UTPSTK Sunter, di Jalan Danau Sunter Barat, Sunter Agung, terlihat lengang. Tidak ada lagi antrean truk sampah mengular di gerbang pintu masuk, karena seÂjumlah masalah di TPST Bantar Gebang. Bahkan, tidak satu truk pun masuk mengirim sampah ke tempat itu, kemarin.
"Dari Sabtu tidak ada truk masuk. Biasanya, truk odong-odong saja yang kirim sampah," ujar Heri, satpam UTPSTK Sunter sembari bermain catur dengan rekannya di area pos jaga.
Disebut truk sampah odong-odong, karena truk sampah yang biasa masuk ke tempat pengolaÂhan sampah di Sunter itu adalah truk-truk rusak. Rata-rata truk itu sudah tua, atau produksi di bawah tahun 2005. Tidak hanya itu, bagian baknya pun sudah tambalan.
Agar sampah tidak tercecer saat perjalanan dari spot-spot peÂnampungan sampah di Jakarta, truk sampah odong-odong itu perlu menutup bagian atap bak dengan terpal. Karena faktor teknis itulah, mengapa sampah-sampah di Jakarta banyak yang tidak langsung dibawa ke Bantar Gebang.
Pekan lalu, terjadi penolakan warga terhadap truk-truk sampah dari Jakarta yang menuju Bantar Gebang. Sejumlah truk sampah terpaksa balik kanan dari akses menuju Bantar Gebang, tepatnya di Jalur Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Akibat penolakan itu, truk-truk tersebut membuang sampah di empat titik UTPSTK Jakarta. Yaitu, di Cakung-Cilincing, Sunter, Duri Kosambi-Cengkareng, dan Marunda. UTPSTK Sunter, sempat menjadi spot penamÂpung terbanyak. "Waktu ditolak Bantar Gebang, ada 200-an truk sampah ke sini. Sampai malam tidak putus," kata Heri.
Beruntung, aksi penolakan warga tidak berlangsung lama. Sejak Minggu (8/11), Bantar Gebang telah menerima sampah Jakarta lagi. Sementara warga Cileungsi yang menutup jalan terhadap truk-truk sampah, suÂdah membuka blokade sejak Sabtu (7/11).
Sedangkan UTPSTK Sunter sejak Sabtu lalu sepi pengiriman sampah. Normalnya, tempat itu menampung angkutan 100 truk sampah rusak setiap harinya. Pada Jumat (6/11) malam, dua gardu listrik di tempat itu rusak. "Gardu listrik meledak, alat pres sampah tak bisa dinyalakan," kata Heri.
Dikontak Rakyat Merdeka, Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Asep Kuswanto menÂgakui UTPSTK Sunter tidak digunakan sementara waktu karena kurangnya asupan listrik. Alhasil, tiga mesin pres sampah di tempat itu mati total. "Bukan alatnya yang rusak, tapi lisÂtriknya tidak ada. Jadi, tidak bisa pres sampah," kata Asep.
Diceritakan Asep, kasus berÂmula ketika gardu listrik untuk wilayah Kemayoran, terjadi korsleting dan meledak pada Jumat malam. Seluruh pemukiÂman di Kemayoran pun padam. Termasuk, asupan listrik di seÂbagian area UTPSTK Sunter.
Singkat cerita, petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) berupaya memperbaiki. Saat dihidupkan, ternyata satu gardu listrik khusus tiga alat pres di UTPSTK Sunter, ikutan meledak. Alhasil, UTPSTK Sunter tidak dapat mengolah sampah.
"Area Kemayoran tetap nyala, tapi gardu kita yang rusak. Sampai saat ini masih tunggu PLN memperbaikinya. Untung seluruh sampah kiriman Jumat sudah kita pres," ucap Asep.
Tata cara UTPSTK Sunter mengelola sampah adalah melakukan pressing terhadap ribuan ton sampah yang dikirimkan truk-truk sampah. Sampah-sampah itu, kemudian dimasukÂkan ke dalam mesin pres raksasa untuk dipadatkan. Setelah padat dan berbentuk mirip kapsul, sampah padat kemudian dikirimÂkan ke Bantar Gebang untuk dimusnahkan.
Asep pun melakukan pemantauan ke UTPSTK Sunter, keÂmarin. Diyakini, tiga alat pres sampah tidak rusak. Namun, hanya aliran listriknya yang tidak ada. "UTPSTK Sunter kita tutup dulu. Jadi, truk yang sudah datang kita minta kembali ke kecamatan masing-masing," terangnya.
Sistem kerja pengiriman sampah ibukota diawali dari pengambilan sampah on the spot di kediaman warga, kemuÂdian, ditampung ke seluruh area kecamatan di Jakarta. Setiap kecamatan, memiliki spot peÂnampungan sampah seperti bak sampah truk yang ditaruh di lahan-lahan kosong, atau di luar bangunan yang bisa keluar masuk truk sampah.
Meskipun diprediksi terjadi penumpukan sampah di tingkat kecamatan, Asep menyatakan bahwa penumpukan tidak akan lama. Pasalnya, ketika truk-truk odong-odong itu mengembaÂlikan sampah di tingkat keÂcamatan, langsung disambut truk yang relatif bagus untuk diangkut langsung ke Bantar Gebang.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, sekalipun UTPSTK Sunter dinÂyatakan tutup sejak Sabtu (7/11), tidak terlihat tulisan atau papan pemberitahuan kalau tempat itu tutup. Bahkan, pagar hijau setÂinggi 1,5 meter terbuka separuh. Sisa pagar terbuka, masih muat jika dilalui kendaraan jenis truk.
Di bibir gerbang, terlihat tiga buah truk sampah parkir. Bagian atapnya, tertutup terpal berwarna oren, khas Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Truk itu terlihat bukan jenis odong-odong atau rusak, benÂtuknya masih mulus, dengan cat yang masih mengkilap. Truk itu, akan digunakan untuk meÂnyambut sampah di penampunÂgan sampah tingkat kecamaÂtan. "Intinya, yang bolak-balik Sunter itu hanya truk rusak yang riskan membawa sampah ke Bekasi," tegas Asep.
UTPSTK Sunter dan tiga peÂnampungan lainnya segera berÂsolek. Tidak hanya melakukan pressing sampah menjadi padat, melainkan dapat melakukan pembakaran sampah dengan istilah intermediate treatment facilities (ITF). Saat ini, proyek itu masih tahap lelang. Dengan adanya ITF, dapat mengurangi jumlah sampah yang dikirimkan ke Bantar Gebang. ***