“Dua bulan yang lalu saya mengajukan suratnya kepada Presiden. Belum lama ini sudah disetujui Kementerian Luar Negeri,†kata peserta konvensi capres Partai Demokrat, Dino Patti Djalal, kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut Dino, akhir Desember 2013 proses ini diperkirakan rampung, sehingga dirinya bisa konsentrasi menghadapi konvensi capres Partai Demokrat.
“Saya kan harus mempersiapkan berbagai hal, seperti anak-anak yang sekolah, pekerjaan yang masih belum selesai, dan lain-lain,†ucapnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Masa tugas Anda sampai 2014, kenapa mundur?Keputusan saya sudah bulat ikut konvensi capres Partai Demokrat. Maka konsekuensinya harus mundur.
Kenapa nggak maju dalam Pilpres 2019 saja?Bisa saja memang. Tapi menurut saya, sekarang adalah masa penting. Sebab, 2014 itu Indonesia harus menghadapi regenerasi politik. Saya merasa terpanggil oleh sejarah.
Saya sudah mengabdi 27 tahun sebagai PNS dan sudah saatnya terjun langsung.
Saat ini citra Partai Demokrat sedang terpuruk, Anda tidak khawatir?Saya tahu. Tapi yang saya lihat itu kan konvensinya, yang menurut saya kredibel.
Semua yang ikut tokoh-tokoh yang bagus. Semua punya peluang yang sama dan nggak ada yang dianakemaskan. Saya yakin konvensi ini bisa menelurkan pemimpin berkualitas. Makanya saya maju terus.
Bukankah pamor konvensi juga sedang redup, apa Anda tidak menyesal mundur sebagai Dubes AS?Tidak. Keputusan saya kan sudah bulat. Terkait popularitas konvensi, saya rasa tidak ada masalah. Kan tidak mungkin konvensi selalu berada dalam sorotan media dan masyarakat. Konvensi ini kan jangka waktunya lumayan panjang, sampai April 2014.
Yang penting masyarakat tahu bahwa proses konvensi terus berlanjut.
Apa konvensi redup karena para kandidat mau tiket capresnya saja, tapi kurang mempromosikan Demokrat?Bisa jadi. Memang daya tarik konvensi ini tergantung kepada ide, gagasan, dan kualitas yang ditunjukkan oleh para capresnya. Kalau pesertanya sudah berbobot, otomatis masyarakat akan tertarik.
Tapi perlu saya tegaskan, sangat wajar kalau saat ini konvensi kurang mendapat perhatian. Kan tidak bisa terus ada di
spotlight. Sebentar lagi juga jadi menarik kok.
Mulai Januari kan para peserta akan mulai naik ke gigi 2, 3 dan seterusnya.
Oh ya, bagaimana perkembangan isu penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat?Masih diproses. Kan kemarin Kemlu sudah mengajukan protes. Kami tinggal menunggu jawaban mereka.
Pantas nggak sih AS melakukan penyadapan seperti itu?Sebagai birokrat saya katakan, kita memang harus berpikir bahwa kita akan disadap oleh berbagai negara. Memang dunia seperti itu. Praktek penyadapan oleh intelijen terus berlangsung.
Hanya saja kepada negara sahabat, seharusnya ada etika. Kalau mengundang ke sebuah acara, janganlah kita disadap.
Apa yang harus dilakukan Indonesia kepada Amerika?Menunggu dulu penjelasan dari mereka. Langkah Kementerian Luar Negeri yang langsung mengadakan protes sudah tepat.
Mereka langsung berjanji akan menjelaskan. Sekarang kita tunggu saja bagaimana hasilnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: