul, saringan, hinggaperahu apung.
Dalam sehari, kata dia, ada deÂlapan petugas yang dikerahkan untuk membersihkan sampah dari hulu sungai. "Mereka bertuÂgas mulai jam 8 pagi sampai jam empat sore," sebut Hidayat.
Padahal sebelumnya, lanjut Hidayat, sungai itu sangat kotor dan berwarna hitam, bahkan mengeluarkan bau tidak sedap. "Sampah kasur, plastik, sampai peralatan elektronik, pernah ditemukan di bantaran sungai itu," tandasnya.
Intinya, cara membersihkan kali ini manual. "Kami sisir dulu sampah, lalu merapikan pinggiran bantaran. Setiap hari dikerjakan," tuturnya. ***