Memang tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, insiden ini patut mendapat perÂhatian agar peristiwa serupa tak terulang. Jika terulang, bukan tak mungkin, bakal menelan korban jiwa.
Yang pasti, belalai crane menimpa atap rumah berlantai dua milik bekas anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu. Dari depan rumah, tidak terlihat kerusakan hebat. Siku atap beton berukuran tiga meter, terlihat gompal.
Namun, gompalan beton jatuh ke bagian depan. Sebuah mobil Nissan Serena berwarna silver dengan nomor polisi B 1426 SRC yang parkir di halaman tertimpa beton dan puing. Kap mobil itu penyok.
Kerusakan cukup parah terjadi di atap belakang, ambrol menÂimpa dua ruangan, yakni sebuah kamar tidur dan ruang keluarga. Tapi, tidak ada orang bermalam di ruangan tersebut. Saat itu, keluarga Roni Lihawa berada di ruangan lainnya.
Di bagian dalam, material plafon seperti papan kayu dan genteng, berhamburan di kedua ruangan itu. "Di lantai dua, plafon jatuh. Di ruang keluarga dan di satu kamar. Anak yang punya rumah lagi tidur di kamar lainnya. Jadi tidak terluka," ucap Wakapolsek Kebayoran Baru Kompol Nurdin AR di lokasi kejadian.
Sekitar dua bulan ini, mobil crane yang roboh itu bekerja keras setiap malam tepat di depan rumah itu. Crane berwarna kuning pucat itu digunakan untuk mengangkat beton dalam pemÂbangunan jalan layang khusus Bus Transjakarta koridor XIII.
Di sekitar tempat kejadian, tiang-tiang penopang jalan layang sudah terbangun. Crane yang jatuh itu digunakan unÂtuk mengangkat bagian-bagian beton guna dirangkai menjadi tiang-tiang.
Pada Rabu malam (14/10), mobil crane berusia 15 tahun itu, rencananya dipindahkan dari koridor 13. Namun, saat mobil ingin dipindahkan, crane tergelincir dan miring sekitar 45 derajat, sehingga belalainya jatuh ke arah rumah Roni.
Saat pelaksanaan olah tempat kejadian perkara (TKP) kemarin, polisi menduga ada kesalahan manusia pada jatuhnya crane terseÂbut. Terutama, saat operator ingin memindahkan crane. Dugaan itu terlihat pada posisi crane yang belum disinkronkan dengan konÂdisi jalan yang tidak rata. "Jadi, jalannya agak miring, tambah di atas ada angin," kata Nurdin.
Atas musibah itu, operator mauÂpun kontraktor sudah dimintai keterangan oleh petugas kepolisian. Menurut Nurdin, pihak kontraktor dari PTPembangunan Perumahan (PP) sudah berkoordinasi dengan pemilik rumah. "Sekarang sedang penyelesaian antara pihak-pihak terkait," kata Nurdin.
Babe, penjaga parkir di toko waralaba di lokasi itu menceriÂtakan, proses negosiasi ganti rugi antara korban dengan pihak konÂtraktor berlangsung alot.
Usai polisi melakukan olah TKP, jalan tersebut kembali dibuka tepat jam tiga sore. Usai ditutup pascakejadian sekitar jam setengah dua dini hari. Tentunya, setelah mobil crane berhasil diÂevakuasi ke tepi badan jalan.
Proses evakuasi alat berat pengangkut beton itu berlangsung cukup lama. Perlu dua alat crane pembantu untuk mengangkat rangkaian belalai yang melinÂtang jalan dan menimpa rumah. Belalai tersebut dipotong hingga mudah diangkut menggunakan truk. Sementara, proyek pengerÂjaan jalan layang berhenti total.
Selama proses evakuasi, pihak kontraktor sempat menutup area kecelakaan dengan papan seng. Jalan pun ditutup. Alhasil, kemacetan parah tidak terhindarkan. Arus kendaraan dari arah Kyai Maja menuju Kebayoran Lama dialihkan dengan cara meÂmutari area Taman Puring menuju Jalan Gandaria III. Proses rekaÂyasa lalu lintas itu berlangsung sejak pagi hingga jam tiga sore.
Azan Ashar berkumandang, penanda shalat itu bertepatan dengan dibukanya garis polisi yang melintangi jalan Kyai Maja. Namun, garis polisi masih melilit alat crane yang kedua sisi bannya sudah menapak ke tanah pascamenimpa rumah warga.
Meskipun jalan sudah dibuÂka, kemacetan tetap terjadi. Pasalnya, jalan selebar lima meter itu hanya bisa digunakan separuhnya. Soalnya, alat crane hingga kemarin sore masih beÂrada di area tersebut. Tidak hanya itu, beberapa pekerja proyek masih sibuk melakukan pemotongan bagian-bagian belalai agar mudah dievakuasi dari jalan.
Pantuan
Rakyat Merdeka, ada empat buah crane yang parkir di spot proyek dekat tempat berbelanja, Taman Puring. Tiga di antaranya terlihat kokoh dan muda, dengan cat warna biru yang terlihat masih kinclong. Ketiga crane itu berdiri kokoh di tepi badan jalan, bahkan membantu proses evakuasi satu crane yang jatuh.
Sedangkan Crane kuning yang jatuh itu tampak sudah tua. Terlihat dari model lampu depan yang masih bulat. Catnya sudah kusam. Sedangkan tiga crane biru lampunya sudah berbentuk kotak. Warnanya pun masih kinclong.
Di tempat kejadian perkara, Kepala Bidang Simpang dan Jalan Tak Sebidang Bina Marga DKI Heru Suwono menyatakan, crane tersebut berusia 15 tahun dan masih layak digunakan. Bahkan, alat itu diangggap masih mampu mengangkat beban hingga 150 ton.
Kesimpulan sementara, crane tersebut jatuh karena faktor huÂman error. Saat itu, kata Heru, setelah pekerjaan selesai, crane akan digeser. Namun, pin lock tidak kencang, sehingga lepas dan crane roboh menimpa ruÂmah. "Struktur jalan di sini tidak berpengaruh," kata Heru.
Menurutnya, crane roboh saat pegawai selesai bekerja, kemuÂdian memasang segmental box gearder dan hendak memarkir mobil crane. Namun, gara-gara pin lock tidak kencang, crane miring dan jatuh.
Heru juga menyatakan, pihak Bina Marga DKI akan mengganti rugi sepenuhnya. "Kami akan bertanggung jawab atas kerugian yang ada," tutup Heru.
Panjang 9,8 KM, Anggaran Rp 2,3 T Jalan Layang Busway Ciledug-Tendean
Jatuhnya alat berat crane hingga menimpa sebuah rumah di kawasan Taman Puring, Jakarta Selatan merupakan bagian dari proyek jalan layang khusus Bus Transjakarta koridor 13 Ciledug-Tendean.
Saat peletakan batu pertama proyek ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyatakan, angka 13 bukan angka sial. Melainkan angka yang baik dalam menenÂtukan sebuah kebijakan.
"Apalagi ada 211 pilar yang akan dibangun kalau dijumlahÂkan secara bersamaan. Dengan ini, ground breaking jalan layang busway Ciledug-Blok M-Tendean dimulai," ujar Djarot saat peletakan batu pertama proyek itu di bawah fly over Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (10/3).
Tidak khawatir soal angka, Djarot takjub atas pembanguÂnan jalan layang itu. Pasalnya, menurut dia, jalan itu menÂjadi jalan layang terpanjang di Indonesia. Panjangnya, mencapai 9,8 kilometer.
Bekas Walikota Blitar itu menyatakan, pembangunan jalan layang tersebut merupakan sejarah yang diukir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Walaupun, harus mengorbankan kepentingan rakyat berupa kemacetan saat proses pembangunan.
"Jembatan layang ini paling panjang yang dilakukan Republik Indonesia, yaitu 9,8 kilometer. Karena kita jadi saksi dan pelaku sejarah," kata Djarot saat melakukan pidato di lokasi pengeboran tiang jalan layang busway Ciledug-Tendean.
Proyek yang dilakukan daÂlam delapan paket itu mengÂgunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI sebesar Rp 2,3 triliun, dalam delapan paket. Dia berÂharap agar setiap paket saling bekerjasama, sehingga pada September 2016 bisa rampung.
"Delapan kontraktor yang terpilih supaya bekerja seÂcara maksimal, profesional dan tunjukkan kepada rakyat Indonesia kalau kita mampu, dan tidak kalah dari kontraktor dari luar," katanya.
Jalan layang ini akan memiÂliki total panjang lintasan 9,8 kilometer yang terbentang dari Ciledug hingga Jalan Kapten Pierre Tendean. Lebarnya semÂbilan meter dan tinggi sekitar 12 hingga 20 meter.
Selain membangun jalur khusus Bus Transjakarta layang Ciledug-Tendean, Dinas Bina Marga juga merencanakan tiga jalur layang lainnya, yaitu Tendean-Kalimalang, Manggarai-Depok, dan Kampung Melayu-Pulogebang. ***