Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

"Pak, Ini Belum Bisa Log In"

Melihat Ujian Nasional Berbasis Komputer

Jumat, 13 Mei 2016, 09:11 WIB
"Pak, Ini Belum Bisa Log In"
foto:net
rmol news logo Pemerintah menggelar Ujian Nasional (UN) SMP dari Senin (9/5) hingga kemarin. Dari puluhan ribu SMP, ada sejumlah sekolah yang menggelar UN Berbasis Komputer (UNBK), salah satunya SMPN 11 Jakarta.

Hari masih pagi. Jam menun­jukkan pukul 07.15 WIB. Bayu berjalan terburu-buru menuju salah satu ruang kelas di SMPN 11, Jalan Kerinci VII, Blok E, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (10/5).

Pelajar yang mengenakan seragam putih biru ini, lantas duduk di deretan meja bagian tengah. Sejurus kemudian, remaja be­rambut keriting ini mencoba log in di laptop yang telah tersedia di mejanya.

Empat menit menunggu, Bayu terlihat panik karena belum bisa masuk ke dalam soal ujian matematika. "Pak, ini belum bisa log in," kata Bayu kepada guru yang berjaga di ruang tersebut.

Tak lama kemudian, salah seorang guru menghampiri dan membantu log in. Bayu akhirnya bisa mengerjakan soal dengan tenang. Begitulah sedikit sua­sana pelaksanaan UNBK di SMPN 11 Jakarta.

Pelaksanaan UN mengguna­kan komputer, sedikit berbeda dibanding cara manual. Dalam UNBK, siswa tidak wajib lagi membawa pensil. Selain itu, kondisi ruangan lebih lega. Sebab, ruangan yang biasanya diisi 30 siswa, hanya diisi 17 siswa.

Di setiap meja ditempatkan satu unit laptop. Setiap siswa mengerjakan soal menggunakan komputer jinjing itu. Kendati demikian, pada Selasa itu, seluruh siswa masih membawa kertas dan pensil. Maklum, saat itu yang dikerjakan adalah soal matematika, sehingga membutuh­kan kertas untuk berhitung.

Waktu mengerjakannya cu­kup lama, yaitu dua jam. Bayu mengerjakan 40 soal matema­tika selama dua jam. "Bingung banget mengetik jawabannya, soalnya baru pertama kali ini saya ikut UN menggunakan komputer," ujar Bayu.

Dia mengaku was-was selama mengerjakan soal karena takut laptop yang digunakannya tiba-tiba hang. "Tapi Alhamdulillah, ujian tadi berjalan lancar," syukurnya.

Kendati bisa menjawab semua pertanyaan, Bayu mengaku ragu-ragu dengan jawabannya. Pasalnya, apa yang diujikan dalam UN sama sekali berbeda dengan apa yang pernah diajarkan. "Yang penting, saya sekarang berdoa, semoga mendapat nilai baik," tuturnya.

Bayu merasa lebih nyaman mengerjakan soal UN dengan cara manual. "Kalau manual tidak mungkin hang," tutupnya.

Senada, siswa kelas IX SMPN 11 Jakarta lainnya, Firsty Annisa juga mengaku kesulitan mengerjakan soal matematika menggunakan komputer. Sebab, saat mengerja­kan soal, laptopnya hang beberapa menit. "Tapi Alhamdulillah, bisa dibetulkan teknisi yang stand by," ujar Firsty.

Kendati laptop bisa berfungsi seperti sedia kala, pelajar putri berambut panjang ini, sempat was-was tidak maksimal dalam mengerjakan soal UN. "Soalnya sulit-sulit, ditambah cara jawab­nya juga sulit," sebut dia.

Kendati begitu, dia bisa mengatasi masalah. "Sebulan sebe­lum ujian sudah sering latihan. Jadi sudah terbiasa," tuturnya.

Staf administrasi SMPN 11 Jakarta, Widodo mengatakan, jumlah siswa yang mengikuti UNBK di sekolah ini sebanyak 298 orang. Mereka dibagi men­jadi dua sesi. Sesi pertama pukul 07.30 WIB- 09.30 WIB. Sesi kedua pukul 09.30 WIB-11.30 WIB. "Laptopnya tidak cukup, jadi harus dibagi menjadi dua sesi," ujar Widodo.

Lebih lanjut, kata Widodo, kelas yang digunakan untuk UNBK sebanyak delapan ruang. Masing-masing ruangan paling banyak 18 siswa.

Menurut Widodo, selama pelaksanaan UN, tidak ada ham­batan berarti dalam UNBK. "Siswa sudah terbiasa, karena sebu­lan sebelum UN, sudah seringdigelar try out," kata dia.

UNBK, kata Widodo, berlang­sung empat hari dengan empat mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika dan IPA. "Sehari satu mata pelajaran," sebut dia.

Setiap jawaban siswa, lanjut Widodo, akan diinput ke dalam database milik sekolah, setelah itu akan upload ke sistem milik Kementerian Pendidikan. "Soal hasil, nanti Kementerian yang mengumumkan," tutupnya.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKIJakarta, Sopan Adrianto mengatakan, sebanyak 107 SMP menggelar UNBK. Lebih banyak dibanding tahun 2015. "Ada ke­naikan 13 persen sekolah yang memanfaatkan UN Berbasis Komputer," ujar Sopan.

Sopan menguraikan, jumlah toal SMP Negeri di Jakarta yang mengikuti UN sebanyak 289. "Tahun 2015 hanya satu sekolah yang UNBK, sekarang sudah 38 sekolah," sebut dia.

Sedangkan untuk swasta, lan­jut dia, ada kenaikan 80 persen. "Sekarang menjadi 69 sekolah dari 8 sekolah," tandas dia.

Soal UNBK, katanya, tidak menemui kendala koneksi yang berarti.Sebab, tim ahli IT Kementerian Pendidikan, ditempatkan di se­tiap sekolah yang menggelar UNBK. "Kita selalu dikawal tim IT Kementerian," tandasnya.

Lebih lanjut, menurut Sopan, bila sesi pagi siswa gagal mengi­kuti UNBK, bisa mengikuti sesi siang. Hal itu dilakukan, karena keterbatasan komputer di setiap sekolah. "Sekolah bisa menye­lenggarakan UN sebanyak tiga shift. Satu komputer dipakai tiga siswa yang terbagi dalam tiga sesi," ucapnya.

Meski terbagi dalam tiga sesi, Sopan menjamin soal UNBK tidak bocor karena bervariasi. "Tidak mungkin peserta menda­patkan soal sama, karena ber­basis komputer yang memang banyak varian soal."

Selain itu, Sopan juga beru­paya mewujudkan seluruh UN di Jakarta berbasis komputer pada 2017. Caranya, kata dia, bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di Jakarta agar meminjamkan komputernya kepada sekolah yang belum memiliki komputer.

Selain itu, pihaknya juga akan mengusahakan subsidi silang komputer antar sekolah. Sehingga, sekolah yang sudah selesai melaksanakan UN seperti SMA, wajib meminjamkan kom­puternya ke SMP atau SD yang kekurangan.

Terpisah, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menargetkan, tahun depan pelak­sanaan UN di seluruh sekolah di Jakarta sudah berbasis komputer. "Tahun depan, tidak ada lagi ujian yang menggunakan lembar soal dari kertas," ujar Ahok.

Kendati seluruh sekolah menerapkan UN Berbasis Komputer, Ahok menegaskan tidak in­gin ada pengadaan unit kom­puter. Untuk menyiasatinya, bekas Bupati Belitung Timur ini ingin sekolah yang kelebihan stok komputer, memberikan peralatannya ke sekolah yang kekurangan. "Sistem pinjam lebih baik," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA