Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

KPK Tempatkan 6 Orang Jaga Rumah Bambang

Anggota Polsek Sukmajaya Juga Rutin Memantau

Rabu, 28 Januari 2015, 10:23 WIB
KPK Tempatkan 6 Orang Jaga Rumah Bambang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
rmol news logo Rumah panggung beratap seng itu terlihat sudah termakan usia. Cat yang melapisi dinding kayunya luntur. Tak jelas lagi warnanya setelah sekian lama diterpa cuaca panas dan hujan. Kondisi bangunan tambahan yang menempel di samping rumah itu sama.

Mobil patroli milik Polsek Sukmajaya parkir di samping Masjid Jamil An’nur yang Di Jalan Kampung Lio, Kelurahan Cilodong, Depok, Jawa Barat. Mobil itu ditinggalkan. Tak jauh dari situ, dua polisi terlihat nongkrong di warung di depan masjid. Sambil ngobrol, kedua petugas berseragam itu mengamati ru­mah berwarna biru.

Rumah itu adalah kediaman keluarga Bambang Widjojanto, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rumah Bambang menghadap bagian belakang masjid. Biasanya bila ingin shalat berjamaah di masjid, Bambang dan keluarganya lewat jalan belakang.

Di belakang rumahnya adalah pagar besi hitam setinggi dua meter yang mengarah ke hala­man tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pagar itu hanya selebar ukuran mobil. Di seberang pagar itulah, dua polisi dari Polsek Sukmajaya dan petu­gas keamanan rumah Bambang, bercengkrama.

Selain kedua polisi dan sat­pam, tidak tampak petugas keamanan lain di sekitar rumah Bambang. Rumah tersebut malah terlihat sepi. Tiga obil terlihat parkir di depan rumah. Satu lagi di garasi.

Keramaian terlihat di bela­kang rumah. Beberapa ibu-ibu berkerudung meriung ngobrol. Beberapa anak kecil bermain riang. "Sedang ada arisan dan pengajian," ujar Budi Handoko, penjaga rumah Bambang.

Budi mengatakan, tidak ada penjagaan khusus di rumah ini pasca penangkapan Bambang. Ia mengungkapkan ada enam yang didatangkan dari KPK untuk menjaga rumah Bambang. Mereka berjaga bergiliran. Setiap kali berpasangan.

"(Shift) pertama dari pagi hingga jam 3 sore. Berikutnya jam 3 sore sampai jam 11 malam, dan terakhir jam 11 malam hing­ga 7 pagi," jelas BUdi.

Sebelumnya, Bambang tidak menggunakan jasa petugas keamanan untuk menjaga rumah­nya. Begitu juga ketika dia beraktivitas. Ia hanya didampingi sopir dan ajudan.

"Ini bukan pengamanan khusus lho. Ini cuma pengamanan biasa yang memang seharusnya ada. Jumlahnya juga kan tidak ban­yak," terang Budi.

Suparman, anggota Polsek Sukmajaya membantah diperin­tahkan untuk menjaga kediaman Bambang. Ia mengaku sedang berpatroli rutin dan ingin mam­pir sebentar. "Ini kami berhenti cuma sebentar kok. Nanti juga muter lagi," akunya.

Menurut Suparman, anggota Polsek rutin patroli di wilayah­nya selama 24 jam. Mulai dari pagi hingga sore kemudian dilanjutkan malam hingga pagi.

"Patroli untuk antisipasi keja­hatan. Supaya masyarakat merasa aman dari tindak kriminal," katanya.

Suparman mengaku ber­sama rekannya rutin keliling Kampung Lioâ€"dimana ru­mah Bambang beradaâ€"pada pagi hari. Menjelang tengah hari dia berhenti di dekat rumah Bambang. "Cuma mau man­tau kok. Tidak ada penugasan khusus dari Polsek," ujarnya.

Rutin patroli di sini, Suparman kenal dengan warga Kampung Lio. "Dari yang punya warung ini sampai yang biasa jadi imam (di masjid) saya kenal semua. Termasuk keluarga Pak Bambang. Jadi memang bukan dalam rangka kasus," kata Suparman.

"Ini Kenang-Kenangan Sebelum Pensiun …"

Rumah Adnan Dijaga 10 Orang

Pagar bercat hitam setinggi 2 meter di Jalan Duta, Gang Soleh, Kampung Sugutamu, Kelurahan Bakti Jaya, Sukmajaya, Depok tertutup rapat. Rumah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Adnan Pandu Praja itu sepi. Tidak terlihat ada aparat keamanan yang menjaga rumah pimpinan lembaga anti­rasuah tersebut.

Di balik pagar hanya terlihat dua orang aparat keamanan yang sedang duduk di bale kayu yang berada di dalam kebun yang menjadi halaman rumah itu. Pos jaga yang berada di sebe­lah kanan, tampak kosong.

Pintunya tertutup rapat, dan dikunci. Mereka terlihat santai. Kedua orang itu tidak meng­gunakan seragam, hanya kaos oblong, dan celana panjang hi­tam. "Yang lain sedang keluar untuk makan siang," ujar salah seorang petugas dari KPK yang enggan menyebutkan namanya itu kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menyatakan, saat ini ada 10 orang petugas keamanan yang menjaga rumah tersebut. Lima orang petugas, kata dia, berasal dari KPK. Sementara si­sanya berasal dari kepolisian.

"Sebetulnya ada juga dari TNI. Mereka tidak ada di sini. Mereka tugasnya menyebar. Jadi saya tidak bisa menjelas­kan lebih lanjut soal mereka di sini," kata dia.

Dia menjelaskan, ke 10 orang tersebut bertugas men­jaga rumah itu 24 jam nonstop. Mereka berjaga bergantian setiap 2 hari sekali. "Jadi tiap jaga itu 5 orang. Mereka berlima jaga dari pagi sampai pagi lagi. Setelah itu libur, dan digantikan oleh 5 orang lainnya," jelas dia.

Menurut dia, sebelumnya yang bertugas menjaga di rumah tersebut hanya 6 orang dari KPK. Sebelumnya yang digunakan adalah sistem shift. Mereka bekerja di bagi men­jadi 3 shift.

"Petugas keamanan baru ditambah pekan lalu, pasca di­tangkapnya Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Soalnya Bapak khawatir kasus yang sama terulang," tuturnya.

Adnan menuturkan, ada ke­luarganya yang mengingatkan agar berhati-hati. Namun, dia menjawab kekhawatiran dari pihaknya keluarga itu sambil berguyon.

"Rumah saya kan depan­nya masjid. Takut saya, takut diciduk (habis dari masjid). Lha kok saya jadi merasa be­gini sekali. Saya kan petinggi negara. Apa begini negara memperlakukan petingginya," kata dia.

Terkait penambahan pers­onel, Adnan membantah telah memperketat pengamanan di rumahnya. Menurut dia, sistem keamanan yang diterapkan ke­diamannya hanya pengamanan biasa. Hanya ada dua satpam pengawal dari KPK, dan se­jumlah penjaga rumah.

"Biasa saja. Enggak perlu, itu ada satpam dari KPK dua orang. Biasa sajalah, namanya manusia kalau nanti nasib saya harus meringkuk ya meringkuk saja, biasa saja," tegasnya.

Ketegangan antara KPK Vs Polri yang berlangsung sepekan terakhir, menurutnya, akan menjadi kenangan menjelang masa akhir tugasnya sebagai pimpinan KPK. Adnan mengaku selama ini tidak pernah menerima teror.

"Cuma kok pas mau pensiun jadi begini. Mungkin juga eng­gak seru kalau bertahun-tahun di KPK enggak pernah menga­lami yang begini. Yah jadi pu­kulan kecil, kenang-kenangan menjelang akhir (pensiun) lah," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA