Kemarin siang, suasana di sekitar Jalan Luar Batang 2 tampak tenang. Sebagian warga berkumpul di madrasah yang berada di depan gang, sementarasisanya melakukan berbagai kegiatan di sekitar rumah masing-masing. Ada yang menjaga warung, membetulkan rumah, dan sekadar ngobrol dengan sesama warga. Untuk kawasan yang akan digusur Pemprov DKI, Kampung Luar Batang terlihat tenang-tenang saja.
Namun, suasana berbeda terjadi menjelang maghrib. Warga Kampung Luar Batang berbondong-bondong menuju tenÂda-tenda darurat yang berada di kawasan bekas Kampung Akuarium, RT/RW 01/04, Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka bergabung dengan warga Kampung Akuarium yang sudah berada di tenda darurat tersebut. Mereka kemudian mengisi tenda darurat yang masih kosong.
Tenda darurat itu sangat sederÂhana. Alas dan atapnya hanya terbuat dari terpal, sementara bambu menjadi tiang penyangga tenda. Dua buah spanduk putih yang isinya pernyataan protes terhadap penggusuran, terpasang di bagian atas tenda.
Tenda yang didirikan sehari setelah penggusuran itu, kalau siang digunakan sebagai posko kemanusiaan. Kalau malam, baru digunakan untuk tidur oleh warga RT 1 dan RT 12 Kampung Akuarium yang tidak pindah ke rusun.
Selain tenda darurat tadi, terÂdapat dua tenda doom milik TNI di lokasi. Tenda tersebut didiriÂkan pada Selasa siang, sekitar pukul 12.00 WIB. Sama seperti tenda darurat milik warga, tenda yang dibangun di atas reruntuhan itu juga digunakan untuk tidur pada malam hari, dan untuk tempat mengumpulkan bantuan pada siang harinya.
Sehabis maghrib, warga seÂmakin banyak berdatangan. Jika sebelum maghrib warga yang daÂtang kebanyakan remaja pria dan dewasa, setelah maghrib warga yang berdatangan adalah kaum ibu dan anak-anaknya. Kaum ibu dan anak-anak ini adalah warga Kampung Akuarium yang sebelumnya menginap di baguÂnan milik Masjid Luar Batang. Ratusan warga tampak berjaga di lokasi malam kemarin.
"Warga eks Pasar Ikan dan Kampung Akuarium yang menginap di sini ada 580 jiwa. Sekitar 100-200 anak-anak dan ibu-ibu tinggal di bangunan masjid, sementara yang pria di tenda darurat," ujar Sekretaris Pengurus Masjid Luar Batang, Mansyur Amin ketika berbinÂcang dengan
Rakyat Merdeka, kemarin.
Maksud kedatangan warga ini adalah merespon rencana pembongkaran tenda darurat oleh Pemprov DKI. Kabar tersebut berhembus pada sore hari. Ketua RW 04 yang mengabarkan tentang rencana pemÂbongkaran itu kepada pengurus Masjid Luar Batang.
"Sore sempat ada polisi yang mendatangi tenda darurat, dan meminta agar tenda-tenda tersebut dibongkar. Lalu sekitar jam 5, aparat kepolisian ngasih tahu ke Pak RW soal rencana itu. Makanya kami beritahukan kepada warga untuk siaga," ucap dia.
Daeng Manysur mengatakan, pihaknya hanya meminta kepada warga untuk berada di lokasi. Pihaknya sudah memberi imÂbauan kepada mereka, agar tidak melakukan perlawanan apapun jika benar-benar dilakukan pemÂbongkaran. Para warga hanya diminta mendokumentasikanÂnya dalam bentuk foto atau pun video, supaya bisa diperlihatkan kepada media massa.
"Kami sudah sediakan lampu tembak biar mudah mendokuÂmentasikannya. Yang menginÂformasikan kepada masyarakat, biar rekan-rekan media saja," kata dia.
Mansyur menyatakan, pihaknya menginstruksikan agar tidak melawan bukan karena menyÂerah. Pihaknya hanya tidak mau terjadi kerusuhan di lokasi yang sudah digusur itu. Jika Kampung Luar Batang jadi digusur, warga akan melawan.
"Pemprov silakan melibatkan Polri dan TNI dalam jumlah besar. Tidak perlu memberikan surat peringatan (SP) satu, dua, tiga, langsung saja gusur. Kami akan lawan," tandasnya.
Manysur pun meminta Gubernur DKI Ahok agar memimpin pasukan yang diterjunkan pada penggusuran itu. Dia meminta supaya Ahok jangan hanya beÂrani bicara di media massa. Warga, kata dia, sudah siap menghadapi aparat yang diterjunkan Pemprov DKI.
"Warga sini kelihatan berkegiatannormal karena memang sudah begitu wataknya. Tapi kalau sudah waktunya, kami siap melawan. Berapa pun aparat yang diturunkan, akan kami hadapi," tegasnya.
Mansyur menambahkan, samÂpai saat ini warga Kampung Luar Batang tetap menolak renÂcana penggusuran yang diusung Pemprov DKI. Warga menilai, rencana penggusuran tersebut hanya akal-akalan Pemprov DKIuntuk menuju kawasan reklamasi Teluk Jakarta.
"Jarak Luar Batang ke Pulau G kan hanya beberapa kilo, jadi kaÂlau alasannya hanya penertiban dan pembangunan plaza, itu tak benar. Ini hanya akan membuat jalan ke kawasan reklamasi," tuturnya.
Daripada menggusur secara paksa dan menimbulkan kerusuÂhan, Mansyur menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta meÂmindahkan warga Kampung Luar Batang. Pemprov DKI Jakarta disarankan membeli laÂhan kosong milik PT Pluit Sakti Kharisma yang berada di RW 3, Pasar Ikan, dan membangun perumahan warga eks Kampung Luar Batang di atasnya. Rumah bagi tiap warga yang dibangun di lahan itu tentu disesuaikan dengan luas tanah dan bangunan yang dimiliki saat ini.
"Jadi Pemprov cukup beli tanah milik Pluit Sakti, dan bangun rumah warga. Kalau ukurannya 5 x 5 meter, ya bangunseluas itu. Kalau ada yang bertingkat dua juga bangun seperti itu. Setelah jadi, serahÂkan sertifikat kepemilikannya kepada warga, baru pindahkan," ucap dia.
Menurut Mansyur, hal terseÂbut merupakan tawaran paling rasional bagi warga Luar Batang ketimbang harus membeli taÂnah, atau bahkan membangun rusun di Luar Batang. Dia meÂnilai, warga eks Kampung Luar Batang tetap menolak dipindahÂkan ke Rusunawa Marunda atau Rawa Bebek, meski unit rusunÂnya dijadikan hak milik.
"Pertama karena jauh dan mereka kehilangan mata pencaÂharian. Kedua, warga tetap akan rugi meski dapat rusuÂnami, karena rumahnya banyak yang tidak sebanding kalau ditukar oleh satu unit rusun," tuturnya. ***