Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Disimpan Di Sekolah Kosong, Engsel Gerbang Dibongkar

Kotak Suara Bekas Pemilu 2014 Raib

Rabu, 07 Januari 2015, 08:53 WIB
Disimpan Di Sekolah Kosong, Engsel Gerbang Dibongkar
ilustrasi
rmol news logo Gudang penyimpanan logistik KPU Jaksel dibobol maling. Kotak-kotak bekas Pemilu 2014 raib.

Dua plang nama kusam berdiri tegak di halaman sebuah gedung bertingkat dua. Salah satunya sudah tidak terbaca, karena tertutupi noda cokelat pekat. Sementara yang satunya bertuliskan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) XII Pengadegan. Sekolah yang terletak di Jalan Pengadegan Timur IV, Kalibata Jakarta Selatan ini sudah tidak digunakan sejak tahun 2003.

Murid di tempat itu berjumlah kurang dari 100 anak, sehingga terpaksa dilikuidasi. Murid-muridnya ditampung sekolah lain. Belum ada kejelasan akan dimanfaatkan untuk apa gedung sekolah yang berdiri sejak 1984 itu. Sekolah ini pun dipinjam Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta Selatan untuk menyimpan kotak suara yang telah dipakai pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 lalu.

Pintu gerbang sekolah tampak rapuh. Cat putihnya sudah terkelupas, dimakan usia. Warna coklat muda lebih mendominasi, daripada warna putihnya. Pintu gerbang itu diketahui tidak pernah diganti sejak sekolah ini resmi beroperasi 1986. Hanya engselnya yang tampak kokoh. Engsel berwarna kehitam-hitaman itu baru saja dilas untuk mempekokoh gerbang tersebut. Gerbang ini menjadi akses keluar-masuk satu-satunya sekolah ini.

Halaman sekolah sebagian besarnya masih  tanah. Air bekas hujan membuat halaman becek. Hanya halaman di bagian depan kelas, yang dilapisi konblok. Sudah tidak ada tiang bendera, di halaman yang sebelumnya dipakai untuk tempat upacara.

Warga memanfaatkan halaman kosong ini untuk tempat parkir kendaraan. Ada puluhan mobil yang parkir di halaman sekolah siang ini saat Rakyat Merdeka berkunjung. Sebagian terparkir tepat di depan kelas, sementara sisanya di halaman sekolah yang becek.

Gedung sekolah itu tampak kusam. Catnya yang berwarna coklat muda, sebagian besarnya sudah tertutupi cipratan tanah. Jendela dan kaca nako di sepanjang gedung, tertutupi debu. Begitu juga dengan pintu-pintu ruangan yang berada di gedung itu. Pintu yang seharusnya bercat putih itu, sudah berubah menjadi coklat tua karena debu. Lubang tampak di beberapa bagian pintu, yang terbuat dari kayu itu.

KPU Jaksel menyimpan kotak suara di lantai dua, dan gudang yang terletak tepat di belakang sekolah. Cuma ada satu tangga yang bisa digunakan untuk naik ke lantai dua. Tangga tersebut terletak di ujung koridor, lantai dasar gedung sekolah itu. Untuk mencapainya, tinggal berjalan lurus dari pintu gerbang menyusuri koridor yang membentuk huruf L”, dan melewati tiga ruang kelas. Total ada tujuh  ruangan di lantai itu. Empat  ruangan lainnya berada di koridor lain. Sebuah gerbang besi, menutupi tangga masuk tersebut.

Kotak suara milik KPU memenuhi koridor dan ruang kelas yang terletak sebelah kanan, lantai 2. Kotak suara berwarna silver dari bahan aluminium menutupi bagian depan empat ruang kelas yang ada di bagian itu. Semua kotak suara yang belum dilipat itu, di susun setinggi tiga meter. Nyaris tidak ada ruang yang dapat dilalui di koridor ini.

Begitu pula dengan bagian dalam kelas. Di ruangan yang gelap itu, kotak suara tampak menjulang hingga setinggi atap ruangan. Kotak suara yang hilang bukan yang di lantai 2 mas. Kotak suara yang hilang cuma yang di gudang belakang,” ujar seorang warga bernama Ngatimin kepada Rakyat Merdeka.

Dari luar, gudang itu tidak terlihat besar. Lebarnya hanya sekitar 3 meter persegi. Namun cukup panjang. Panjangnya melewati tiga  ruangan yang ada di lantai 1. Tidak ada jendela di gudang tersebut. Bagian jendelanya tertutup rapat  bambu. Di baliknya dilapisi seng.

Pintunya hanya terbuat dari seng, dan tidak tidak terlihat kokoh. Pintu itu hanya menggunakan sebuah gembok berukuran sedang, sebagai pengaman. Bagian pintu yang digembok pun terlihat sudah berwarna coklat kehitam-hitaman, akibar korosi. Namun tidak ada bekas buka paksa pada pintu itu.

Memang tidak dibuka paksa. Pelaku mengambil  kotak suara lewat jendela ruang Dinas Pertamanan, yang terhubung dengan gudang,” terang dia sembari menunjukkan sebuah ruangan yang terletak di tengah koidor lantai 1.

Dia mengatakan, sebelum menjalankan aksinya, pelaku mencongkel gerbang sekolah. Pelaku diketahui memanfaatkan engsel yang sudah rapuh, untuk dapat mencopot gerbang itu dari tempatnya. Caranya dengan mengangkat kedua gerbang tersebut secara bersamaan. Sebelumnya gerbang itu kan tidak dilas. Tidak ada besi penahan juga di engselnya. Jadi bisa diangkat, dan di copot. Dari sana lah mereka masuk,” kata dia.

Ngatimin menjelaskan, pelaku diketahui mencongkel jendela di ruang Dinas Pertamanan. Dari celah itu, pelaku mengambil kotak suara yang sebelumnya memenuhi seisi gudang. Pelaku melakukan aksinya pada tengah malam. Pencurian dilakukan secara bertahap selama sekitar satu minggu.

Mereka memindahkan semua kotak suara yang ada di gudang, ke mobil pick up yang diparkir tepat di depan ruang Dinas Pertamanan. Setelah dipindahkan, pelaku menutupinya dengan terpal, sehingga tidak ada yang sadar. Karena pencuriannya tengah malam dan kendaraan pelaku ada di depan ruangan, warga juga jadi tidak tahu,” jelas dia.

Menurut Pak Ngat, panggilan dia, hilangnya kotak suara baru disadari ketika ada warga melapor, karena melihat seorang memasang gerbang pada dini hari. Dia pun melaporkan kejanggalan tersebut kepada penjaga sekolah, dan penjaga gudang KPU. Setelah diperiksa, diketahui gudang nyaris kosong, karena banyak kotak suara yang hilang.

Setelah itu pihak KPU melaporkan kejadiannya ke Polres Jakarta Selatan. Polres juga sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan mewawancarai beberapa orang. Saya tidak tahu, bagaimana kelanjutan kasusnya. Kayaknya sih pelakunya belum tertangkap,” kata Ngatimin.

9 Ribu Kotak Suara Dicuri, Kerugian Rp 1,8 Miliar

Sebanyak 9 ribu kotak suara yang tersimpan di gudang Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Selatan (Jaksel) mendadak raib. Kasus tersebut pun dilaporkan ke polisi. Ditaksir negara rugi Rp 1,8 miliar. Kotak suara dalam keadaan masih bagus setelah digunakan untuk pemilihan presiden 9 Juli lalu. Bahkan rencananya akan dipakai  untuk pemilihan umum kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta 2017.

Ketua KPU Jaksel, Muhamad Ikbal ketika dikonfirmasi tidak menampik kabar tersebut. Dia juga kaget karena sebetulnya gudang yang terletak di Pegadegan, Kalibata itu selalu dijaga ketat selama 24 jam. Namun, ternyata gudang tetap bobol. ”Saya sudah melaporkan kejadian ini ke Polres Jaksel untuk diusut tuntas siapa malingnya,” ujarnya, Minggu kemarin (4/1).

Iqbal menyatakan, pihaknya belum mengetahui kemungkinan adanya oknum di KPU yang terlibat. Yang pasti Ikbal tidak mau dipersalahkan terkait dengan masalah itu. Dia mengatakan tidak penting mempersoalkan siapa yang patut bertanggung jawab. Yang terpenting adalah bagaimana mengungkap kasus tersebut dan mengetahui pelakunya. ’’‎Saya sudah laporkan ke Polres Jaksel. Saat ini tinggal menunggu hasil dari polisi,” sambung dia.

‎Berdasar sumber di internal KPU Jaksel, diketahui bahwa ada oknum yang diduga menjual alat kelengkapan pesta demokrasi itu ke pengepul barang bekas. ”Kotak tersebut sudah dilipat-lipat rapi dan malam mereka membawanya ke pengepul,” jelas sumber yang mewanti-wanti namanya tidak ditulis di media.

Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno menyatakan prihatin soal hilangnya kotak suara itu. Sebab, alat tersebut jelas masih bisa dipergunakan untuk Pilkada 2017 di DKI. ”Kan pembinaan pilkada pakai APBD. Kalau masih ada kotak itu, lumayan tidak beli lagi,” ungkapnya.

Sumarno mengatakan, kotak suara termasuk barang atau aset milik negara. Untuk menghapusnya dari daftar aset, tentu ada mekanisme dan aturannya. Menurut Sumarno, negara jelas merugi atas kejadian itu. Karena sudah tidak ada, pemerintah kembali mengalokasikan anggaran untuk pengadaan kotak suara saat mengadakan pemilu. ”Karena itu, saya sudah lapor ke polisi agar diusut. Sekarang bola berada di pihak kepolisian.‎ Siapa pun orangnya harus ditangkap,” tegas bekas aktivis HMI Cabang Jember, Jawa Timur, itu.

Sementara itu Kasubbag Humas Polres Jakses Kompol Aswin ketika dikonfirmasi wartawan menyatakan, belum mengetahui mengenai laporan hilangnya ribuan kotak suara tersebut.

Dipergoki Warga, Pelaku Diduga Oknum Pegawai
Bawa Mobil Pick Up Jam 3 Pagi

Aksi pencurian kotak suara Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta Selatan diketahui, setelah ada warga yang melapor. Harun, nama warga tersebut, mengaku melihat salah seorang pelaku sedang memasang gerbang SLTPN XII yang sebelumnya dicopot pada pukul 3 pagi.

Saya kenal orangnya. Makanya saya langsung tegur dia sendirian, nggak manggil warga lain,” ujar pemilik toko kelontong di depan SLTPN XII Pengadegan ini kepada Rakyat Merdeka.

Harun menuturkan, kejadiannya sekitar pertengahan November 2014. Saat itu dirinya dibangunkan istrinya pada pukul setengah 2 pagi. Ketika itu, kata dia, istrinya baru saja selesai shalat malam. Selesai shalat, istrinya  iseng melihat keluar dari jendela lantai 2 rumah mereka. Dari situ dia curiga, kok gerbang sekolah lepas. Dia bangunkan saya. Saya pun kemudian melihat dari jendela. Saya kaget, kok bisa copot,” tuturnya.

Tak berapa lama, Harun mengaku melihat sebuah mobil pick up yang bagian belakangnya ditutupi terpal, terlihat keluar dari gerbang sekolah. Kemudian, dua orang turun dari mobil tersebut. Mereka mengangkat gerbang itu, supaya bisa dipasang ke tempatnya semula. Karena lampu-lampu di sekolah nyala, saya pun mengenali salah satunya. Dia seorang staf yang sering menginap di sekolah. Saya pun memutuskan untuk turun dan menegur dia,” kata Harun yang tidak mau menyebutkan nama orang tersebut.

Saat itu Harun tidak mengira orang tersebut tengah mencuri kotak suara milik KPU. Namun dia curiga dengan alasan pelaku yang ingin menjemput orang tuanya pada pukul 3 pagi. Meski alasanya dinilai tidak masuk akal, Harun tak bertindak lebih jauh. Saat itu saya sebenarnya juga curiga karena keluar pukul 3 pagi, dengan cara mencopot pagar pula. Tapi saya nggak terpikir untuk memeriksa apa yang mereka bawa,” kata dia.

Harun kemudian mengadukan peristiwa itu sebagai tindakan berjaga-jaga. Sebab, kata dia, di daerah sekolah itu cukup rawan. Sebelumnya sudah ada warga yang kehilangan motor dan mobil yang terparkir di halaman sekolah.

 Bak mobil pick up-nya tertutup rata dari bagian depan hingga belakang. Tidak berbentuk seperti motor yang sedang diangkut. Tapi untuk jaga-jaga saya tetap laporkan. Setelah dicek, ternyata kotak suara yang hilang,” jelas dia.

Dia menambahkan, dua hari setelah kejadian, orang yang dicurigai sebagai pelaku itu menghilang. Dia dan warga, sama sekali tidak mengetahui kapan perginya, dan ke mana pindahnya. Dari situ kami makin curiga, dia pelakunya. Kalau tidak, untuk apa dia menghilang,” tukasnya.

Dia menyatakan, dirinya dan beberapa orang sudah diperiksa  Polres Jakarta Selatan pada November lalu. Ketika itu, dia sudah menjelaskan tentang orang yang diduga pelaku tersebut. Dia  heran, mengapa hingga kini warga  tidak mendapatkan informasi tentang ditangkapnya si pelaku.

Polisi sudah nanya, bagaimana ciri-cirinya. Saya jelaskan, tingginya sekitar 160, dia seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Pertamanan yang suka nginep di sekolah. Tapi nggak tahu deh sudah ditangkap atau belum. Soalnya sampai sekarang warga tidak ada yang dipanggil, untuk memastikan sosok pelakunya,” jelas dia.

Dia berharap, polisi bisa segera menangkap pelaku tersebut. Pasalnya, lanjut dia, warga agak khawatir dengan terjadinya tindak pencurian itu. Sebab warga jadi merasa tidak aman. Mohon kepada kepolisian, kalau memang sudah ditangkap, warga diinformasikan. Biar kami tenang,” pungkasnya.

Penjaga Sekolah Tak Tahu Kotak Suara KPU Dicuri
Pegang Kunci Gerbang

Penjaga SLTPN Pegadegan XII, Budi mengaku tidak mengetahui ketika terjadi pencurian kotak suara. Dia  tidak mendengar keributan apa-apa ketika kejadian. Yang saya tahu, seminggu sebelum mendapatkan laporan dari warga. Engsel pintu pagar saya lihat sering copot,” ujarnya ketika berbincang dengan Rakyat Merdeka.

Budi mengatakan, awalnya dia tidak curiga dengan copotnya engsel pintu tersebut. Dia hanya menganggap hal itu sebagai perbuatan orang iseng. Pasalnya meski engsel lepas, pagar tetap dalam kondisi terkunci. Rantai dan gembok yang saya pasang tidak rusak. Makanya saya pikir cuma orang iseng. Setelah ada laporan saya baru tahu,” kata dia.

Menurut dia, engsel tersebut terpaksa dilepas pelaku karena kunci gembok yang dipasang cukup kuat. Dia sengaja memperkuat kuncinya, sebab di area tersebut pernah terjadi  pencurian kendaraan. Tapi waktu itu saya belum kepikiran untuk mengelas engselnya. karena saya juga nggak mengira, akan ada yang sampai mencopot pagar. Setelah kejadian baru saya las,” tukasnya.

Budi mengaku tidak tahu persis, berapa banyak kotak suara yang hilang. Sebab dirinya bukan orang yang bertugas menjaga kotak suara tersebut. Di sekolah tersebut, kata dia, ada petugas KPU yang bertanggung jawab menjaga kotak suara. Namanya Pak Agus. Dia yang pegang kunci gudang tempat penyimpanan kotak suara yang sudah dilipat. Kalau saya hanya memegang kunci ruangan selain gudang itu. Kunci gerbang juga cuma saya yang pegang,” terangnya.

Dia tidak menampik, adanya orang dalam yang melakukan pencurian itu. Dia juga membenarkan, orang yang dicurigai sebagai pelaku kerap menginap di salah satu ruangan di sekolah. Kendati demikian, dia enggan menyebutkan siapa orang tersebut. Biar polisi lah yang memberi tahu. Pokoknya semua yang saya tahu, sudah saya katakan kepada polisi,” tegasnya.

Dia pun berharap, kasus pencurian ini bisa segera dituntaskan. Pasalnya, kata dia, warga sekitar sudah gelisah karena merasa wilayahnya menjadi tidak aman. Dia khawatir, warga akan bertindak main hakim sendiri apabila pelakunya tidak ditangkap.

 Saya takutnya kalau pelakunya tidak ditangkap, terus kembali ke sini, warga jadi marah. Bisa berbahaya kalau sudah begitu. Makanya saya harap pelakunya tertangkap,” pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA