Seorang perempuan berusia 19 tahun berlomba mengacungÂkan jari seraya menggoyangkan tangannya ke arah mobil-mobil yang lewat. Tak mau kalah, ibu-ibu sambil menggendong anaknya, berlakon serupa. Mereka berdiri berdekatan dalam jarak lima meter.
Namun, jika biasanya para joki ini langsung mendekat begitu ada mobil yang berjalan pelan, tidak demikian hari itu. Mereka tampak menunggu kenÂdaraan calon konsumennya berhenti total, baru mendekat. Padahal, dalam kondisi jalan yang cukup ramai, mereka bisa dengan mudah mendekat dan mempromosikan diri.
Ketika mendekati mobil yang berhenti pun, para joki belia yang mangkal tak jauh dari Bundaran Senayan ini, tidak sendiri. Bila tidak berdua denganrekan sepantarannya, maka dengan joki lain yang lebih tua.
Biasanya, mendekat bersama joki perempuan lain yang lebih tua. Meski ada juga yang mendekat bersama joki pria, namun berusia lebih tua dari joki ABG perempuan itu.
Negosiasi antara joki dengan calon konsumennya pun tampak lebih lama dari biasanya. Hal itu karena opsi pertama yang mereka tawarkan, dan bahas dengankonsumennya adalah untuk membawa dua orang dari mereka. Dua orang joki yang ditawarkan biasanya dirinya sendiri, dan seorang joki perempuan, namun yang lebih tua. Tentu harga yang dikenakan jadi dua kali lipat.
"Pertama, lebih aman kaÂlau berdua. Kalau ada apa-apa bisa melawan. Kedua, jadi tidak mencurigakan saat diturunkan. Kalau ada petugas di tempat kami diturunkan, mudah ngeÂlaknya," ujar Erna (16), joki
3 in 1 sembarimencari pengÂguna jasanya di Jalan Senopati, Kebayoran Baru.
Erna mengaku, para joki ABG perempuan khawatir diperkosa juga. Sehingga, katanya, mereka lebih memilih-milih pelanggan yang akan memakai jasanya. Bila pengguna jasanya tidak mau mengangkut dua joki, maka mereka akan menilai penampilan calon konsumennya dulu. Jika penampilan orang di dalam mobil mencurigakan, joki akan menolak masuk.
"Sebenarnya kami tidak tahu persis kejadiannya seperti apa. Kami juga tidak tahu benar atau tidak terjadi pemerkosaan. Tapi, jadi ketakutan juga. Tertimpa musibah kayak begitu memang sudah menjadi risiko. Makanya, sebelum naik mobil, kami lihat-lihat dulu orangnya," ucap Erna
Erna menyatakan, dirinya menjadi joki
3 in 1 selama satu tahun. Sebagai joki, dia memasang tarif Rp 20 ribu untuk sekali jalan. Dalam sehari, dia mengaku membawa pulang uang Rp 100 ribu. Sebab, setiap hari Erna bisa mendapat lima konsumen.
"Uang Rp 20 ribu sekali jalan itu minimal. Sebab, ada saja pelanggan yang baik, dan ngasih Rp 30 ribu atau Rp 50 ribu sekali jalan," tuturnya.
Menurut Erna, dia dan rekan-rekannya di tempat itu tidak keÂnal dengan ABGyang mengaku diperkosa dua pria warga negara asing (WNA) berkulit gelap itu. Namun, ia membenarkan, joki
3 in 1, khususnya gadis-gadis berusia muda, kerap digoda para pemakai jasanya. Bahkan, tak jarang pelanggan meminta joki ABG menemani berkaraoke, atau sekadar makan bareng.
"Sering juga ada yang minta nomor telepon. Biasanya yang minta itu cowok yang nyopir sendirian. Tapi, tak pernah saya kasih. Kalau ada yang minta nomor telepon, saya selalu ngaku tak punya handphone. Soalnya, takut diculik," kata warga Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini.
Erna menambahkan, sudah lama beredar informasi, banyak joki ABG nakal yang memang bertujuan melacurkan diri. Namun, dia mengaku tidak keÂnal dengan cewek-cewek nakal itu. "Biasanya, yang nakal-nakal itu pakaiannya agak seksi. Pakai kaos dan celana panjang biasa seperti joki lainnya. Tapi, kelihaÂtan ketat gitu. Dandanannya juga menor," ucap gadis yang masih duduk di bangku SMK tersebut.
Erna memaparkan, inforÂmasi tentang adanya joki perempuan penjaja layanan plus plus itu, sudah beredar lama. Sepengetahuannya, tarif merekaberkisar antara Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta. Oleh sebab itu, dia tidak heran bila banyak pria hidung belang yang sengaja mencari gadis-gadis nakal itu.
"Pembicaraan soal layanan plus-plus itu, pas dalam perjalanan ke tujuan si pelanggan, dan jarang disampaikan langsung. Kata kawan saya, biasanya lewatcandaan, jadi seperti kode. Saya sendiri sering digodain. Mungkin dipikirnya saya jablay, padahal bukan," tuturnya.
Sementara itu, joki 3 in 1 lainnya, Nur (18) juga mengaku takut saat mendengar kabar joki diperkosa WNA. Pasalnya, dia mengaku kerap mendapat pelanggan WNA. Sebelumnya, dia sudah empat kali mendapat konsumen warga asing. Namun, bukan pria berkulit gelap seperti dilaporkan cewek yang mengaku diperkosa itu.
"Tapi, orang bule juga ada yang nakal. Matanya suka ke mana-mana. Untungnya, saya tidak pernah sampai diapa-apaÂin," kata Nur, warga Mampang Prapatan, Jakarta Selatan ini.
Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, kini Nur jadi berÂhati-hati. Dia hanya menerima tawaran dari pelanggan peremÂpuan. Atau setidak-tidaknya, ada perempuan di dalam mobil yang akan dia naiki.
"Kan sering suami-istri, atau orang kantoran laki-laki sama cewek. Saya pilih yang begitu saja. Bisa juga ngajak teman ibu-ibu yang sama-sama cari pelanggan di pinggir jalan, suÂpaya aman kalau ada apa-apa," kata Nur.
Sama seperti Erna, Nur mengaku sudah setahun belakangan menjadi joki 3 in 1. Dia merasa betah, karena uang yang didapat cukup menggiurkan. Dalam seÂhari, dia bisa membawa pulang uang antara Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu. Sebab, rata-rata setiap hari dirinya bisa mendapat 4-6 orang pelanggan.
"Tarif saya juga Rp 20 ribu sekali jalan. Saya kadang juga diberi uang lebih oleh pelanggan. Dari total yang didapat setiap hari, masih ada yang bisa ditabung," kata cewek yang tak punya pekerjaan lain ini.
Nur mengaku tidak takut menghadapi razia polisi, karena merasa sudah terbiasa. Bila ada razia, dia mencoba menghinÂdar dengan cara segera pindah dari tempat itu sealami mungÂkin, sehingga terlihat seperti masyarakat biasa. Atau bila tertangkap, biasanya dia mengaku sedang menunggu saudara.
"Pernah sekali kena razia, tapi setelah didata, dilepaskan lagi. Yang penting punya KTP. Kalau nggak punya, baru ditangkap," tandasnya.
Latar Belakang
Diperkosa Atau Suka Sama Suka?
Ada satu pekerjaan yang unik di Jakarta, yaitu joki
three in one (3 in 1). Pekerjaan ini tidak dapat ditemui di tempat lain di seluruh dunia. Soalnya, sampai saat ini, peraturan 3 in 1 ini hanya ada di Jakarta.
Peraturan yang diterbitkan pada 2003 tersebut, berlaku di sepanjang Jalan Sudirman, Jalan Thamrin dan sebagian Jalan Gatot Subroto. Peraturan
3 in 1 adalah keharusan bagi kendaraan pribadi beroda empat atau lebih untuk mengangkut minimal tiga orang (termasuk pengemudinya) pada waktu tertentu di jalurâ€"jalur protokol.
Sehingga, pekerjaan joki 3 in 1 hanya bisa dilakukan saat-saat tertentu. Pagi dari jam 7 sampai jam 10. Sore dari jam 4 sampai jam 7 malam. Itu pun Senin samÂpai Jumat saja. Berkat adanya peraturan ini, banyak orang yang memilih bekerja sebagai joki yang menawarkan jasa, agar kendaraan pribadi tidak ditilang saat melintasi jalur
3 in 1.Menjadi joki 3 in 1 bukanlah pekerjaan yang bebas risiko. Selain kerap ditertibkan Satpol PP, para joki
3 in 1 juga rawan menjadi korban kejahatan pengÂguna jasanya. Tak hanya itu, menjadi joki
3 in 1 (terutama yang wanita muda) juga rentan mendapat godaan dari konsumenÂnya. Godaan tersebut biasanya mengarah kepada tindak asusila.
Seperti terungkap pada kasus yang terjadi pada Senin lalu. Seorang joki
3 in 1 berinisial SM(18), dikabarkan menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan dua lelaki WNA berkulit hitam.
Kasubbag Humas Polres Jakarta Selatan AKP Purwanta menjelaskan, pemerkosaan yang dialami SM ini, diduga terjadi di basement Lippo Mall Kemang pada Senin malam, 21 Desember. Sekitar pukul 23.00 WIB. Korban yang merupakan joki
3 in 1, menumpang mobil dua pelaku dari kawasan Senayan City.
"Pelaku mengendarai mobil APV. Berdasarkan keterangan korban, kedua pelaku merupakan WNA," jelas Purwanta, Selasa (22/12).
Pelaku, lanjut Purwanta, tidak bisa berbahasa Indonesia, sehÂingga tidak banyak perbincangan antara SM dan pelaku. Namun, gelagat mencurigakan terjadi saat pelaku membawa SM berputar-putar. SM meminta turun, tetapi pelaku tidak memperbolehkan. SM malah dibawa ke basement mall di daerah Kemang.
"Korban sempat melawan, tetapi kedua pelaku memeganginya hingga akhirnya mereka bergantian memerkosa," urai Purwanta.
Menurut Purwanta, di baseÂment mal itulah korban diperÂkosa dua pelaku di dalam mobil. Usai memerkosa korban, kedua pelaku bergegas melarikan diri. "Korban melapor ke polisi yang tengah berpatroli di sekitar lokasi kejadian, Selanjutnya dibawa ke Polres Jakarta Selatan," ujarnya.
Namun, setelah orangtuanya melaporkan hal tersebut ke Polres Jakarta Selatan, terungkap bahwa peristiwa itu terjadi atas dasar suka sama suka. Akhirnya, kasus tersebut ditutup karena tak ada unsur pemerkosaan.
"Pengakuan korban, SM itu berubah. Bahwa kejadian terseÂbut adalah suka sama suka. SM mengaku mereka melakukannya sampai tiga kali dan akhirnya mengaku suka sama suka. Kasus pun dihentikan," jelas Purwanta, Rabu lalu. ***