Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jenazah Anak Dalam Kardus Dipinggirkan Pengendara Motor

Hingga Ditemukan di Dekat Tulisan "Dilarang Buang Sampah"

Rabu, 07 Oktober 2015, 10:14 WIB
Jenazah Anak Dalam Kardus Dipinggirkan Pengendara Motor
ilustrasi/net
rmol news logo Beberapa pengendara sepeda motor terlihat mengambil jalur kiri, di dekat jembatan Jalan Sahabat, Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Mereka turun menuju ke jalan kecil, yang menghubungkan Kampung Belakang dengan Jalan Sahabat. Inilah lokasi ditemukannya jenazah seorang anak perempuan di dalam kardus.

Lebar jalan tersebut hanya 1 meter. Namun, beberapa meter dari turunan, masih tersisa lahan di kiri dan kanan jalanan. Tiga petak rumah kontrakan yang ditempati oleh warga RT 06 RW 05, berdiri di sebelah kiri jalan.

Kemudian di sebelah kanannya, berdiri lima rumah semi permanen yang terbuat dari rotan. Beberapa orang pemulung terlihat sedang memindahkan kardus-kardus bekas dari gerobak. Barang-barang bekas, terlihat bertumpuk di depan rumah-rumah tersebut.

Jarak 10 meter setelah turun dari Jalan Sahabat, gang terse­but menikung, lalu menyempit. Kanan dan kiri jalan dibatasi oleh tembok setinggi dua meter. Kecuali di bagian tengah gang. Di kanan dan kiri jalan pada bagian tersebut, terdapat lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga. Padahal, di kedua tembok dekat tempat tersebut sudah terpam­pang tulisan, "DILARANG BUANG SAMPAH" warna merah. "Warga awalnya meli­hat kardus yang ternyata berisi korban pembunuhan, di bawah tulisan itu," ujar Ketua RT 06/05 Kampung Belakang, Pendi kepa­da Rakyat Merdeka, kemarin.

Pria berusia 47 tahun itu me­nyatakan, para pengendara mo­tor mulai melihat ada kardus di tempat tersebut, sekitar jam 7 malam. Saat itu, kardus tersebut dalam posisi melintang ke jalanan. Karena menghalangi jalan, beber­apa pengendara motor dilapor­kan menendang-nendang kardus itu untuk meminggirkannya.

"Karena nendangnya sambil lewat, bergesernya jadi tidak be­raturan. Sampailah akhirnya kar­dus itu di posisi ketika ditemu­kan," ucap dia.

Menurut dia, ketika itu para pengendara yang melintas atau pun warga, tidak mengira isi kardus tersebut adalah bocah korban pembunuhan. Mereka saat itu hanya mengira, isi kardus tersebut adalah sebuah barang yang jatuh, dalam keadaan tidak disadari oleh pemiliknya.

"Itu ketahuannya juga karena ada beberapa remaja yang pena­saran. Mereka kemudian coba melihat isi kardus tersebut. Pas dibuka sedikit, ternyata muncul tangan. Mereka kemudian lang­sung melapor ke saya, dan saya melapor ke polisi," terangnya.

Sebelumnya, jasad seorang anak perempuan dalam kondisi tertelungkup ditemukan di dalam kardus, di Kampung Belakang, Jalan Sahabat, RT 06/05 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, pada Jumat sekitar pukul 22.30 WIB. Korban mengeluarkan darah pada bagian kemaluan dan mu­lut, serta tangan diikat lakban, tanpa mengenakan pakaian dan kardus diikat dari luar.

Hasil otopsi mengungkapkan, bocah berinisial PNF itu menga­lami kekerasan seksual dan fisik yang membuatnya meregang nyawa. Identitas gadis kecil ini baru terungkap usai keluarga mendatangi kamar jenazah RS Polri setelah mendengar pember­itaan mengenai penemuan mayat bocah perempuan di media elek­tronik pada Sabtu siang.

Pada minggu malam, polisi mengamankan seorang pemuda, warga Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Pemuda itu diamankan usai anjing pelacak menelusuri jejak pelaku dan mengarah ke sebuah rumah yang berjarak 50 meter dari lokasi ditemukannya mayat PNF. Kasak kusuk warga menyebut pemuda itu berinisial A(23), ia tinggal di salah satu bangunan petakan itu bersama seorang bapak yang tengah sakit, seorang ibu serta dua anak perempuan. Saat ini status Amasih sebagai saksi.

S, ayah dari saksi A, memban­tah anaknya telah diamankan. Menurut dia, putranya tersebut tidak pernah dibawa ke kantor polisi mana pun. Ahanya sem­pat dibawa ke tempat penemuan jenazah F, pada Minggu sore. Setelah dari tempat kejadian perkara (TKP), Alangsung kem­bali ke rumahnya itu. Bahkan Minggu jam 10 malam, dia sudah berangkat kerja lagi.

"Pas di TKP si Asempat nanya ke polisi, dia boleh kerja normal nggak? Kata polisi boleh. Ya su­dah anak saya kerja seperti biasa. jadi nggak betul itu kalau ada pemberitaan anak saya kabur," ucap S.

Dia menyatakan, Abekerja di sebuah perusahaan karton, yang terletak di Jalan Kosambi Center, Jakarta Barat. Pada minggu malam, polisi pun mendatangi tempat tersebut, untuk menemui A, sekaligus mengecek alibinya pada Jumat. "Satpam, mandor, dan teman-temannya di pabrik sudah ditanya semua oleh polisi. Absensinya juga sudah dicek ke­benarannya," cerita S.

"Kali Aja Pelakunya ke Sini Cuci Tangan Bekas Darah"

Pada minggu malam, polisi mengamankan seorang pemuda, warga Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Pemuda itu diamankan usai anjing pelacak menelusuri jejak pelaku dan mengarah ke sebuah rumah yang berjarak 50 meter dari lokasi ditemukannya mayat PNF. Pemuda itu berini­sial A(23).

Orangtua saksi A, S mengaku tidak mengerti, kenapa hal itu bisa terjadi. Dia mengatakan, sumur tersebut bisa dengan mudah diakses publik, sehingga siapa pun bisa menggunakan.

"Kali aja pelakunya ketika itu sengaja ke sini untuk cuci tangan bekas darah di tangannya. Di sekitar sumur itu kalau sudah malam gelap, karena tidak ada penerangan," tuturnya.

Sumur yang dimaksud terdapat di samping kediaman A. Sumur tersebut dikelilingi tembok setinggi 1,5 meter. Tidak ada lampu yang terpasang di dinding sumur. "Kalau malam penghuni kontrakan sini mau ambil air, ya harus bawa lilin sendiri," terang S.

Di lihat sekilas, posisi sumur tersebut agak terpencil. Jalan masuknya hanya melalui teras rumah Ayang memang berposisi di pojok, dan bagian belakang kontrakan. Teras rumah Ahanya berjarak 1 meter dari ruang tempat keluarga S menonton televisi. Bohlam 25 watt, tampak terpasang di atap.

Sementara bagian belakang rumah kontrakan, terdapat tem­bok setinggi dua meter. Tembok tersebut memanjang dari kedua ujung rumah kontrakan.

Dinding tersebut menjadi pembatas tiga petak kontrakan, dengan lapangan kosong yang ada di baliknya. Namun pada salah satu sisi tembok, terdapat semuah lubang berbentuk persegi panjang. Lobang tersebut berdiameter 1x1 meter. Orang dewasa bisa melewati tembok tersebut dengan cara merunduk sangat rendah. Itu ditunjukkan S yang melewati tembok tersebut.

"Tanah lapang yang ada di ba­lik tembok ini, terhubung dengan jalan di depan dan Kampung Belakang. Jadi, siapapun yang tahu ada lubang ini, bisa menggunakan sumur tersebut ketika malam hari," tandasnya.

Menduga Pembunuhnya Adalah Orang Dekat
Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengutuk pembunuh bocah berinisial PNF karena sangat sadis. Sebab, PNF ditemukan dalam kondisi terikat di dalam kardus yang dibuang di ping­gir jalan.

"Saya katakan, pembunuh­nya biadab, sangat biadab! Kasus ini harus diusut tuntas, segera," pinta Arist.

Arist menyayangkan ada kasus keji yang menimpa anak setelah kasus besar sebelum­nya, seperti yang menimpa Engeline di Denpasar, Bali. Bersama dengan polisi, Arist juga menggerakkan tim reaksi cepat perlindungan anak dari Komnas Perlindungan Anak untuk membantu mengusut kasus ini.

"Tadi tim reaksi cepat per­lindungan anak sudah mengun­jungi sekolah korban. Mereka mengumpulkan informasi se­banyak mungkin, bersama dengan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Barat. Untuk hasilnya, belum bisa dipublikasikan," ujar Arist.

Arist menduga, pembunuh bocah tersebut adalah orang dekat. Alasannya, ada dua. Pertama, kasus PNF memiliki kesa­maan dengan kasus Engeline di Denpasar, Bali. Kedua, kondisi rumah PNF berada di pemuki­man padat penduduk.

"Kalau bukan orang dekat, langsung dicurigai ketika membawa korban. Atau paling tidak, pelakunya adalah orang yang pernah berkomunikasi dengan korban," kata Arist.

Dia berharap, kasus pem­bunuhan sadis yang menimpa bocah sembilan tahun ini, men­jadi kasus terakhir yang men­impa anak. "Adanya peristiwa itu, menuntut orangtua perlu memberikan perhatian ekstra dan menunjukkan sikap ramah terhadap anak," ujarnya.

Arist menilai, orangtua juga harus mampu membuat anak merasa nyaman. Orangtua dapat membuat anak berinter­aksi dengan leluasa, sehingga anak tidak merasa canggung apabila menceritakan curahan hatinya kepada orangtua. Hal ini sangat berguna, jika anak mempunyai masalah. Anak akan menceritakan kepada orangtua dengan leluasa.

"Saat ini, orangtua juga seharusnya memberikan ek­stra perhatian. Bisa jadi, ada tanda-tanda yang dberikan, tetapi orangtua tidak mampu menangkap tanda tersebut. Makanya, orangtua harus men­ciptakan suasana rumah ber­sahabat agar anak bisa dengan leluasa menceritakan semua masalahnya," kata dia.

Arist pun meminta agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menanggapi serius kasus ini. Dia meminta agar Ahok meningkatkan kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat seperti orangtua, ulama, instansi terkait soal perlindungan hak anak. Sebab, menurut dia, Jakarta sudah menjadi daerah darurat kekerasan terhadap anak.

"Jakarta itu masuk peringkat pertama kasus kekerasan terh­adap anak. Ada tiga kasus dalam sebulan, bahkan di antaranya dilakukan aparat. Aparat yang semestinya menjadi pengayom masyarakat," tandasnya.

PNF ditemukan meninggal dalam kondisi terikat tali dan lakban serta mulutnya ter­sumpal kain. Penemuan PNF berawal dari kecurigaan warga yang melihat kardus berisi benda mencurigakan, Jumat (2/10/) malam.

Warga yakin, isi kardus tersebut adalah mayat setelah me­lihat ada jari tangan di sela-sela kardus tersebut. Polisi masih mendalami kasus ini dengan mengumpulkan sejumlah ket­erangan saksi dan alat bukti. Polisi juga belum menetapkan siapa tersangka pembunuh PNF. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA