Ribuan Tenaga Ahli DPR Gagal Dongkrak Citra Wakil Rakyat

Senin, 18 Maret 2013, 09:01 WIB
Ribuan Tenaga Ahli DPR Gagal Dongkrak Citra Wakil Rakyat
ilustrasi, gedung dpr
rmol news logo .Kualitas tenaga ahli DPR yang buruk ternyata juga menyokong rontoknya kinerja wakil rakyat periode 2009-2014. Diperlukan seleksi yang ketat agar para poltisi tersebut tidak menggandeng keluarganya atau kroninya sebagai tenaga ahli di Parlemen.

Pengamat politik Lembaga Il­mu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, keberadaan te­naga ahli belum membawa dam­pak positif bagi kinerja par­lemen. Kata dia, ribuan tenaga ah­li yang bekerja di Senayan kua­litasnya masih di bawah standar.

“Kinerja dewan karena kualitas tenaga ahli juga masih kurang,” katanya, kemarin.

Zuhro mensinyalir, kurang efek­­tifnya kinerja tenaga ahli da­lam menunjang kinerja DPR di­sebabkan kesalahan dalam pro­ses rekrutmen. Selama ini rekrut­men tenaga ahli tidak indepen­den, karena melibatkan campur ta­ngan anggota. “Akibatnya kua­litas mere­ka tidak sesuai, karena re­krut­nya juga tidak menegakan stan­darisasi,” ujarnya.

Ke depan, Zuhro me­nyaran­kan, rekrutmen tenaga ahli tidak lagi dilakukan oleh pihak sekre­tariat dan anggota dewan. Se­baik­nya, usul dia, rekrutmen dilaku­kan pihak ketiga dengan melibat­kan kampus. “Pihak ke­tiga saja yang melakukan seleksi. Agar kualitas tenaga ahli benar-benar sesuai standar,” sarannya.

Ketua DPR Marzuki Alie me­ngakui, selama ini banyak tenaga ahli anggota DPR yang tidak be­kerja optimal. Bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali tetapi tetap mendapat gaji setiap bulan. Mereka umumnya adalah “orang-orang dekat” anggota DPR yang bersangkutan.

Untuk itu, ke depan dia memasti­kan, anggota DPR tidak bisa lagi se­enaknya merekrut anggota ke­luarganya atau tim suksesnya men­jadi tenaga ahli. Nan­tinya pere­krutan tenaga ahli akan di­la­kukan secara terpusat dan di­lakukan oleh lembaga inde­pen­den.

“Sekarang ini anggota DPR ada yang mengambil adiknya, ka­kek, nenek, keluarganya. Kami su­­dah putuskan ke depan harus me­lalui assesment lembaga  in­de­penden,” janji Marzuki.

Dijelaskannya, kualifikasi pen­didikan calon tenaga ahli, tam­bahnya, juga harus jelas. Misal­nya harus minimal berpendidikan strata dua alias magister. Syarat pendidikan penting karena tugas se­orang tenaga ahli tidaklah ri­ngan dalam rangka membantu tu­gas anggota DPR.

Marzuki mengatakan jumlah tenaga ahli saat ini masih kurang. Setiap anggota DPR baru me­miliki dua tenaga ahli. Jumlah itu jauh dari ideal jika melihat mitra kerja setiap komisi yang men­capai 14 kementerian/lembaga. Ma­kanya, lanjut Marzuki, ke de­pan DPR merancang agar jumlah tenaga ahli ditambah menjadi lima orang.

“Sebagai referensinya, tenaga ahli parlemen  di Amerika 10-15 orang, se­natnya 25 orang, Hillary Clin­ton 40 orang, 15 dibayar sendiri. Fili­pina malah 10 orang,” urai­nya.

Anggota Komisi II DPR Fraksi Hanura Miryam S Haryani setuju jika rekrutmen tenaga ahli di diperketat. Dia mengakui, kurang optimalnya kinerja DPR dalam bidang legislasi, budjeting dan pengawasan karena kurang­nya kualitas tenaga ahli.
“Saya akui tenaga ahli yang ada seringkali tidak berfungsi mak­simal, tapi tidak semua tena­ga ahli seperti itu,” kilahnya.

Ke depan, menurut dia, kriteria tenaga ahli harus sesuai dengan tu­gas dan kewajiban. Pendidikan ba­gi tenaga ahli minimal strata dua dan punya pengalaman kerja. “Se­leksi harus ketat deh, jangan asal comot. Sebab TA itu bukan peleng­kap saja. Mereka bagian penting da­lam proses legislasi,” ujarnya.

Miryam berharap, pimpinan DPR mengeluarkan kebijakan ekstrim untuk merombak seluruh tenaga ahli.  Kata dia, tenaga ahli tidak boleh lagi bertugas seperti asisten pribadi, yang hanya men­catat dan mendengar. Tetapi harus punya keahlian di bidang legis­lasi, bujeting, dan mampu mem­berikan saran terkait fungsi penga­wasan DPR.
“Selain itu, cakap dalam meng­kritisi kebijakan-kebijakan yang dijalankan mitra kerja. Pekerjaan ini penting karena tugas DPR mengawasi mitra kerja,” pung­kasnya.

Andi Harianto Sinulingga, Perketat Seleksi Karena Anggota DPR Berkualitas Justru Tidak Menonjol


Ketua Bappilu DPP Partai Gol­kar Andi Harianto Sinulingga mengakui, fasilitas untuk mendo­rong produktifitas anggota DPR masih kurang. Menurut dia, te­naga ahli yang hanya dua orang masih belum mencukupi. Sebab, mitra di setiap komisi saja lebih dari lima.

Namu, Andi melihat, saat ini ma­­syarakat banyak yang kebe­ratan jika DPR meminta tamba­han tenaga ahli ataupun fasilitas lain untuk mendorong kinerja. Keberatan masyarakat itu wajar, karena mereka kecewa dengan kinerja wakil rakyat. Akibatnya, masyarakat cenderung resis­ten menyikapi setiap keinginan ang­gota DPR.

“Jika ingin apreasiasi yang bagus, DPR harus mengerti keinginan masya­rakat. DPR harus berjuang keras meraih simpati publik lewat pe­ningkatan kinerja dan kredibi­litas. Niscaya, jika publik simpati ke­inginan DPR soal fasilitas pe­nunjang apapun akan didukung rakyat,” ujarnya, kemarin.

Andi bilang, memperbaiki ki­nerja DPR tidak bisa hanya de­ngan memperbaiki kinerja tena­ga ahli, tetapi juga harus mem­benahi kinerja anggota dewan itu sen­diri.

Sebenarnya, kata dia, banyak anggota DPR yang baik, punya in­tegritas dan kualitas in­te­lektual, hanya saja hal itu ti­dak menonjol bila diban­dingkan dengan mere­ka-mereka yang menggunakan ja­batan untuk me­ningkatkan status sosial dan memperkaya diri semata.

Andi berharap, ke depan partai politik lebih selektif dalam me­nen­tukan nama calon anggota le­gislatif yang akan ditampilkan pa­da Pemilu 2014. Kata dia, na­ma baik calon, integritas, kualitas in­telektual dan pribadi yang sung­guh-sungguh ingin bekerja un­tuk rakyat harus dijadikan pa­rameter dalam merekrut caleg DPR ke depan. “Kalau tidak, kinerja DPR  dan keberadaan partai samakin tidak bermakna di dalam masya­rakat,” pungkasnya.

Sebastian Salang, Rekrutmen Tenaga Ahli DPR Kerap Berbau Nepotisme

Ketua Forum Masyarakat Pe­man­tau Parlemen Indonesia (Formappi) ini menilai, rekrut­men Tenaga Ahli (TA) oleh ang­gota DPR belum profesio­nal. Re­krutmen TA kerap su­bjektif dan berbau nepotisme.
“TA banyak yang jarang ma­suk, ada juga yang cuma dipe­ker­jakan karena hubungan ke­ke­rabatan. Model begini harus dihilangkan.  Rekrutmen TA ha­rus sesuai kapasitas dan kom­pe­tensi,” katanya, kemarin.

Seharusnya, kata dia, ang­gota DPR memiliki TA yang mumpuni. Sebab, mitra kerja DPR yang berasal dari ekse­ku­tif dan yudikatif memiliki staf dan tenaga ahli yang juga ka­pabel. Sulit ba­gi DPR meng­im­bangi mitra ker­ja, jika tidak dito­pang ban­tuan TA.

Salang melihat, peranan TA menunjang kinerja anggota par­lemen begitu strategis. Di nega­ra maju, anggota parlemen difa­si­litasi untuk mendapatkan TA berkualitas guna menopang ki­nerja. “Sayangnya di negara kita anggota DPR hanya boleh me­miliki 2 orang staff ahli, re­krut­nya pun tidak jelas,” katanya.

Dia menilai, jumlah anggota DPR yang mencapai 560, dan jum­lah tenaga ahli sebanyak 1120 orang masih kurang. Jum­lah tersebut perlu ditambah. Ideal­nya, kata dia, TA anggota DPR berjumlah lima orang, dan diseusikan kompetensinya se­suai dengan mitra kerja. “Semestinya jatah staf ahli tiap anggota DPR disesuaikan dengan beban kerja,” sarannya.

Terkait persoalan anggaran, Sa­­lang berharap, eksekutif bisa membantu DPR untuk meng­alo­kasikan anggaran lewat APBN. Namun, dia mengingatkan, jum­lah anggaran APBN untuk TA ja­ngan sampai membebani keu­angan negara. “Boleh ditambah asal tepat sasaran dan tidak me­wah-mewahan,” cetusnya.

Saleh Husin, Percuma Minta Bagus Kalau Gaji Bulanannya Kecil

Sekretaris Fraksi Partai Ha­nura DPR ini melihat, ren­dah­­nya rumenerasi atau gaji se­bagai faktor penyebab tidak maksimalnya kinerja Tenaga Ahli di parlemen.

Selain itu, lanjut dia, sedi­kit­nya jatah alokasi tenaga ahli un­tuk masing-masing anggota tu­rut memicu tidak maksi­mal­nya ki­nerja TA. “Dua tenaga ahli ter­lalu diporsir tenaganya. Ba­gai­mana mana mungkin dua tenaga ahli sanggup menguasai berba­gai persoalan secara men­dalam, sementara jumlah mitra kerja masing-masing komisi saja lebih dari lima,” keluhnya, kemarin.

 Menurut dia, sekretariat dan ang­gota DPR akan tetap kesu­litan mendapatkan tenaga ahli berkualitas sepanjang anggaran un­tuk gaji tenaga ahli minim. Hanya dengan pemberian gaji memadai, kaum profesional yang memiliki kompetensi ter­tarik mengabdikan dirinya se­bagai tenaga ahli di DPR.

“Sepanjang gaji seadanya, yah yang mau menjadi tenaga ah­li juga kualitasnya secukup­nya. Saya pernah meminta TA yang berkualitas dan punya na­ma, namun gaji yang dia minta 4 kali lipat dari gaji yang dise­diakan saat ini. Inilah persoalan yang harus kita cari solusinya bersama,” pungkasnya.

Enny Sri Hartati, Jika Diloloskan Mencapai Rp 28 Miliar Per Bulan

Direktur Eksekutif Indone­sian Development of Econo­mics and Finance Indef ini me­nilai, buruknya kualitas tenaga ahli DPR karena kebanyakan dari mereka berasal dari partai politik. 

Sepengetahuan Enny, sete­ngah lebih tenaga ahli (TA) yang bekerja di DPR bukan profesional, me­lain­kan kader partai politik. Bahkan sejumlah TA yang ada di DPR merupakan anggota ke­luarga sendiri.

Kata dia, seharusnya TA ja­ngan berasal dari partai politik dan kerabat dekat. Karena hal itu bisa menganggu profesio­na­lisme TA dalam bekerja. “Gi­ma­­na mau kerja maksimal ka­lau itu saudaranya. TA jangan asal comot,” sindirnya

Menurut dia, anggaran nega­ra yang disediakan negara un­tuk TA sudah cukup besar. Tapi, ki­nerja TA untuk menopang ang­gota DPR masih minim.  Hi­­tung-hitungan, dia, secara eko­­no­mis jika anggota me­miliki 5 staf ahli, maka terdapat 2.800 staf ahli ditambah 560 sekretaris pribadi. Andai, setiap TA men­dapatkan honor Rp 10 juta setiap bulan, maka diper­lu­kan dana Rp 28 miliar setiap bu­lannya. “Ini sudah terlalu besar dan pembo­rosan,” katanya.

Enny berharap, tugas pokok dan fungsi TA harus segera di­per­baiki. Aturan mengenai sank­si dan  reward terhadap kinerja TA harus diperketat. Dia menya­rankan, rekrutmen TA dilakukan langsung oleh sekretariat DPR, tidak diserahkan kepada ang­gota. Rekrutmen melalui sekre­tariat diharapkan meminimalisir praktek nepotisme. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA