Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Koran Terselip Gagang Pintu, Garis KPK Tak Terpasang Lagi

Lihat Ruangan Anggota DPR Yang Terseret Kasus Damayanti

Senin, 01 Februari 2016, 08:42 WIB
Koran Terselip Gagang Pintu, Garis KPK Tak Terpasang Lagi
Yudi Widiana Adia:net
rmol news logo Nama politisi PKS Yudi Widiana Adia dan politisi Golkar Budi Supriyanto terseret-seret kasus suap proyek jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Maluku.

Kasus ini sudah menyeret satu tersangka, yaitu anggota Komisi V DPR Damayanti Wisnu Putranti dari PDIP. Buntut ka­sus ini, ruangan Yudi dan Budi digeledah KPK pada Jumat (15/1). Sejak saat itu, pimpinan dan anggota Komisi V tersebut, jarang menampakkan batang hi­dungnya. Baik di ruang kerjanya, maupun dalam rapat Komisi V.

Jumat siang (29/1), jam te­lah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Ruang kerja yang be­rada di Lantai 13 Nomor 31 itu masih tertutup rapat. Padahal, sudah waktu jam masuk kerja. Lampu ruangan juga dimatikan. Namun, sudah tidak terlihat lagi garis KPK yang sebelumnya melintang di depan pintu warna cokelat tersebut.

Bahkan, koran masih terselip di sela-sela gagang pintu. Beberapa kali pintu diketuk, tidak ada respon dari dalam. Padahal, di sisi kanan, kiri dan depan ruang kerja anggota Dewan lainnya berkegiatan normal.

Tak lama kemudian, salah seorang staf ahli anggota Dewan dari Fraksi Golkar, Rizal menya­pa ramah. "Pak Budi sudah tidak pernah ke ruangannya lagi sejak namanya disebut-sebut dalam kasus Damayanti," kata Rizal di Gedung DPR, Jakarta.

Kendati Budi Supriyanto tidak hadir, lanjut Rizal, tapi salah satu stafnya masih sering datang ke kantor. "Biasanya, datangnya agak siangan, tak lama kemudian pulang," ujarnya.

Sebelumnya, anggota Komisi V DPR Damayanti Wisnu Putranti terjaring operasi tangkap tangan (OTT) tim KPK karena diduga menerima suap ribuan dolar Singapura dari Direktur Utama PTWindu Tunggal Utama, Abdul Khoir dalam kasus proyek jalan di Maluku.

Tak lama setelah ditangkap, Damayanti mengoceh dan me­nyeret pimpinan Komisi V Yudi Widiana dan anggota Komisi V Budi Supriyanto. "Dia tahu, dia kan pimpinan," ucap Damayanti saat menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Kamis (21/1).

Namun, Damayanti tak mau menyatakan secara tegas, apakah Yudi dan Budi diduga menerima uang sebagai pengaman proyek di Kementerian PUPR itu.

"No comment. Itu hanya beliau dan Tuhan yang tahu," elaknya sambil berlalu.

Sementara itu, ruang kerja Yudi Widiana yang berada di Lantai 3 Ruang 42 terbuka lebar. Lampu ruangan juga menyala terang. Pintu ruangan hanya ter­buka sebagian. Salah satu staf­nya sibuk menyiapkan berkas.

"Saya tidak tahu posisi bapak sekarang. Memang jarang ke ruang kerjanya, tapi bisa saja langsung ke ruang rapat komisi dan tidak harus ke ruang kerja dahulu," kata wanita berjilbab yang enggan menyebut na­manya ini.

Dia mengaku tidak mengetahui kegiatan Yudi Widiana akhir-akhir ini, karena hanya bertugas mengatur bahan-bahan persidan­gan. "Yang lebih tahu, asprinya Pak Yudi karena beliau yang berhubungan langsung dengan bapak," katanya.

Informasi lebih jelas disam­paikan salah seorang petugas pengamanan dalam (Pamdal) yang berjaga di Lantai 3 Gedung Nusantara 1 DPR "Memang se­jak kasus Damayanti mencuat, bapak sudah jarang terlihat ke ruangan kerjanya," kata petugas pamdal Moni.

Akan tetapi, dirinya tidak mengetahui keberadaan politisi PKS tersebut saat ini. "Tanya stafnya saja biar lebih jelas," elaknya.

Jumat itu, tidak ada rapat komisi, karena ada rapat internal fraksi. Namun, keduanya juga tidak terlihat rapat di internal fraksinya masing-masing.

Begitu juga saat rapat Komisi V, Rabu (27/1), Yudi tidak mun­cul. Dalam daftar absensi, tidak terlihat ada tanda tangan poli­tisi PKS ini. Sedangkan Budi Supriyanto sudah tidak tercan­tum pada absensi di Komisi V. Sebab, dalam perombakan Fraksi Partai Golkar, dia digeser ke Komisi X.

Hipi, salah seorang staf Sekretariat Komisi V DPR tidak mengetahui lebih jauh kehadiran Yudi dalam rapat-rapat Komisi V DPR. "Kan semua pimpinan Komisi V tidak perlu hadir dalam rapat-rapat komisi. Yang penting, ada salah satu pimpinan yang mewakili," kata Hipi di Gedung DPR.

Namun, untuk Budi Supriyanto, sudah tidak di Komisi V, akan tetapi sudah dipindah ke Komisi X. "Kan sudah lama pindahnya. Bukan karena kasus tersebut. Saat pergantian fraksi di Golkar, Budi kena roling ke komisi lain," urainya.

Terpisah, Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, kasus dugaan suap proyek jalan Kementerian PUPR di Maluku, tidak hanya melibatkan Damayanti Wisnu Putranti saja.

Dia tidak membantah, peng­geledahan terhadap ruang kerja Yudi Widiana dan Budi Supriyanto serta pemanggilan pe­meriksaan terhadap keduanya karena adanya keterangan saksi dan alat bukti petunjuk.

"Ada, ada. Dari kami sendiri datanya ada," ungkap Agus be­lum lama ini.

Kendati demikian, dia mene­gaskan, bahwa penggeledahan di ruang kerja pihak Komisi V, Yudi Widiana dan Budi Supriyanto bukan untuk menyasar terhadap personalnya, melainkan untuk mencari barang bukti dan alat bukti terkait kasus Damayanti.

"Yang digeledah tempatnya, kemudian yang kami indikasikan itu tempatnya beberapa orang ta­di. Kalau kita ngomong Komisi V, berarti beberapa orang dong. Tapi, kita tidak bilang person," jelasnya.

Kendati namanya terseret-seret kasus dugaan suap proyek jalan di Maluku, namun Budi membantah. "Pemeriksaan tadi terkait apa yang saya tahu. Tidak ada (terima uang)," kata Budi seusai pemeriksaan di Gedung KPK, Rabu (27/1).

Begitu juga Yudi Widiana yang membantah tudingan tersebut. "Insya Allah, Allah Maha Tahu. Saya tidak ada sangkut pautnya," kata Yudi belum lama ini.

Tidak hanya itu, Yudi juga membantah ucapan Damayanti yang menyebut, dia tahu soal proyek Maluku. "Tidak tahu. Itu asumsi dan opini beliau saja. Saya tidak pernah memimpin rapat tentang Binamarga," tan­dasnya.

Saat ditanya bila tidak tahu menahu soal kasus ini, kenapa ruangannya digeledah KPK, dia menjawab, "Saya juga tidak tahu." ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA