Spanduk besar bertuliskan “Bantu Muslim Rohingya†terÂpampang di depan kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT) di komÂplek Perkantoran Ciputat Indah PerÂmai, Blok B8-9, Ciputat, TangeÂrang Selatan. ACT meruÂpakan keÂlompok masyarakat yang konsen bergerak di bidang sosial memÂbantu pengungsi etnis Rohingya.
Hampir setiap hari kantor ini terlihat tidak pernah sepi. Di kanÂtor setinggi tiga lantai suaÂsananya selalu ramai. Puluhan relawan terlihat hilir mudik keluar masuk kantor sambil membawa selebaÂran, pamflet dan kotak sumbaÂngan peduli muslim Rohingnya.
“Teman-teman seÂdang memÂperÂsiapkan aksi soliÂdaritas peÂngumpulan dana untuk memÂbantu etnis Rohingya,†kata ProÂgram Direktor ACT, M Insan Nurrohman ketika dijumpai RakÂyat Merdeka.
Sedikit informasi tentang etnis Rohingya. Etnis ini tinggal di negara Bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat dan Bangladesh. Umumnya mereka beragama muslim. Keberadaan mereka selama ini tidak diakui oleh kedua pemerintah tersebut. Sehingga suku tersebut stateless alias tidak punya Negara. Perlakuan buruk yang kerap diterima mereka membuat sebagian dari mereka migrasi ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Di Myanmar, etnis Rohingya kini sedang dalam kondisi meÂnyedihkan. Mereka diserang suku lain. Yang menyedihkan, peÂmerintah Myanmar terkesan meÂlakukan pembiaran. BerÂdasarÂkan data dari Majelis Ulama InÂdoÂnesia (MUI) setidaknya ada 6 ribu etnis Rohinya tewas dibunuh.
Insan menjelaskan, aksi peÂngaÂÂlangan sudah dilakukan piÂhaknya sejak bulan Juni. KegiaÂtan ini dilakukan di berbagai daeÂrah di Indonesia.
“Kami melakukan aksi soliÂdaritas dengan cara memberikan informasi kepada masyarakat di seluruh Indonesia tentang betapa menyedihkannya kondisi warga Rohingya. Alhamdulilah responÂnya luar biasa dan bantuan mengÂalir secara terus menerus,†katanya.
Sejauh ini, ACT berhasil mengÂhimpun dana sebesar Rp 500 juta. Bantuan itu sudah diberikan kepada 300 ribu jiwa pengungsi Rohingya di Bangladesh dan Myanmar. Pemberian bantuan diberikan langsung oleh relawan ACT. Ada relawan ACT yang diberangkatkan ke Bangladesh. Dia bernama Andhika Purbo Swasono. Semula ACT ingin memberangkatkan tiga relawan tetapi, dua relawan lainya tidak mendapatkan visa. Andhika suÂdah sebulan berada di BangÂlaÂdesh. Dia dibantu seorang maÂhasiswa lokal yang peduli melihat nasib etnis Rohingya. Bantuan yang diberikan dalam bentuk makanan pokok.
Dia menceritakan tidak mudah memberikan bantuan untuk peÂngungsi Rohingya. Pemberian bantuan harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena peÂmerintah Bangladeshsampai seÂkarang masih menutup banÂtuan asing. Bila sampai ketahuan tenÂtara aparat keamanan Negara seÂtempat, relawan bisa diÂtangÂkap dan dipenjara. Relawan biasaÂnya memberikan bantuan suÂbuh sampai matahari sebeÂlum terbit untuk menghindari kecurigaan.
Relawan ACT di Bangladesh itu diungkapkannya menyamar menjadi turis. Dia tidak meÂngenakan atribut ACT sama sekali. Karena sudah lama, AnÂdhika rencananya akan diganti dengan dua relawan ACT lain salah satunya dokter. Menurut lapoÂran Andhika, masyarakat etnis Rohingya saÂngat memerÂlukan dokter. SeÂbab banyak di antara mereka yang sakit.
Selain itu, pengungsi RohingÂya juga memerlukan bantuan maÂkanan karena mereka keÂkuÂrangan. Agar bisa makan setiap hari, mereka biasanya melaÂkukan pengÂhematan bila menÂdapatkan bantuan. Makanan di makan sedÂikit-sedikit karena khawatir tidak akan menÂdaÂpatkan bantuan lagi.
Masyarakat etnis Rohingya juga hidup dalam tertekan peÂmerintah Bangladesh. Mereka yang tidak kuat menghadapi tekanan, biasaÂnya ke luar dari negeri tersebut keÂmudian menÂcari tempat berlinÂdung di Negara lain.
Kekerasan Terhadap Etnis Rohingya Bukan Disebabkan Konflik Agama
Bekas Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengatakan, kekerasan terhadap etnis Rohingya di MyanÂmar terjadi bukan karena konflik agama. Tetapi konflik etnis.
Dia menjelaskan, etnis RaÂkhine sebagai penduduk asli di Myanmar bersinggungan dengan etnis Rohingya, penduduk penÂdatang. Dari konflik itu korban lebih banyak dari etnis Rohingya. Jumlah korban dari etnis RoÂhingya mencapai 60 persen.
Asal muasal konflik itu sendiri diceritakanya berawal dari konÂflik orang per orang. Namun berkembang menjadi antar keÂlompok kemudian melebar menÂjadi antar komunitas dan akhirnya masuk ke agama. DiungÂkapÂkanÂnya, korban dari Rakhine sebeÂnarnya juga banyak hanya saja jarang diangkat ke permukaan.
JK berharap masyarakat tidak salah di dalam menanggapi kasus tersebut. Menurutnya, semua korban baik dari etnis Rohingya ataupun Rakhine harus dibantu. “Bantuan kemanusian harus dilakukan tanpa melihat perÂbeÂdaan keyakinan,†kata JK.
JK mengatakan, situasi di Myanmar kini sudah mulai memÂbaik. Situasi memanas sudah mulai mereda. Hanya saja meÂmang rasa takut dan cemas belum hilang dari etnis Rohingya.
Untuk membantu para korban, Ketua Umum Palang Merah InÂdonesia (PMI) ini mengatakan, pihaknya sudah bekerjasama dengan organisasi Negara-negara Islam (OKI) akan menyediakan 4.000 rumah bagi pengungsi. “Kebutuhan mereka 8.000, tapi kita sudah komitmen 4.000. Jadi setengah dari kebutuhan itu, dan saya mengkoordinirnya,†kata JK.
Untuk meringankan beban para pengungsi Rohingya, PMI juga akan memberikan bantuan maÂkanan, non makanan, dan inÂfrastruktur. Saat ini dua pengurus pusat PMI masih berada di MyanÂmar untuk berkoordinasi dengan Palang Merah Myanmar dan peÂmerintah Myanmar.
“Kita akan segera mengadakan bantuan besar-besaran, Kita juga akan mengirim relawan dari sini,†kata JK belum lama ini.
Selain dari Indonesia, Turki dan Qatar juga akan mengiÂrimkan relawan.
Presiden Myanmar, Thein Sein, lanjutnya, telah memÂberikan akses kepada delegasi keÂmaÂnusiaan untuk melihat langÂsung kondisi terkini pasca konflik di Negara Bagian Rakhine.
Bagaimana dengan keputusan Pemerintah Bangladesh yang menutup perbatasan? JK menilai, keputusan itu tepat karena jika tidak akan terjadi gelombang pengungsian besar-besaran etnis Rohingya ke Bangladesh seÂhingga meninggalkan tanah keÂlahiran mereka selamanya.
Dia berharap pemerintah BangÂladesh mau berkoordinasi dengan dunia luar agar pengÂungsi Rohingya di Negara tu bisa dibantu.
JK meminta, masyarakat tidak emosional di dalam menyikapi krisis di Myanmar. Cara-cara yang emosional tidak akan menÂjadi solusi karena Pemerintah Myanmar sudah 30 tahun hidup dalam embargo Barat. Negara ini cukup kuat dalam menghadapi setiap tindakan permusuhan.
Bekas Ketua Umum DPP ParÂtai Golkar ini mengajak penÂdeÂkatan yang digunakan ialah penÂdekatan konstruktif terhadap PeÂmerintah Myanmar sehingga diharapkan hasilnya lebih positif.
Myanmar Bersikap Terbuka Terhadap Bantuan Asing
Presiden Myanmar, Thein Sein menawarkan dua solusi untuk suku Rohingya di negaÂranya yakni tinggal di kamp pengungsi atau dideportasi.
“Kami akan mengambil tangÂgung jawab atas suku-suku etnik kami, tapi tidak mungkin menerima orang-orang RoÂhingya yang masuk secara ileÂgal, yang bukan termasuk etnik Myanmar,†katanya.
Dia mengatakan, pihaknya membuka diri bagi negara lain yang mau menerima etnis RoÂhingya. Myanmar siap mengiÂrim kaum Rohingya pergi jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka.
Untuk bantuan asing, Thein Sein mengatakan, Myanmar bersikap terbuka. Siap memÂfasilitasi bantuan, agar disaÂlurkan kepada kelompok maÂsyarakat sasaran yang telah menjadi korban.
Dia menegaskan, bentrokan kekerasan yang menelan korban jiwa antara para penganut ajaran Budha dan muslim di negara bagian Rakhine, Myanmar, tidak ada hubungannya dengan ras atau agama. “Kerusuhan itu dipicu pembunuhan sadis terÂhadap seorang perempuan dan keinginan untuk membalas dendam terhadap pelaku kejaÂhatan itu,†katanya.
Ia mengatakan, dalam bentroÂkan tersebut hanya ada 77 korÂban meninggal yaitu 31 dari RaÂkhine dan 46 Rohingnya.
Korban Bentrokan Alami Trauma Serius
Muhammad Alam, lelaki asal Rohingya, Myanmar ini alami trauma serius. Tatapan matanya kosong dan bicaranya terbata-bata. Dia masih terÂngiang-ngiang dengan perisÂtiwa pembantaian terhadap kerabatnya oleh kelompok yang benci etnis Rohingya pada bulan Mei lalu di Myanmar.
Alam trauma karena dia seÂring menyaksikan langsung perlakukan sewenang-wenang terhadap kerabatnya.
â€Pembunuhan, pengaÂniÂaÂyaan, dan tindakan tidak maÂnusiawi lainnya menjadi hal yang sudah biasa dan sering mereka lakukan,†ucapnya.
Diceritakannya, hidup di Myanmar bagi etnis Rohingya sangat menyeramkan. Apabila malam tiba, rasa takut muncul berkali-kali lipat menimpa diriÂnya dan warga etnis RoÂhingya lainÂnya. Sebab biasanya intimiÂdasi terhadap etrnis RoÂhingnya dilakukan malam hari. Saat itulah, mereka melakukan tinÂdakan biadab. Menculik wanita berparas cantik dan membunhuh anak kecil diatas 12 tahun.
Menurutnya, kebencian terÂhadap etnis Rohingya sebeÂnarnya sudah terjadi sejak tahun 1995. Sejak itu kehidupan muslim Rohingya berangsur-angsur memburuk. Setiap hari selalu ada korban pembunuhan dan penganiayaan secara sadis. Kejadian itu menimpa siapa saja baik manula maupun anak kecil. Kaum muslim tidak bisa beraktifitas sehari-hari dengan aman dan nyaman.
Lanjutnya, masyarakat etnis Rohingya hidup di bawah peÂraturan yang mereka buat secara sukas-suka.
Masyarakat Rohinya tidak boleh menyimpan makanan, tidak bisa mengakses kesehatan, dan pendidikan. Apabila ada yang ketahuan melanggar maka nyawa menjadi taruhannya.
Sebelum tahun 2005, katanya, kondisi tidak terlalu buruk. Pembunuhan tidak dilakukan dengan membabi buta. Kaum muslim yang memiliki kemamÂpuan ekonomi diperlakukan tidak kasar oleh mereka. Tetapi sekarang sudah tidak pandang bulu. Yang miskin dan kaya diperlakukan sama.
Situasi semakin sulit, karena pemerintah Myanmar tidak mengakui etnis Rohingya seÂbagai warga negaranya. MaÂsyaÂrakat tidak bisa meminta banÂtuan perlindungan kepada PeÂmeÂrintah atas buruknya keadaan.
Karena tidak kuat dengan kondisi tersebut, Muhammad Alam memutuskan melakukan migrasi ke Malaysia beserta istri dan ketiga orang anaknya. NaÂmun nasib mujur belum berÂpihak kepadanya, Istri dan ketiga anakÂnya ditahan aparat Malaysia. SeÂmentara dirinya berhasil meloÂlosÂkan diri dan terdampat di Tanjung Pinang, Indonesia. “Terpaksa haÂrus berpisah sama istri dan anak, entah sampai kapan,†kata Alam sambil menangis. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.