Yang membuat mereka berbeda pendapat karena tidak ada penegasan siapa yang disemÂbelih. Al-Qur'an hanya mengatakan: "Maka tatkaÂla anak itu sampai (pada umur sanggup) beruÂsaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirÂkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapaÂtiku termasuk orang-orang yang sabarâ€. (Q.S. as-Shaffat: 102-104).
Di antara sahabat yang berpendapat anak yang disembelih ialah Ismail putra Sitti Hajar ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, dan Abu at-ThÂufail 'Amir bin Watsilah. Sedangkan dari kalanÂgan tabi'in ialah Sa'id bin al-Musayyib, Sa'id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, Mujahid, as-Sya'bi, Yusuf bin Mihran, ar-Rabi' bin Anas, MuhamÂmad bin Ka'ab al-Quradzhi, al-Kalbi, 'AlqaÂmah, Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali, dan Abu Shalih. Sederet mufassir seperti Wahbah az- Zuhaili, ar-Razi, at-Thabrisi, Thabathabai, al- Qurthubi, Ibnu Katsir, Thabathabai, an-Nasafi, Sa'id Hawa', Thahir ibnu 'Asyur dan selainnya menguatkan pendapat pertama, yang disemÂbelih ialah Ismail. Pendapat ini juga didukung oleh ulama kontemporer, terutama dari kalanÂgan ulama sunni.
Sedangkan sahabat berpendapat yang disÂembelih ialah Ishaq antara lain 'Umar bin KhatÂthab, Jabir, al-'Abbas, dan Ka'ab al-Akhbar. Dari kalangan tabi'in yaitu: Qatadah, Masruq, 'Ikrimah, 'Atha', Muqatil, az-Zuhri, as-Saddi, dan Malik bin Anas. Di dalam Bibel (Kitab PernÂjanjian Lama) dengan tegas dinyatakan anak yang disembelih ialah Ishaq, putra Sitti Sarah. Ini bisa dimaklumi karena dari keturunan Sitti Sarah lahir Nabi Musa yang membawa kitab Taurat.
Argumentasi kelompok pertama, mengataÂkan yang disembelih ialah Ismail adalah seÂbagai berikut: Pertama, Yang dimaksud anak yang menggembirakan (al-mubassyar bih) daÂlam ayat tersebut dia atas ialah Ismail, karena dialah yang menjadi anak yang pertama meÂnyita perhatian dan cinta Nabi Ibrahim. Adapun Ishaq lahir setelah Ismail. Dengan logika ini, maka dapat difahami bahwa Ismail adalah anak tertua dan yang disembelih. Dalam sebuah riÂwayat disebutkan bahwa ketika Ismail dilahirÂkan, Ibarahim as. berumur 86 tahun, sedangÂkan sewaktu Ishaq lahir, Nabi Ibrahim berumur 99 tahun. Seandainya yang disembelih adaÂlah Ishaq, tentulah penyembelihan itu terjadi di Baytul Muqaddas, bukan di Mina. Padahal, seÂbagaimana diketahui bahwa Mina merupakan tempat untuk menyembelih (al-Manhar). ***