Bahkan, sosok Darwin pun kerap muncul dalam bunga tidur Fransiska. “Maklum, dia suami yang sangat saya cintai dan meÂrupakan tulang punggung keÂluar,†ujarnya.
Darwin Pelawi adalah Direktur Operasi Pelita Air Service. Ia ikut dalam penerbangan promosi (joy flight) Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei lalu.
Pesawat yang mengangkut 45 orang itu hilang dari radar. Sehari kemudian baru diketahui pesawat penumpang buatan Rusia itu meÂnabrak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Darwin pun turut tewas.
Fransiska mengaku tak menÂdapat firasat apa-apa sebelum suami mengikuti joy flight. MakÂlum, sebagai direktur operasi masÂkapai penerbang dan juga berlatar belakang pilot, Darwin sudah sering mengangkasa.
Sebelum meninggal, Darwin perÂnah berpesan kepada keÂluarganya agar bisa mandiri. Tak lama, Fransiska harus mengÂhaÂdapi kenyataan suami sekaligus tulang punggung keluarga pergi unÂtuk selamanya.
Fransiska dan empat anaknya benar-benar pun harus mandiri seÂtelah kehilangan pencari nafÂkah. Untungnya, keluarga menÂdaÂpat santunan sehingga tak perlu menjual harta untuk hidup sehari-hari. Keluarga mendapat santuÂnan dari Jasa Rahardja sebesar Rp 50 juta. Lalu dari Sukhoi seÂbeÂsar Rp 1,25 miliar. “Terimanya sudah lama, dua atau tiga bulan lalu,†katanya.
Fransiska yang kini jadi tulang punggung keluarga mengÂguÂnaÂkan sebagian uang itu untuk memÂbuka usaha. Namun ia engÂgan meÂngungÂkapkan usaha yang dijalaniÂnya. “Yang penting meÂngalir saja. Rezeki pasti ada saja,†katanya.
Tujuh bulan sejak insiden SukÂhoi Superjet 100 menabrak GuÂnung Salak, Komite Nasional KeÂselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi insiden tersebut. Faktor manusia menjadi penyebab kecelakaan itu.
Fransiska menyerahkan tindak lanjut hasil investigasi insiden yang menewaskan suaminya keÂpada KNKT. “KNKT selaku waÂkil pemerintah yang mengurusi masalah itu. Saya sudah ikhlas dan tidak akan menuntut siapaÂpun,†katanya wanita berambut panjang ini.
Ia berharap kejadian serupa tak terulang di masa mendatang. UnÂtuk itu, dia meminta kepada lemÂbaÂga terÂkait agar mengawasi deÂngan ketat demo penerbangan. “Jangan asal memberi izin saja,†katanya.
Fransiska bersama anak-anak menempati rumah seluas 200 meÂter persegi di Johar Baru, Jakarta Pusat. Toyota Camry hitam terliÂhat parkir di carport yang terletak di sebelah kanan rumah.
Sukhoi Baru Santuni 17 Keluarga Korban
Duta Besar Rusia untuk InÂdoÂnesia, Mikhail Galuzin meÂngaÂtakan, Pemerintah Rusia berjanji akan memenuhi pembayaran asuÂransi kepada seluruh korban keÂcelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang menabrak lereng GuÂnung Salak, Bogor, Jawa BaÂrat, 9 Mei 2012 lalu.
“Pemerintah Rusia memÂbeÂriÂkan perhatian tinggi soal ganti rugi kepada pihak keluarga korÂban. Rusia akan selesaikan secara bertahap, sesuai ketentuan kedua belah pihak (Indonesia-Rusia), terutama keluarga korban. Rusia akan bertindak sesuai aturan InÂdoÂnesia,†jelasnya.
Menurutnya, Pemerintah Rusia teÂlah menunaikan kewajibannya keÂpada 17 keluarga korban yang angÂgotanya menjadi korban peÂnerÂbangan promosi burung besi SukÂhoi RRJ-95B atau yang lebih akrab dengan sebutan Super Jet 100 itu.
Ia menjelaskan, sesuai peratuÂran pemerintah Indonesia, setiap korban akan mendapat santunan seÂbesar Rp 1,250 miliar. “Sejauh ini saya tahu, 17 keluarga dari 34 keluarga korban tewas sudah menÂdapat asuransi dan ganti rugi. Itu maksimal sesuai hukum naÂsional InÂdonesia, yakni Rp 1 miÂliar 250 juta untuk satu korban,†katanya.
Sedangkan sisanya, lanjutnya, pihaknya telah memproses dan menyelesaikan kewajiban terseÂbut. “Ini informasi yang kami perÂoleh, kami masih melanÂjutÂkan dan memperoses pemberian kepada keluarga yang belum menÂdapatkan. Kami masih lakuÂkan konsultasi dengan pihak kelurga korban. Kami sangat peÂduli dengan kelurga korban, kami akan lunasi kewajiban sepeÂnuhÂnya dalam beberapa waktu ke deÂpan,†katanya.
Ia mengungkapkan, pihaknya ikut merasakan duka yang menÂdaÂlam atas peristiwa nahas ini. Secara langsung ia meminta seÂmua pihak untuk mengenang keÂjadian ini seÂbagai pembelajaran agar tak kemÂbali terulang di wakÂtu mendatang.
“Saya yakin bahwa kemitraan kami dalam menanggulangi musibah ini cukup baik, hubungn kerjasama kami juga kami harap akan tetap baik,â€katanya.
Ganti rugi yang dijanjikan piÂhak Rusia sesuai dengan PeÂrÂaÂtuÂran Menteri (Permen) PerÂhuÂbuÂngan Nomor 77 Tahun 2011 tenÂtang Tanggung Jawab PeÂngangÂkut Angkutan Udara adalah seÂnilai Rp1,25 miliar per korban.
Mikhail Galuzin menÂaÂmÂbahÂkan, pihaknya tengah menguji coÂba pesawat Sukhoi untuk meÂmeÂnuhi pesanan pihak Indonesia dan penyerahannya akan dilakukan secepatnya.
“Sejauh mana dari pembahasan tadi, merupakan salah satu minat pengadaan, datangnya salah satu pesawat ke Indonesia. Ingin saya sampaikan, bahwa di Rusia seÂdang diuji coba Sukhoi di pabÂrikÂnya dan ada rencana penerimaan teknis terhadap Indonesia. PesaÂwat tersebut sudah diadakan daÂlam waktu dekat,†katanya.
Mengenai hasil laporan inÂvestigasi KNKT, Mikhail melihat hasilnya benar-benar cukup obÂjekÂtif dan telah dilakukan sesuai standar International Civil AviaÂtion Organization (ICAO).
Tiga Penyebab Sukhoi Tabrak Gunung Salak
Hasil Investigasi KNKT
Komite Nasional KeselaÂmaÂtan Transportasi (KNKT) telah resmi menyimpulkan ada tiga faktor penyebab jatuhnya pesaÂwat Sukhoi RRJ 95B-97004 Superjet 100 di Gunung Salak, BoÂgor, Jawa Barat.
Ketua KNKT Tatang KurÂniadi membeberkan, faktor perÂtaÂma awak pesawat tidak meÂnyaÂdari kondisi pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui karena beberapa faktor dan berakibat awak pesawat mengabaikan pihak dari “TerÂrain Awareness Warning†(TAWS).
“Pada pukul 14.26 WIB, pilot minta izin untuk turun ke keÂtinggian 6.000 kaki serta untuk membuat orbit (lintasan meÂlingkar) ke kanan agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim mengÂguÂnaÂkan landasan 06. Izin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach,†katanya.
Tatang mengatakan 38 detik sebelum benturan, TAWS memÂberikan peringatan berupa suara “Terrain Ahead, Pull Up†dan diikuti oleh enam kali “Avoid Terrainâ€. Pilot in ComÂmand (PIC) mematikan TAWS terseÂbut karena berasumsi bahwa peringatan tersebut diakibatkan “database†yang bermasalah.
Faktor kedua, seluruh radar yang ada di Jakarta belum memÂpunyai batas ketinggian miÂnimum pada pesawat yang diÂbeÂrikan vector. Sistem dari JaÂkarta Radar belum dilengkapi deÂngan “Minimum Safe AltiÂtude Warning†(MSAW) yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak.
“Sistem tidak memberikan peÂringatan kepada petugas JaÂkarta Approach sampai dengan pesawat menabrak,†paparnya. Vector adalah perintah berupa arah yang diberikan oleh peÂngatur lalu lintas udara kepada pilot pada pelayanan radar.
Penyebab terakhir yakni terjadi pengalihan perhatian terÂÂhadap awak pesawat dari perÂÂcaÂkapan yang berkÂÂepanÂjangan dan tidak terkait dengan penerÂbangan.
“Sehingga meÂnyeÂbabÂkan piÂlot yang menerbangkan pesawat tidak dengan segera mengubah arah pesawat ketika orbit dan peÂsawat keluar dari orbit tanpa diÂsengaja,†katanya.
Sudah Kantongi Sertifikat Kemenhub
Pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak saat penerbangan promosi di Indonesia. Pemerintah tak melarang maskapai penerÂbaÂngan tanah air untuk mengÂguÂnakan pesawat penumpang buatan Rusia itu.
“Jadi secara umum, tim kita suÂdah lakukan sertifikasi dan vaÂlidasi yang telah dievaluasi buÂlan Agustus dan sertifikasi sudah dikeluarkan, tinggal pihak pabrik dan operator saja, kita tidak ada masalah,†kata Dirjen Perhubungan Udara KeÂmenterian Perhubungan, Herry Bakti S Gumay
Ia mengatakan, saat ini masÂkapai nasional yang melakukan kerjasama untuk pemesanan pesawat Sukhoi adalah PT Sky Aviation, dan PT Kartika Airlines.
Negara-negara lain, kata Herry, juga melakukan pemeÂsaÂnan pesawat Sukhoi. Di anÂtaÂraÂnya Vietnam dan Meksiko. “Jadi dari sisi airlines sendiri tetap membeli. Semua itu tergantung dari operator dan Rusia,†katanya.
Menurut Herry hasil invesÂtigasi menyatakan bahwa kÂeÂceÂlaÂkaan Sukhoi bukan karena keÂrusakan sistem pesawat selama penerbangan. Melainkan kaÂrena faktor manusia.
“Pesawat tidak ada masalah. Kita sudah mengecek pesawat ini. Sudah melaksanakan valiÂdasi dan sertifikasi. Kita kirim 9 engineer kita ke pabriknya untuk tes pesawat ini. Dari sisi perhubungan udara tidak ada masalah,†katanya,
Herry juga akan meÂnindakÂlanjuti rekomendasi hasil invÂesÂtiÂgasi KNKT. “Kita akan tinÂdaklanjuti dari sisi aturan dan peÂngawasannya. Demikian juga rekomendasi terhadap Angkasa Pura,†ujarnya. PT Angkasa Pura I dan II adalah BUMN yang mengelola bandara di Indonesia.
Sukhoi Super Jet 100 sebeÂlumÂnya telah mengantongi seriÂfikat dari Lembaga Sertifikasi Rusia pada Juni 2011. Pesawat ini juga telah memperoleh Type Certificate dari Badan KeÂamaÂnan Aviasi Eropa (EASA). EASA menyatakan, SSJ-100 teÂlah memenuhi standar lingÂkuÂngan dan kelayakan terbang.
Sertifikat tipe itulah yang juga dikeluarkan Kementerian Perhubungan RI untuk SSJ-100. Artinya, Sukhoi bisa segera berÂoperasi di rute-rute domestik. Saat ini, ada dua maskapai peÂnerÂbangan Indonesia yang suÂdah memesan Sukhoi Super Jet 100, yaitu Kartika Airlines dan Sky Aviation. Kartika Airlines memesan 30 unit, dan Sky Aviation memesan 12 unit.
Sky Aviation mulai menÂdaÂtangÂkan Sukhoi secara bertahap pada Desember 2012 ini. Total 12 unit pesawat SSJ-100 yang diÂpesan Sky Aviation akan lengÂkap pada tahun 2015. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.