Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Disayangkan, Pemerintah Tidak Peka Terhadap Petani Garam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 10 Mei 2016, 15:57 WIB
Disayangkan, Pemerintah Tidak Peka Terhadap Petani Garam
rmol news logo Negara harus secara kongkrit hadir di tengah-tengah petani garam dan industri garam rakyat. Peringatan tersebut disampaikan karena selama ini pemerintah dinilai tidak peka terhadap kondisi petani garam Tanah Air.

"Jika Menteri Saleh Husin merasa pesimis, apalagi petani garam kita. Padahal kita punya garis pantai yang lebih panjang ketimbang negara pengekspor (Singapura) garam ke Indonesia," tegas Ketua Bidang Perindustrian dan Perdagangan DPP Partai Perindo, Hendrik Kawilarang Luntungan, dalam keterangannya (Selasa, 10/5).

Hendrik menyatakan demikian terkait pernyataan Menteri Perindustrian Saleh Husin belum lama ini bahwa tidak semua daerah di Indonesia bisa menghasilkan garam dengan standar kualitas baik.

"Hanya daerah tertentu saja yang punya potensi mampu menghasilkan garam dengan NaCL di atas 97 persen dan ini faktor alam. Begitu juga dengan negara lain. Jadi perlu dipahami, tidak semua daerah atau negara yang memiliki wilayah laut luas bisa menghasilkan garam industri," kata Saleh.

Hendrik mengingatkan isu impor garam” jangan hanya jadi sekadar wacana. Namun juga harus dicarikan solusi terbaik untuk kepentingan bangsa kedepan. "PT. Garam selama membeli garam dari petani. Tapi serapan perusahaan BUMN itu masih minim, meski harga per ton sudah cukup baik (Rp 430.000/ton)," ucapnya.

Keseriusan pemerintah melawan impor garam, akan diuji dengan praktek kongkrit. Kualitas produksi petani garam tidak akan bisa bersaing dengan kualitas pabrik besar garam yang ada di dalam negri, jika tidak dibantu negara.

"Jadi, seharusnya sebagai seorang Menteri Perindustrian, Saleh Husin, bukan malah, pesimis dan berkelit pada persoalan yang sangat teknis," katanya mengingatkan.

Hendrik berharap pemerintah untuk melakuan transformasi teknologi efisien terkait industri garam dengan kapasitas menengah dan meberikan suntikan dana baik dalam permodalan atau peningkatan daya beli pemerintah.

"Transformasi teknologi dan suntikan dana, bukan dalam rangka memanjakan petani garam kita. Justru disitulah negara hadir untuk mendidik petani garam menjadi lebih mandiri," demikian Hendrik Luntungan.[zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA