"Kami ingin menunjukkan komitmen pemerintah mendukung penyelesaian partai yang sedang berkonflik. Kami tidak berpihak pada siapa pun, tapi keutuÂhan partai," ujar Menkumham Yasonna Laoly saat ditemui Rakyat Merdeka, di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Yasonna juga tidak menjamin bila kehadirannya di rapimnas akan membuat dirinya mengeluÂarkan Surat Keputusan (SK) bagi kepurusan Golkar kubu Aburizal Bakrie. Apa alasannya, berikut wawancara selengkapnya :
Dalam rapimnas Golkar kuÂbu Aburizal kemarin, desakan agar Anda mengeluarkan SK kepengurusan kembali menÂguat. Apa tanggapan Anda?Jadi begini, Munas Bali sendÂiri belum pernah mendapatkan pengesahan, bahkan putusan Mahkamah Agung mengenai TUN pun belum dikabulkan. Terkait putusan Pengadilan Negeri yang memenangkan kubu Aburizal, itu statusnya belum inkrah karena ada proses lagi.
Nah dengan dicabutnya kepenÂgurusan Golkar versi Ancol, maka seharusnya yang berlaku adalah Riau, kan yang dibatalÂkan oleh SK Ancol kan (kepenÂgurusan Golkar) Riau. Dicabut Ancol, berarti tidak batal lagi Riau, dia hidup, hanya dia masa berakhir 2015. Tapi kan DPD-DPD nya masih ada.
Masalahnya Golkar Munas Riau sudah habis masa jabaÂtannya pada akhir Desember 2015 kemarin. Anda mau hidupkan yang sudah mati?Kalau memang itu yang harus kita lakukan, itu bisa saja. Tapi tanpa itu pun, saya kira kalau ada kesepakatan, ini kan soal kesepakatan.
Berarti Anda akan menghidupkan kembali SK Kepengurusan Golkar Munas Riau?Kalau itu kesepakatan berÂsama,
why not? Dengan satu kewajiban untuk melaksanakan Munas dalam waktu tiga bulan, why not? Keinginan pemerintah itu adalah untuk menyelesaikanÂnya, bukan terus berkonflik. Toh, dalam pilkada kemarin, dua kubu bisa bersatu. Dua-dua, mana ada istilah dua-dua. Itu semua adalah kesepakatan.
Bagaimana dengan Golkar kubu Agung Laksono yang SK-nya sudah Anda cabut?Jadi saya mengajak teman-teman, marilah. Kan segala sesuatu bisa dibicarakan secara baik-baik. Kalau begini terus tidak akan selesai-selesai. Harus ada mekanisme, nggak bisa menang-menang sendiri.
Saya juga berharap pada kubu ARB (Aburizal Bakrie) mari akomodasi, dari bahasa-bahasa pidato politik Pak ARB kan jelas juga, kemarin saya ada diskusi dengan Pak Priyo, Pak Supit, ada poin-poin bersama yang barangkali bisa diterima.
Dalam rapimnas kubu Aburizal diputuskan untuk menggelar munaslub. Menurut Anda itu sah?Kalau itu sesuai dengan angÂgaran dasar dan anggaran rumah tangga mereka, saya kan nggak mau intevensi kan. Pokoknya mana yang sesuai AD/ ART nya. Kalau di PDIP itu namanya konÂgres, sementara di PPP namanya Muktamar.
Apakah sah, biarlah bagaimaÂna keputusan mereka yang meÂmutuskan. Tetapi yang pasti keÂinginan kita, penyelesaian dalam surat kami dikatakan penyelesaÂian yang adil, demokratis, dan kompak gitu lah kira-kira.
Masalahnya, Mahkamah Partai Golkar yang diketÂuai Muladi membentuk Tim Transisi yang juga akan mengÂgelar munas?Keputusan MPG Golkar bisa saja dilakukan, karena alasannya demi menyelematkan partai. Ada dalam hukum tata negara, kalau menyangkut negara itu dikataÂkan bahwa keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. Ada adagium dalam bahasa latin dikatakan, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.
Apa hubungannya dengan partai politik?Nah kalau kita buat analogi itu dengan partai, maka kesÂelamatan partai adalah hukum tertinggi. Maka mekanisme partai itu dapat, dia semacam dekrit, semacam ambil kebijakan yang ini.
Jadi saya menyarankan, yang bisa mengakomodasi ini adalah Munas Riau. Karena di situ ada Pak Agung, Pak Ical, di situ ada Budi (Priyo), Agun Gunanjar, Nurdin Halid, di situ semua. Merekalah yang menyatukan ini.
Kedatangan Anda pada rapimnas Golkar kubu Aburizal dianggap benÂtuk dukungan pemerintah. Benarkah?Pemerintah berharap, keÂdatangan kami ke sana semaÂta-mata untuk menunjukkan komitmen pemerintah menÂdorong penyelesaian yang meÂmadukan dua kekuatan melalui satu Munas. Apa namanya itu, sesuai anggaran dasar dan angÂgaran rumah tangga mereka.
Artinya, pemerintah memang ingin konflik Golkar segera selesai?Nah ini juga kita harapkan demikian. Tapi kalau ini terus-terusan sampai tahapan pilkada bulan enam, tidak jelas juga siapa yang mengesahkan kan reÂpot urusannya. Yang rugi partai sendiri. ***
BERITA TERKAIT: