Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Butuh 15 Orang Masukkan Mesin Penyemprot Ke Lift

Melihat Pembersihan Tugu Monas

Selasa, 06 Mei 2014, 09:51 WIB
Butuh 15 Orang Masukkan Mesin Penyemprot Ke Lift
ilustrasi,Tugu Monas
rmol news logo “Pelataran puncak dan pelataran cawan Monumen Nasional (Monas) ditutup untuk umum. Kunjungan hanya sampai dengan ruang kemerdekaan dan ruang museum sejarah.” Demikian bunyi fotokopi pengumuman yang tertempel di bagian loket, kemarin.

Para pengunjung, boleh masuk ke area Monas dengan membayar tiket dewasa Rp 5.000. Tiket naik ke puncak Monas sebesar Rp 10 ribu untuk sementara tidak dijual.

Bukan tanpa sebab beberapa area Monas ditutup selama 13 hari mulai kemarin sampai 18  Mei 2014 mendatang. Monumen yang dibangun tahun 1961 itu akan dicuci. Pembersihan ditangani perusahaan asal Jerman, Karcher.

Fransisca Natalia, Senior Manager Marketing and Business Development Karcher Indonesia terlihat sibuk di pelataran Monas. Wanita yang akrab disapa Sisca itu memantau persiapan pembersihan. Sebanyak tiga mesin Karcher Jet Cleaner siap dinaikkan ke puncak Monas.

Lima belas pekerja mendorong alat penyedot air tersebut yang dilengkapi roda ini. Mereka dihadapkan pada tantangan untuk menaikkan mesin itu dari pelataran Monas ke lift. Pelataran dipenuhi anak tangga.

Tak pendek akal, puluhan papan kayu disusun di atas undakan. Ini landasan untuk menaikkan mesin ke atas. Di bagian atas tangga, satu tim yang menarik mesin dengan tali tambang. Mesin-mesin penyemprot air bertekanan tinggi itu pun akhirnya bisa naik.

Menggunakan cara yang sama, satu per satu mesin dimasukkan ke lift. Dengan elevatorberukuran 1x1,5 meter itu, mesin pembersih alat dibawa ke puncak.

“Ada tiga buah mesin. Dua buah untuk membersihkan. Satunya untuk cadangan,” ujar Sisca kepada Rakyat Merdeka.

Tepat di pintu masuk lift, empat penjaga internal Monas berjaga-jaga.

Menggunakan handy-talky, mereka saling berkomunikasi mencegah pengunjung menaiki lift saat mesin hendak dibawa ke atas. Hanya petugas dari Karcher dan petugas Monas yang bisa naik. Semuanya mengenakan tanda pengenal yang dikalungkan di leher.

Sisca mengajak Rakyat Merdeka mengecek persiapan membersihkan Monas yang terakhir dicuci tahun 1992 atau 22 tahun silam. Memasuki lift, seorang petugas Monas berjaga-jaga. Tombol lantai 3  dipencet. Tidak sampai satu menit, lift sudah mengantarkan ke puncak.

Di puncak, suasananya tidak ramai. Hanya ada tiga petugas dari Karcher mengecek keberadaan alat-alat yang akan dipergunakan. Berbagai perlengkapan pembersihan sudah disiapkan. Juga tiga toren oranye berkapasitas masing-masing 1.000 liter.

Perabotan mencuci itu dibiarkan menggeletak di puncak Monas. Rencananya, pembersihan baru dilakukan pada pada 8 Mei. Di mulai dari puncak lalu ke bawah.  “Seperti spiderman, nanti ada dua orang yang melakukan pencucian dari sini (puncak) ke bawah. Tentu dengan peralatan climbing (memanjat) menggunakan selang dan menyemprot,” terang wanita bertopi cokelat itu.

Siapa orang yang akan bergelantungan membersihkan dari puncak ke bawah? Sisca menyebut nama Thorsten Moewes. ”Yang bergelantungan sudah profesional. Tugasnya, memang membersihkan bangunan tinggi. Patung Yesus di Brazil juga pernah dibersihkan,” katanya. Pemanjat akan didampingi tenaga teknisi Karcher, Adiarta Raharja.

Secara teknis, lanjut Sisca, air bersih akan disedot ke puncak Monas. Di bawah sudah disiapkan tower air biru biru dengan kapasitas 11 ribu liter. Truk tangki milik PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja)  ditempatkan di dekat tower untuk menyuplai air jika isi tower berkurang.

Air di tower akan disedot ke atas menggunakan dua mesin penyedot. Setiap mesin bisa menyedot air dengan kapasitas 900 liter per jam. Air mengalir lewat selang yang dipasang mengitari tangga darurat dari bawah hingga puncak Monas yang memiliki ketinggian 115 meter. Setelah itu, air ditampung di tiga toren. Proses pengisian air memakan waktu lebih dari tiga jam.

Dari toren, air disalurkan ke mesin Karcher Jet Cleaner. Di mesin ini, air yang akan disemprotkan untuk membersihkan Monas, dipanaskan hingga suhu 100 derajat. Tak ada bahan kimia yang dipakai sehingga tidak merusak material Monas. “Minyak-minyak aja dijamin lumer,” jelas Sisca. Monas pun bisa kembali kinclong, harapnya.

Berapa biaya yang perlu dikeluarkan Pemprov DKI untuk membersihkan Monas? Sisca menyebutkan biaya pembersihan ini gratis. Pencucian land mark ibukota ini merupakan corporate social responsibility (CSR) perusahaannya. Pengelola Monas hanya diminta menyediakan air dan listrik.

Tidak semua bagian Monas akan dibersihkan dengan cara bergelantungan. Di badan Monas yang tidak terlalu tinggi cukup disemprot dari bawah. Scaffolding akan dirangkai bertingkat sehingga bisa menjadi tempat berpijak pekerja. Pembersihan juga menggunakan mesin semprot yang sama.

Setelah memeriksa mesin dan perlengkapan pembersihan di puncak Monas, Sisca meluncur ke bawah. Menghampiri puluhan petugas Karcher yang siap membersihkan Monas hingga tanggal 15 Mei. Di bawah Monas, alat-alat seperti pompa air, selang, dan tas carrier untuk yang membersihkan dari atas Monas sudah disiapkan.

Pemantauan Rakyat Merdeka, meski puncak Monas ditutup, pengunjung tetap ramai. Hingga Azan Ashar berkumandang, puluhan orang terlihat asyik berwisata di pelataran Monas. Ruangan Museum yang menampilkan diorama-diorama perjuangan bangsa Indonesia juga dipenuhi pengunjung.

 Ari, warga Tangerang yang sedang berkunjung ke Monas bersama kekasihnya terlihat bersantai di area dalam Monas. Meski sedikit kecewa karena tidak dapat naik ke puncak Monas, dia tetap senang datang ke sini.

“Saya nggak tahu kalau sekarang mau dibersihin. Tapi nggak apa-apa (tidak ke puncak), dari sini juga cukup. Bagus dibersihin, biar cling,” katanya.

Sementara, Kepala Unit Pengelola Monas, Rini Hariyani mengatakan, Monas tetap buka bagi wisatawan selama proses pembersihan. Namun, hanya sampai di museum dan ruang kemerdekaan.

“Kalau ditutup kunjungan tidak, warga masih bisa berkunjung ke museum atau ruang kemerdekaan. Bukanya tetap dari jam 10 pagi sampai 3 sore,” ujar Rini, kemarin.

Ia menambahkan, pembersihan Monas masih tahap persiapan peralatan. Sejumlah alat yang akandiperlukan sudah didatangkan.

Emas Di Puncak Dilarang Disentuh

Ditambah 15 Kilogram Pada 1995

Sejak dibangun tahun 1961 tugu Monumen Nasional (Monas)  baru sekali dibersihkan yakni pada 1992. Lama tak dibersihkan, kotoran dan lumut tumpuh di dinding landmark Jakarta itu.

Humas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monas, Muhazir mengungkapkan kondisi badan tugu Monas saat ini sangat kotor. Selain tidak pernah dicuci selama 22 tahun, polusi udara dan cuaca berubah-ubah menyebabkan tugu ini tak lagi kinclong. “Monas sudah berjamur hitam,” ujar Muhazir kepada Rakyat Merdeka saat memantau persiapan pembersihan Monas, kemarin.

Dijelaskan Muhazir, pihaknya tidak terlalu dibuat sibuk dengan adanya pembersihan ini. Pasalnya, seluruh alat maupun tenaga pembersih disediakan PT Karcher. UPT Monas, lanjutnya, hanya membersihkanbagian lantai bawah dan penyediaan air maupun listrik.

Meski diberi kesempatan mencuci monumen kebanggaan bangsa Indonesia, ternyata PT Karcher hanya boleh membersihkan badan Monas saja. Sedangkan, ujung tertinggi Monas yang dilapisi emas 24 karat, tidak boleh disentuh.

Saat dicuci 22 tahun silam oleh perusahaan yang sama, juga tidak sampai menyentuh lapisan emas itu. Puncak tugu Monas tetap berkilau karena pada 1995 kembali dilapis emas sumbangan tujuh pengusaha.

”“Awalnya emas di atas ada 35 kilogram yang menyelimuti 77 jilatan api. Sekarang jadi 50 kilogram, nambah 15 kilogram dari tujuh pengusaha Indonesia yang dirahasiakan namanya,” katanya.

Hingga tanggal 15 Mei 2014, area pelataran dan puncak Monas ditutup. Hal itu dilakukan mempermudah pembersihan. Juga untuk melindungi pengunjung.

Sejak pelataran dan area puncak Monas ditutup, Muhazir mengatakan pihaknya mendapat protes dari beberapa pengunjung yang datang dari luar kota Jakarta. Setelah diberi penjelasan sedang ada pembersihan, mereka bisa mengerti.

“Dari luar kota ada aja yang complain, dia kan dari jauh baru pertama kali ke Monas, ya kecewa nggakbisa naik,” katanya sembari mengatakan sudah melakukan sosialisasi mengenai pembersihan ini. “Mungkin mereka belum tau informasi,” tambahnya.

Sejak bulan lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama telah mengungkapkan rencana untuk membersihkan Monas. Pembersihan akan ditangani Karcher, perusahaan dari Jerman.

“Ini sudah 22 tahun tidak dibersihkan. Kita ingin promosi Monas dan Kaercher ingin promosi produk,” ujar Ahok, saat acara penandatanganan peresmian kegiatan “Karcher Cleans Monas”, di Balaikota, Rabu (2/4).

Ahok melanjutkan, memang sudah lama Pemprov DKI Jakarta ingin membersihkan Tugu Monas. Namun selama ini belum mendapat rekan yang tepat.

“Mereka (Karcher) ini mau promosi produk, kita juga pengen promosi Monas. Nah yang bisa memanjat (Monas) sebenarnya banyak, tapi yang bisa membersihkan itu tidak banyak. Kita juga memperhatikan pengalaman mereka sudah pernah bersihkan di mana saja,” jelasnya.

Menurutnya, Monas adalah lambang kebanggaan bangsa Indonesia yang harus diperlakukan khusus.

“Kami tidak mau menguji coba pembersihan Monas kepada perusahaan yang tidak memiliki pengalaman karena Monas itu milik nasional. Makanya pembersihan Monas tidak bisa dilakukan dengan sembarangan,” pungkasnya.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA